41|Post-truth

237 42 38
                                    

Seorang anak tidak bisa memilih dimana dia dilahirkan, tapi orang tua bisa memilih apakah dia akan memilikinya atau tidak.

---

Sama sama beresiko, semuanya memiliki konsekuensinya masing masing. Jika Amina berhasil menggugurkan kandungannya kala itu akan memberikan pengaruh yang luar biasa besar pada kehidupannya atau bahkan Adam. Tapi boleh jadi atas keputusan Amina ini, Giwang akan kembali ke surga dan kekal bersama kebahagiaan namun Zayyan akan tersiksa oleh kesendirian, Aldevan tidak akan merasakan hangatnya sentuhan ibu lagi, Nizam tidak akan rajin belajar, dan Theo, anak itu mungkin tidak akan hidup normal sampai saat ini.

Tanpa mereka sadari, Giwang merupakan orang yang paling penting, kunci bergeraknya kehidupan pada orang orang di sekitarnya, ya! Caranya dengan mengorbankan ketenangan hidup Giwang demi bergeraknya roda kehidupan orang lain.

"Bunda lakuin apa aja dulu?" Giwang mendongak, menatap Adam yang sedang sibuk mengobati luka dikepalanya.

Mereka berada di tempat Adam, Giwang tidak tahu di mana tepatnya lokasi ini namun pemandangan yang dia tangkap sewaktu kemari adalah gedung gedung besar dan tinggi, tidak nampak perumahan yang berjajar, Giwang pikir ayahnya ini tinggal di apartemen.

"Nggak usah dipikirin, ayah kan udah bilang!"
"Kalau bundamu nggak mau rawat kamu, ayah masih mau, ayah siap, ayah mampu! Tapi kepala batu memang dia, mengambilmu paksa dari ayah"

Tatapan kemarahan bisa Adam rasakan dari Netra Giwang yang memerah, masih menuntut penjelasan ternyata.

"Obat, aborsi, segala macam bundamu mau lakukan! Berkali kali ayah pergoki waktu itu.. Tapi semuanya gagal, Tuhan masih memiliki rencana untuk kehidupanmu, dan kami"

'Tapi semuanya gagal?' Giwang rasa itu bukan pernyataan yang tepat, upaya ibunya ini berhasil, malah lebih baik karena ini membunuhnya perlahan, cukup untuk menyiksanya dahulu. Apa ini termasuk balas dendam? Tidak! Amina memang selalu mementingkan keuntungan, walaupun ada kesalahan dia tetap mencari celah untuk mengambil keuntungan.

Peringatan! Jangan bermain main dengan para pebisnis, yang dipikirkan hanya tentang untung, untung, dan menguntungkan dirinya.

Amina tidak mau rugi, sekecil apapun itu. Kemungkinan hidup Giwang sebagai anaknya dia manfaatkan untuk berinvestasi agar bisa hidup dengan nyaman nantinya saat dia tua, Giwang dia rawat bagaikan pohon, mulai dari benih setitik sampai saat ini dia sedang berkembang, sedang rimbun dan hanya menunggunya untuk berbuah saja.

"Lemahnya tubuhmu, lambatnya proses belajar, cacatnya berkomunikasimu itu bukan karena kamu pemalu, bukan karena itu.." Tambah Adam walaupun terasa sesak juga mengatakannya, hasil analisis ini sudah dia simpan sejak lama agar tidak menyakiti perasaan putra tersayangnya ini. "Maaf, salah ayah yang saat itu tidak bisa menahan diri. Pasti berat, untukmu, untuk bunda juga"

"Memang salah ayah!"

Deg, ucapan Giwang menembus hatinya nyeri. Kalimat ini terdengar tulus dari hatinya, mengisyaratkan kegelisahan Giwang selama ini.

"Giwang, ayah tahu ini berat.." Adam berjongkok memegang tangan yang sekarang sudah bisa menggenggam penuh tangannya, "Tapi ayah juga kesulitan, ayah nggak bisa ketemu kamu, ayah hanya bisa lihat dari jauh, ayah-"

" Adam berjongkok memegang tangan yang sekarang sudah bisa menggenggam penuh tangannya, "Tapi ayah juga kesulitan, ayah nggak bisa ketemu kamu, ayah hanya bisa lihat dari jauh, ayah-"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE SALVATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang