46|Giwang VS Giwang

205 46 25
                                    

❤️SELAMAT MEMBACA❤️

---

Pada akhirnya Aldevan menjelma menjadi seorang kakak yang kalah dengan adiknya, dia membiarkan Giwang beristirahat di rumah walaupun agak gelisah juga kalau harus berangkat sekolah sendirian. Hari ini tidak terasa seperti biasanya.

"Mbak, hari ini berapa lama di rumah?" Tanya Aldevan pada Mbak yang biasanya membantu pekerjaan rumah.

"Cuma setengah hari Mas, paling nanti jam dua belasan saya pulang"

"Em gini mbak.." Ucapnya sembari berjalan menjauh dari tangga, mendekati Mbak yang sedang mengelap meja ruang tamu. "..Ini Giwang kan nggak masuk sekolah, di rumah juga nggak ada orang. Kalo Mbak nanti seharian penuh gimana? Atau nggak sampai saya pulang sekolah aja, nanti saya izin nggak latihan karate bisa kok pulang lebih cepat"

"Mas Giwang sakit, Mas?"

Aldevan menggeleng dan membuat Mbak melirik kamar Giwang, "Saya sih nggak apa apa mas, tapi nanti saya tinggal dulu boleh? Sebentar aja, mau antar ASI buat anak saya"

"Boleh Mbak, nanti saya tambahin upahnya. Yang penting jangan lama lama ya Mbak, takut ada apa apa kalau ditinggal sendiri. Nanti juga sesekali masuk kamar aja mbak, tengokin Giwang ya"

"Ada masalah lagi ya mas? Sama ibu?" Ucap Mbak bisik - bisik, tentu saja Aldevan tertarik dengan obrolan bernada rendah ini walaupun dia sudah siap berangkat ke sekolah.

"Mbak tahu sesuatu?"

Mbak mengangguk, "Dulu pernah begitu mas, waktu masih awal pindah di mari. Mamak saya kan lama juga disini, saya meneruskan karena Ibu yang minta. Walaupun nggak setiap hari Mas, ya kadang ngeliat gitu Mas Giwang sama Ibu.. Emang Ibunya keras sifatnya, Mas Giwang juga suka takut, habis kena marah gitu kadang suka drop badannya, saya sebenarnya udah mau berhenti kerja, saya tuh nggak tega ninggalin anak bayi dirumah sendirian tapi saya lebih nggak tega lihat Mas Giwang di rumah sebesar ini sendiri. Takutnya mas, orang baru yang gantiin saya juga ikut takut nanti malah keluar juga, Mas Giwang nanti nggak ada yang nemenin"

Aldevan tahu, Mbak memang sudah lama sekali bekerja dirumah ini, walaupun setelah bekerja Mbak akan pulang. Mereka tidak berinteraksi setiap hari.

"Tapi mas, maaf.. Saya nggak bisa apa apa. Saya cuma bisa bantu beres beres rumah, saya juga sering masak makan buat Mas Giwang tapi nggak dimakan, kadang sampai basi. Akhirnya cuma dibuang, saya juga nggak apa apa Mas kalau Mas Giwang bilang mau makan apa aja, pasti saya masakin.. Tapi mas Giwang kalau sudah kayak gini mas pasti bakal susah, kalo udah ngomong cuma pengen tidur pasti bakal di kamar lama banget.. Nggak mau bangun, seharian dikasur aja, susah banget diajak makan, nggak mau ngomong juga orangnya Mas, duh sedih saya kalo lihat Mas kayak gitu.." Mbak ikut layu menambahkan cerita tentang keadaan Giwang.

"Buatin susu anget aja mbak nanti kalo sekiranya Giwang udah bangun, kalo tetap nggak diminum ambilkan dua kotak susu dikulkas terus taruh dalam aja"

"Iya Mas, nanti saya masak bubur juga buat Mas Giwang"
"Terus ini Mas Devan mau dibuatkan bekal sekolah nggak Mas?"

"Nggak usah Mbak, saya udah telat ini"
"Nanti sore mungkin ada yang mau kirim sayuran sama makanan buat stok dikulkas, tolong masak lauk yang berkuah ya Mbak, seret nih dari kemarin" Ucapnya tersenyum dan segera buru buru keluar rumah.

Semua yang dikatakan Mbak pasti didasari oleh masalah sekolah dan nilai karena memang hanya itu masalah Giwang, dan itu sudah cukup membuatnya terlihat murung. Apalagi kali ini Aldevan ikut mengasah otak untuk menyelesaikan masalah yang belum Aldevan ketahui alur dan ceritanya.

THE SALVATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang