12|AMINA

264 56 17
                                    


---

Menjadi wanita karir yang -terkadang- juga mengurus kebutuhan anaknya, Amina selalu bangun pagi untuk memasak sarapan atau sekedar mengoleskan selai pada roti tawar untuk Giwang.

Pagi ini [04.16] , Amina sudah bangun untuk menyiapkan sarapan, pekerjaannya hari ini lumayan padat. Ibu yang sekarang punya dua putra ini mengintip kamar anak anaknya, masih gelap. "Biasanya terang" gumamnya. Setelah mempersiapkan sarapan, Amina naik untuk membangunkan Giwang dan Aldevan.

"Ayo bangun, udah pagi" Ucapnya sambil membereskan buku buku Giwang.

Amina mendekati jendela, membuka tirai supaya cahaya matahari walaupun masih samar dapat menembus masuk. Aldevan menggeliat, membuka mata dengan malas. Amina mendekati dan menarik selimutnya, "Ayo anak ganteng, bangun"

Satu lagi, putranya masih meringkuk memeluk guling menghadap tembok. Amina menghela napas pelan, mendekati dan mengelus kepalanya, "Ayo bangun, Giwang. Biasanya udah selesai baca buku jam segini"

"Bentar lagi, bunda" Jawab Giwang yang masih menarik kembali selimutnya.

"Hari ini Bang Ran ke sini, bunda nggak bisa pulang cepat karena banyak pekerjaan"

Giwang menyembulkan kepala, mengangguk tapi masih terpejam karena matanya terasa lumayan panas, apa karena terkena air laut kemarin? Entahlah, Giwang rasa dia sedang tidak enak badan. Mungkin tidur sebentar lagi akan membuatnya lebih baik.

Saat turun tangga Aldevan berpapasan dengan Robi, "Ayah kerja juga hari ini?"

"Kerja, ayah bakal sibuk seminggu kedepan, jangan pulang malam malam, Giwang dirumah sendiri"

"Iya ayah, tapi hari ini Aldevan mau latihan, mungkin mau makan bentar sama Igemi. Jadi agak malam pulangnya"

"Ajak Giwang sekalian aja"

"Mana bisa mau kencan ngajak adek, direcokin yang ada nanti"

Robi tertawa melihat wajah kesal Aldevan. Tak lama setelah itu, Giwang turun masih dengan baju tidurnya dan wajahnya yang masih terlihat mengantuk. Giwang duduk di kursi makan, meletakkan kepalanya di atas meja.

"Bunda berangkat dulu ya, makan terus mandi" Ucap Amina mencium kepala anak kesayangannya.

"Hati hati dijalan bunda"

Aldevan mendekat membawakan roti yang tadi sudah diolesi selai cokelat. "Nih, tumben lo kayak kerupuk seblak, lemes amat" Ejek Aldevan

"Nggak tahu"
"Ini apa selainya?"

"Cokelat"

"Punya lo?"

Aldevan tetap membuka roti yang dia genggam untuk memastikan isinya, "Kacang"

"Tuker dong"

"Nggak mau, itu jatah lo"

"Sekali, Dev"

Dengan berat hati Aldevan memberikan roti miliknya, yang tadinya dia sengaja memberikan selai yang lebih banyak karena sedang ingin.

Protech Company, meskipun akhir pekan perusahaan milik Amina ini masih ramai karena hari ini di sana akan didatangi salah satu pimpinan perusahaan raksasa yang akan menjalin kerja sama, juga menjadi mitra utama dari Protech, Amina begitu bersemangat karena peluang untuk mengembangkan perusahaannya akan sangat menjanjikan.

Perusahaan pemasok ini  memiliki begitu banyak koneksi. Tak bisa dipungkiri jika nanti mereka berhasil mendapatkan kontrak kerja sama akan membuat Amina menjadi perusahaan yang lebih besar, dan tentunya pengembangan yang selama ini dia lakukan akan lebih cepat. Teknologi yang Protech kembangkan akan mendukung sistem keamanan yang bisa mengenali -lebih detail- barang barang mencurigakan melalui kamera pengawas, namun masalah dengan perusahaan sebelumnya membuat pengembangan ini terhambat.

THE SALVATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang