19|"Ayah gue dua"

233 53 10
                                    

---

Kediaman Akbar kini terasa lebih damai tanpa adanya gema suara putra Akbar yang terkadang berebut susu di dapur. Namun ada sulung yang pulang kemarin malam, iya. Sherine pulang karena pekerjaannya sudah berkurang.

"Ayah, Giwang kapan pulang?"

"Minggu mungkin"
"Kamu nggak mau nanya Devan kemana?"

"Depot mah udah besar, biarin aja nanti kalo lapar juga pulang"

"Haha, adikmu ikut Giwang"

"Wah.. Udah akur tuh berdua"

Amina dan Robi memutuskan akan menjemput Giwang dan Aldevan, karena ada Sherine juga, tentunya diajak. Amina sedikit memikirkan apa yang dikatakan oleh Adam, maksudnya ke sana juga karena ingin menemui ayahnya, Bimasena. Amina belum membicarakan pertemuan tak terduga dengan Adam kemarin kepada Robi, belakangan mereka memiliki pekerjaan yang padat. Amina mengurungkan niatnya.

Delapan jam perjalanan mereka tempuh menggunakan mobil Fortune hitam yang biasanya mereka pakai.

Disisi lain ada Aldevan yang mondar mandir dengan ponselnya di balkon kamar. Beberapa kali mencoba menghubungi seseorang dan sepertinya tidak mendapat jawaban. "Kenapa?" Tanya Giwang karena penasaran

"Coba lo telpon Zayyan, gue nggak bisa hubungin"

"Bentar"
"Nggak aktif orangnya, ini dichat juga ceklis satu. Coba telepon biasa deh"

"Nggak ada pulsa hehe"

Giwang memutar mata malas, dia lagi yang harus turun tangan. "Halo, Zayyan?"

"Speaker! Speaker!" Aldevan.

[Oi, Giwang ya? Ini Giwang sodara Depan?]

"Anjing lo dimana? Kak Stevie nyariin lo noh!" Tahu kan, orang yang ngegas dan penuh sumpah serapah ini siapa?

[Stevie? Nggak kenal gue]
[Zayyan, sini! Malah ngapain lo, njing?] Suara orang lain yang nada bicaranya terdengar lebih tinggi.
[Sabar anjing, buta lo? Masih telepon nih]
[Halo? Pan? Wang? Mati ya?]

Giwang menatap Aldevan, "Ngelantur?"

Aldevan menelan ludah menatap Giwang, kemudian mengalihkan pandangannya menatap detik telepon yang masih menghitung.
"PULANG ANJING!"
"LO DIMANA, HAH?"
"MABOK SAMA SIAPA LO? ANAK TOLOL!" Aldevan kehilangan kesabaran.

"Zayyan, lo dimana? Kasih tahu lokasi lo, biar gue suruh orang jemput" tambah Giwang.

[Aman gue aman, sedikit doang ko-]

Tut...

"ARGH" Aldevan membanting ponsel miliknya yang dia genggam sejak tadi di ranjang.

Setahu Aldevan, Zayyan bukan orang yang suka keluar rumah, kecuali saat dia mengajak. Siapa orang yang bisa membujuk Zayyan sampai sebegininya? Aldevan melarang keras Zayyan untuk mabuk atau melakukan sesuatu yang bisa merusak citranya, dia akan menjadi tokoh publik yang pasti kehidupannya bukan menjadi sebuah rahasia lagi, entah itu kehidupan yang lalu atau yang akan datang. Aldevan mempertimbangkan itu semua, walaupun dia tahu dia memiliki lingkungan pertemanan yang luas dan tidak semua temannya juga orang baik, Aldevan tidak pernah mengajak Zayyan bertemu teman tongkrongannya. Tapi hanya orang orang tertentu saja yang dia kenalkan.

Zayyan juga orang yang memiliki lingkaran pertemanan sendiri, yang mana memiliki level yang berbeda dengan Aldevan.

"Emang dia suka mabuk?"

"Setahu gue sih nggak, baru kali ini. Kak Stevie dari tadi nyariin Zayyan, dia bilang kemarin di rumah Nizam, tapi kali ini malah mabok mabokan. Sinting itu anak, gila!"

THE SALVATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang