06|Nizam

284 62 6
                                    


Hampir sepuluh jam siswa siswi Hermes berada didalam kelas untuk belajar setiap harinya. Ada beberapa orang yang terlihat begitu ambisius dengan nilainya. Tanpa sadar mereka sudah menciptakan kompetisi, Giwang adalah salah satu orang yang tidak akan membiarkan orang lain mengalahkan prestasinya. Dari ratusan siswa, Giwang selalu mendapat peringkat lima besar utama. Amina cukup puas dengan itu, mengingat teman teman anaknya bukan orang orang biasa.

Giwang sedang mengerjakan soal soal sebagai bentuk latihan setelah tadi belajar rumus rumus fisika. Ditengah fokusnya, Igemi datang menghampiri, ngomong ngomong Aldevan dan Zayyan sedang tidak di kelas, sepertinya ke kantin.

"Giwang?" Panggil Igemi, tidak ada jawaban dan hanya terdengar suara buku yang Giwang bolak balikkan. Theo pura pura tidur di sampingnya.

"Wang?"

"Apa?" Jawab Giwang ketus. Malas sebenarnya meladeni Igemi, walaupun sudah mengetahui kebenarannya.

"G-gue mau minta tolong kerjain soal ini, gue nggak ngerti"

"Nomor berapa?"

"Tiga, nomor tiga"

Giwang menatap Igemi sekilas, mengambil kertas yang Igemi bawa dan menulis sesuatu di sana. Setelah beberapa saat, dia kembalikan lagi.

"Wang? Maksud gue.. Gue mau lo jelasin soal ini, gue nggak paham. Apa lo-"

"Tadi Pak Agus udah jelasin, lo nggak dengerin?"

"Nggak gitu maksud gue, gue cuma minta tolong-"

"Itu udah gue kerjain, lo bisa ngobrol ngobrol lagi sama temen lo, atau mau pacaran sama Aldevan? Mau kencan? Sana" Tegurnya tanpa menatap Igemi yang masih setia berdiri di sampingnya.

Ini pertama kalinya Giwang mengomel, dulu sebanyak apapun dia meminta Giwang menjelaskan soal soal yang tidak dipahaminya, Giwang selalu menjelaskan dengan sabar. Namun karena teringat kesalahannya, Igemi juga tidak memprotes balik, dia menerima perlakuan Giwang sebagai bentuk pertanggungjawaban.

"Tapi Wang.." Ucapnya mendekati Giwang. Berharap bisa mengikis jarak yang kemarin tanpa sengaja tercipta.

"Gue mau belajar"

Igemi menjadi pusat perhatian karena menciptakan suasana canggung dengan Giwang, sang ketua kelas. Theo bangun, menatap Igemi yang sudah kebingungan "Balik Gem! Giwang mau belajar"

Dari arah koridor terdengar gelak tawa Zayyan dan Aldevan. "Haha iya kan! Apa kata gue? Orang kayak gitu-" Ucap Aldevan yang tiba tiba terhenti saat masuk kelas mendapati Igemi berjalan murung menuju tempat duduknya.

"Igemi, kenapa?" Aldevan cepat cepat mengejar gadis bersurai sepundak itu.

Igemi menggeleng, "Nggak apa apa"

Orang orang menatap Giwang dan Igemi bergantian. Suasana yang tidak nyaman begitu terasa, Aldevan tidak suka Igemi menjadi pusat perhatian dengan maksud yang tidak baik. "Udah, biarin. Suka kumat orangnya" Ucap Aldevan menenangkan Igemi.

"Nggak kok"
"Tadi aku yang salah, soalnya ganggu Giwang lagi belajar"

Aldevan mengangguk memahami Igemi, dia tidak mau terlibat lebih jauh dengan Giwang. Bukan takut atau semacamnya, Aldevan sudah malas sekali berhadapan dengan anak itu. Setiap hari belajar dan selalu dimarahi cukup membuat rumah menjadi lebih berisik. Sejujurnya Aldevan merasa terganggu.

Pintu kelas Giwang digebrak begitu saja oleh Yaksa, menatap Giwang dengan tajam dan memberikan isyarat untuknya supaya keluar kelas. Giwang menatap malas, dia memilih keluar karena tidak mau menciptakan kerusuhan di dalam kelas.

THE SALVATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang