54|Chrysanthemum

204 35 18
                                    

'Mereka berdoa kepada Tuhan, bunga-bunga berbeda warna ini tidak meminta merubah takdir manusia tapi menyemogakan hal baik padanya.'


---


Bendera warna warni mulai terpasang sepanjang jalan, ratusan pita mulai disambung memusat ke alun alun kota, juga gemerlap lampu yang mulai menyala untuk perayaan festival. Banyak orang yang mulai berdandan dengan kostum yang menarik membagikan balon, bunga, minuman, atau sekedar brosur perkenalan produk dan tempat makan.

"Halo kak, aku sedang menggratiskan bunga bungaku tapi hanya selama dua jam," gadis itu menatap jam tangan putihnya masih saja tersenyum begitu lebar, "tinggal sepuluh menit tersisa, ayo!" Bujuknya pada Aldevan yang tidak punya kesempatan untuk menolak tawaran ini.

Toko bunga gadis itu terlihat kecil karena penuh dengan tanaman, nuansa putih dan warna warni bunga yang terlihat selaras membuatnya sesaat terbang, juga menikmati aroma yang begitu segar. Aldevan serasa memasuki dunia baru.

"Pilih saja bunga mana yang membuatmu merasa senang," si gadis mendekat berbisik, "mereka luar biasa, bunga itu perasaan yang tergambar melalui warna-warnanya"

"Sebenarnya aku dalam perjalanan ke rumah sakit," Aldevan menunjuk gedung Apollo yang jelas terlihat dari toko bunga ini, "adikku sakit, mungkin kalau boleh aku mau bunga yang cocok buat dia aja, aku kurang paham dengan hal semacam ini." Ucapnya canggung mengikuti cara berbicara si gadis.

Netranya mulai bergulir, meneliti bunga yang dia miliki, mencari ke sudut toko untuk menemukan yang cocok. "Apa adikmu masih kecil?"

"Sudah besar, dan kami seumuran"

"Oh, kalau begitu biar aku rangkai bunga krisan untuknya, tunggu sebentar"

Aldevan mulai mempertanyakan diri, kenapa disaat yang mendesak seperti ini dia malah mampir ke toko bunga dan apa itu tadi? Bunga untuk adiknya? Tapi biarlah, semoga bisa sedikit menghibur Giwang. Belum puas dirinya melihat sebagian bunga di dekat meja kasir, si gadis datang membawa satu buket bunga didominasi dengan warna ungu, itu juga yang paling menonjol.

"Bunga Krisan ini banyak diminati pengunjung tokoku, tapi mereka sekedar mengagumi kecantikannya saja sampai lupa bertanya namanya. Aku perkenalkan ini bunga krisantemum, berikan pada adikmu dan sampaikan salamku semoga cepat sehat." Gadis itu membungkusnya pada tas kertas cokelat yang besar juga sudah tercetak khusus nama toko di sudutnya.

Aldevan hanya tersenyum, "kamu nggak kenal adikku kan, yakin mau menitip salam pada orang asing?"

Si gadis memiringkan kepalanya, "aku mendoakan kesembuhan, sebagai sesama manusia. Aku tidak perlu mengenalnya dahulu untuk itu, kan?"

Sudut bibir yang terangkat tinggi kembali terukir diwajahnya, sekarang Aldevan kehilangan kata kata untuk menjawab si gadis bunga.

"Bunga ini juga sedang berdoa, memohon kepada Tuhan--" Si gadis menyodorkan buket itu dengan senyum yang sama lebarnya, "--banyak yang percaya kalau krisantemum ungu melambangkan kesehatan dan umur panjang"

"Bukankah warna putih lebih cocok? Lebih lembut dan terlihat tidak mencolok?"

Si gadis lantas menggeleng, "dibeberapa belahan dunia lain, bunga kristantemum putih digunakan untuk pemakaman dan melambangkan rasa duka, tapi mereka bisa bermakna juga sebagai kesucian, kejujuran, dan kesetiaan. Aku rasa ini akan terasa kurang sopan untuk orang sakit, kan?"

"Itu, bisa diberikan padaku saja." Jawabnya spontan.

"Aku beri mawar putih saja, lain kali datanglah kemari lagi. Aku sisihkan untuk adikmu juga pastinya"

THE SALVATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang