36|Zona Aman

189 43 10
                                    

Kang sebagai ayah sekaligus sutradara kehidupan si aktor harus mereset naskahnya, mengulang lagi dari awal lagi, mencari aktor lagi atau mungkin sang sutradara akan memulai menulis naskah untuk dirinya sendiri.

---


Kemarin, untuk pertama kalinya hampir semua anggota keluarga Hengkara ikut terlibat mengurus kebebasan kedua cucu tersayang mereka yang hampir ditahan. Bimasena menjadi yang paling banyak berbicara, negosiasi dengan para petinggi hukum di sana sini.

"Terus kita harus gimana? Zayyan itu udah mati, Pah! Mati!!!" Ucap Nadeine panik, mengganggu konsentrasi Kang yang sedang mengetik naskah film baru yang akan dia garap dengan timnya nanti.

"Ya udahlah tutup aja kasusnya, kalo diperpanjang malah kita yang rugi! Project saya nggak jalan nanti, kamu juga nggak akan bisa sesuaikan jadwal pemotretan"

"Tapi kita aman, kan?"

"Harusnya, lihat saja jadwalmu kedepan. Nggak ada yang dicancel, kan?"

Nadeine menghela napas pelan, memang benar yang dikatakan Kang. Entah power dari jabatan apa yang Kang dapatkan untuk tetap berada di zona aman, kali ini mereka bernapas lega atas karir yang masih bisa berjalan dengan licin meski melewati duri dan kerikil. "Rumah digeledah?"

"Udah, narkoba dan obat obatannya sudah dibawa mereka. Kalau diperpanjang malah kita yang repot"

"Terus? Mau dilepas gitu aja? Barang barang itu nggak kita beli sejuta dua juta loh, ratusan juta itu semua!" Nada bicaranya naik.

Kang melirik Nadeine yang berdiri gelisah, "Ya, tinggal tebus aja, apa susahnya?"

"Tebus?" Nadeine mengulang kata yang paling menonjol dari pernyataan suaminya, setelah Kang menyodorkan ponsel dengan isi pesan dari suatu kontak yang tidak tertera namanya barulah dia paham skenario macam apa yang mereka lakukan. Semata mata hanya untuk meredam kemarahan publik atas tragedi remaja dibawah umur, hitung hitung sebagai framing juga, biar dikata bekerja saat ada masalah dan melaksanakan hukum yang sudah ada.

Setelah kemarin menemukan Zayyan terbujur kaku di dalam rumah yang sudah penuh oleh para petugas medis dan keamanan, Nadeine memasang wajah sedih seperti kemarin, tentunya karena banyak media yang datang meliput. Dimana kamera menyala, disana Nadeine memasang topengnya.

Begitu juga Kang, setelah mendengar kabar tentang Zayyan, dia cepat cepat pulang tapi tujuannya bukan rumah melainkan tempat pestanya, untuk mengamankan obat dan hartanya di sana. Dia tahu jika hari ini pasti datang, Kang sudah mengantisipasinya dengan menyimpan brberapa harta ilegal itu di tempat lain, namun bukan kepergian Zayyan yang dia inginkan menjadi pintu masuknya.

"Mulai dari awal lagi, sialan! Kenapa anak itu malah mati?" Ungkapnya melupakan kekesalan.

Sementara itu, Stevie sedang berbicara dengan ayahnya, terlihat begitu serius sampai beberapa kali Stevie mengerutkan dahi. "Nggak bisa gitu dong Pi? Masa kasus orang meninggal nggak jelas kayak gini ditutup gitu aja? Ini Zayyan loh Pi, Zayyan meninggal karena sebab yang kita nggak tahu, Zayyan yang Papi mau jadi menantu Papi, yang mau Papi jodohkan sama Stevie!!"

"Papi nggak bisa apa apa kalo Kang maunya ini kasus ditutup, papi bisa bantu otopsi sampai rumah sakit terbaik di negara ini, papi bisa bantu semuanya, fasilitas, uang, bahkan hukum bisa papi urus. Tapi Kang menolak, orang tua Zayyan sendiri yang nggak mau melanjutkan, kalo udah gitu Papi nggak bisa apa apa"

THE SALVATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang