Badut itu melambai pada Ervina dengan senyum lebar di bibir. Ervina tidak bereaksi. Dia yakin, badut itu badut yang sama yang menolong dia di pantai.
"Pak Badut! Itu Miss Vina!" Seorang murid berteriak. Rupanya dia memperhatikan juga si badut melambai pada Ervina.
"Hai, Miss Vina! Welcome!" Suara badut itu terdengar lucu.
Ervina tersenyum di ujung bibirnya. Bisa juga pria badut itu mengganti suaranya sedikit cempreng, beda dengan saat dia bicara dengan Ervina malam itu.
"Oke, Anak-anak manis! Yuk, semua duduk di tempatnya! Kita akan mulai acara ulang tahun Angel siang ini!" Dea berdiri di tengah kelasm bersiap memimpin acara.
Anak-anak yang belum duduk segera bergerak mencari tempat duduk. Ervina memilih duduk di bagian belakang, di sebuah kursi kecil yang kosong.
Sementara acara mulai berjalan, pikiran Ervina terbawa pada kenangan saat dia mengajar di kelas itu. Tawa, canda, keceriaan, dan kegembiraan dia temui setiap hari. Sedih, tangisan, dan juga kekesalan anak-anak hingga mereka bertengkar, pun menghiasi waktu-waktu di sekolah.
"Aku kangen juga hari-hari itu," bisik hati Ervina.
"Kita panggil, ya! Miss Vina! Miss Vina!!" Suara badut begitu keras menyebut nama Ervina. Tentu saja dia gelagapan dan tersadar dari lamunan.
Terdengar suara sermpak anak-anak memanggil-manggil namanya sambil bertepuk tangan. Ada apa? Ervina sama sekali blank, tidak tahu apa yang sedang terjadi.
"Ayo, maju!! Mau dapat hadiah dari Om Badut!" Salah satu murid berteriak lebih keras.
Ervina berdiri, sedikit bingung, tapi dia maju juga mendekati badut yang berdiri di depan kelas.
"Oke, Miss Vina sudah ada di sini. Hm, Miss yang cantik dan baik hati ..." Badut itu menggoyang-goyangkan kepalanya kiri dan kanan, lalu juga menggoyang-goyangkan badannya.
"Om Badut! Kasih hadiahnya. Ayo!" Seruan keras lagi terdengar.
"Ayo! Ayo!" Suara serempak kembali membahana. Ervina memandangi murid-murid sambil tersenyum, masih belum mengerti apa yang sedang dilakukan badut hingga Ervina diminta maju.
"Miss Vina, Ibu Guru kesayangan Angel, hari ini akan mendapat hadiah dari Badut Jojo!" Badut itu menggerak-gerakkan kedua tangannya.
Ervina langsung ingat malam itu, saat dia di dalam mobil, gerakan tangan itu yang pria badut itu lakukan. Ervina menunggu, keajaiban apa lagi yang si badut akan munculkan.
"Taaarrraa!!" Di tangan badut muncul bunga warna-warni, persis seperti yang Ervina terima malam itu.
"Wah!! Keren!!" Riuh dan ramai tepuk tangan. Anak-anak sangat gembira.
Tidak bisa tidak Ervina menerima bunga itu sambil tersenyum lebar.
"Terima kasih. Sudah boleh duduk lagi?" Ervina mengacungkan bunga yang dia terima.
"Oke, silakan. Terima kasih Miss Vina yang cantik." Badut melambai mengantar Ervina kembali ke tempat duduk.
Hingga satu jam berikut acara berjalan lancar. Ervina mulai bisa menyatu dengan apa yang terjadi di sekitrarnya. Badut Jojo memang bukan badut biasa. Dia mampu melucu dan bermain sulap. Anak-anak tertawa lepas sampai ada yang jeritan saking senangnya. Ternyata badut yag satu ini punya ciri khas yang memang beda dari badut yang sebelumnya Ervina jumpai.
Selesai semua acara, murid-murid satu per satu pulang. Termasuk Angel dan keluarganya. Mereka paling belakang meninggalkan kelas. Ervina membantu guru yang lain membereskan kelas. Celetukan tentang berbagai kejadian di acara hari itu mulai terdengar dari mulut teman-teman guru Ervina. Kegembiraan masih meluap di sana.
"Gimana, Vin? Besok datang lagi, ya?" Dea menepuk pundak Ervina.
Ervina menoleh. Tangannya yang hampir menaruh kotak di rak terhenti. Dia memandang Dea.
"Hmm ...." Hanya gumaman yang dia suarakan.
"Terserah kamu mau ngajar apa, kapan, kamu boleh minta. But please, join lagi." Dea meminta dengan wajah sengaja dibuat memelas.
Senyum Ervina muncul. Dia mengangguk.
"Thank you!" Girang, Dea memeluk Ervina dengan semangat.
Dari sisi lain ruangan itu, si badut memperhatikan Ervina. Siapa yang tahu, seperti yang dia harapkan, dia bisa bertemu lagi dengan Ervina. Memang, di situasi yang sangat berbeda. Jovano tidak mengira, Ervina adalah seorang guru TK. Dia akan cari kesempatan untuk bisa berkenalan dan berbicara dengan Ervina.
Ervina dan Dea tampak kembali sibuk. Jovano sudah selesai membereskan barang miliknya, Tugasnya tuntas, dia bisa meninggalkan kelas itu. Jovano mendekati Dea dan Ervina, yang duduk bersama dua guru lainnya.
"Permisi, kukira sudah waktunya aku pamit," kata Jovano.
Ervina dan Dea, juga dua teman mereka menoleh. Suara badut menghilang, kembali pada suara pria normal. Ervina masih ingat, suara lembut itu yang dia dengar saat baru sadar setelah tenggelam di pantai.
"Ah, Om Badut. Baik, terima kasih banyak." Dea berdiri dan mengulurkan tangan menyalami Jovano. "Mau langsung pulang?"
"Iya, aku tidak mungkin ke mana-mana dengan kostum ini, haa ..." Jovano tertawa.
"Kami juga akan pulang. Semua sudah selesai." Salah satu guru ikut menimpali.
"Kalau ada yang butuh tumpangan. Dengan senang hati akan saya antar." Jovano menawarkan diri.
"Wah, Om Badut ini baik sekali, ya?" Dea tersenyum lebar. "Pulang ke arah mana?"
Jovano menyebut satu tempat dan membuat Dea refleks menoleh pada Ervina.
"Itu lewat rumah kamu. Bareng aja, Vin," sahut Dea.
"Mama mau jemput aku, jadi ..."
"Daripada repot nunggu lagi. Tante Wilma belum jalan ke sini, kan?" tukas Dea.
"Hm, belum, sih." Ervina tampak berpikir.
"Janji, hanya jadi sopir," ujar Jovano. Dia mengangkat tangan kanannya. Tatapan memohon dengan gaya lucu tampak di sana.
"Hee ... hee ...." Dea dan dua guru yang lain tertawa melihat itu. Ervin hanya tersenyum kecil.
"Oke, baiklah." Ervina setuju juga akhirnya.
Mereka meninggalkan kelas itu dan bergerak menuju ke tempat parkir. Jovano mengarahkan kakinya ke sebuah mobil berwarna putih dan membuka pintu, mempersilakan Ervina masuk. Sedikit enggan, Ervina duduk juga di sisi Jovano.
Mobil itu segera meniggalkan area sekolah. Sepanjang jalan Ervina hampir tidak bicara. Jovano yang banyak bercerita, suka dukanya menjadi badut buat anak-anak. Ervina tidak berkomentar, hanya sesekali melihat badut itu dan kembali mencermati jalanan.
"Gang depan, rumah nomor 35," kata Ervina menunjukkan arah.
"Oke, siap," sahut Jovano.
Hati Jovano girang. Bukan saja bertemu lagi dengan Ervina, tapi juga dia bahkan tahu di mana Ervina tinggal.
Jovano masuk ke halaman rumah besar dan luas, rumah yang ditunjuk Ervina. Mobil berhenti dan Jovano membuka pintu. Ervina pun segera turun.
"Terima kasih sudah mengantarku pulang. Dua kali kamu menolongku." Ervina mengucapkan terima kasih dan terkesan perpisahan.
"Dengan senang hati." Kalimat itu lagi yang terdengar dari Jovano.
"Aku masuk ..." Ervina hendak berbalik.
Jovano bergegas mengejar langkah Ervina. "Aku harus mengantar kamu sampai masuk rumah. Apa ada orang di rumah?'
Ervina berhenti dan memandang Jovano. Apa maksud badut itu bertanya tentang orang rumah?
Jovano merogoh saku celananya yang lebar, dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Dia menyodorkan setangkai bunga lagi. Bukan bunga seperti yang sebelumnya Ervina terima, tetapi bunga dengan warna pink.
"Buat tanda perkenalan. Aku lupa kita bahkan belum berkenalan dengan benar. Aku Jovano Elang Angkasa. Nama bekenku Badut Jojo. Ga asyik, kan?" Jovano tersenyum, masih dengan tangan terulur menyodorkan bunga yang dia pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berlabuh di Pantai Hatimu
RomantizmKehilangan kekasih untuk selamanya, Gamaliel, karena kecelakaan saat pendakian, membuat Ervina hancur. Dia merasa dunia runtuh dan hidup tidak berpihak padanya. Ervina memilih berhibernasi menjauh dari semua kesibukan yang dia jalani. Dia merasa sem...