30|Substance Abuse Disorder II

204 35 9
                                    

Anak ini juga masih tahu diri, masih punya hutang budi yang harus dia penuhi.

---


Sofa putih yang biasa menganggur di kamar Zayyan, kini ditempati olehnya dan Stevie. Gadis itu duduk menyila, menyenderkan setengah punggungnya pada pinggiran sofa, sedangkan Zayyan duduk lebih rendah, pasrah menyenderkan kepala dan tubuhnya karena memang terasa lebih berat saat akan membahas hal yang begitu dia hindari.

"Gimana? Jangan ada yang lo tutup tutupi lagi sama gue! Gue tahunya lo cuma pakai obat penenang doang, itupun lo bilang cuma biar ngantuk aja, kan?" Stevie membuka percakapan yang mungkin akan menjadi lebih dalam. "Gue nggak mau punya calon yang suka miras, rokok, apalagi narkoba!"

Zayyan mengangguk pelan, "Iya, gue pake semua. Perjodohan ini juga nggak akan berhasil, kak"

Pandangannya dia edarkan pada suasana kamar yang begitu membosankan, terlalu besar bahkan membuatnya begitu malas menatap terlalu lama. "Sejak Papa bilang kalo masa depan gue udah diatur, sejak itu gue kenal hal hal kayak gini"

"Oke? Terus.."

"Dirumah ini semuanya pakai, kadang tiap malam teman Papa Mama datang buat 'pesta' dan hal itu yang bikin gue ikut ikutan, walaupun gue nggak mau, tapi nyatanya gue kecanduan, Kak" Wajahnya memelas, seperti sudah tidak punya harapan. "Gue munafik kalo bilang bisa lepas dari narkoba"

Saat seseorang menggunakan obat ataupun zat yang ilegal, obat yang diresepkan atau obat yang dapat dibeli sendiri dengan dosis tidak sesuai disebut substance abuse disorder atau penyalahgunaan zat.

"Paham, gue paham! Rehab aja yuk? Gue pilihin rumah sakit yang paling aman, gue pastiin nggak akan ada media yang bisa liput lo di sana. Bahkan kalo lo perlu ke luar negeri, gue anterin, gue temenin"

Keadaan seseorang yang mengonsumsi alkohol, obat yang diresepkan, dan atau obat legal lain terlalu banyak dari dosis yang dianjurkan juga bisa disebut dengan substance abuse disorder.

"Kak? Lo kuliah, dan gue juga punya jadwal yang nggak bisa ditinggal"

"Gue bisa cuti kuliah, masalah jadwal itu ya kita kabur aja. Jangan dibikin pusing! Yang penting lo dulu, ayo rehab sebelum telambat!"

Zayyan menggeleng, tidak mungkin rasanya meninggalkan rumah ini. Apalagi Ayahnya yang sudah berusaha menjaga nama baik keluarga yang Zayyan tahu jatuh bangunnya bagaimana. Anak ini juga masih tahu diri, masih punya hutang budi yang harus dia penuhi.

Rehabilitasi menjadi satu satunya jalan keluar untuk mereka pecandu narkoba, walaupun lamanya pengobatan ini tergantung dengan keadaan si pecandu, tapi yang terpenting adalah adanya penanganan oleh profesional.

Stevie menatap anak yang selalu dia anggap kecil ini dengan pandangan iba, melihatnya menyenderkan kepala pada bahu sofa membuatnya ingin memeluknya saja, biar bisa terasa hangatnya kedua orang yang saling berjuang untuk satu tujuan yang berdasarkan skenario juga kepura puraan. Rambut hitam Zayyan menjulur lurus menyapu sofa, Stevie tidak tahan dan mengusapnya penuh kelembutan. Dia tarik kepala Zayyan agar lebih dekat, semakin dekat, dan berakhir pada dekapannya.

Stevie berhasil mengambil alih tubuh Zayyan dari bangku yang membuatnya cemburu.

Anak kecil itu memejamkan mata, menikmati momen yang mungkin hanya sekali bisa dia rasakan. "Ada gue, ada Stevie yang bareng sama lo, sampai kapanpun"

Zayyan mulai menenggelamkan wajahnya, memagang erat pakaian yang Stevie gunakan. "Gue takut, kak. Gue tahu bakal mati, tapi gue nggak mau mati karena narkoba"

THE SALVATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang