18|Mama Haera

252 52 18
                                    

Haloo, makasih banyak buat teman teman yang masih setia nunggu update-an akuu.. Maafkan karena ada beberapa kendala yang lumayan menghambat aku buat update, tapi nggak apa apa, aku masih nulis sampai habis, jadi ayo selesaikan cerita ini bersamaaaaaa🥳❤️

SELAMAT MEMBACA YAAA~~

---


Haera House yang sering dikunjungi Oma Oki ini memiliki delapan lantai dengan bangunan berbentuk kotak, tembok penuh ukiran, dan memiliki taman di tengahnya. Setiap lantai memiliki puluhan kamar yang ditinggali anak anak. Di sana juga tidak hanya merawat anak yang sejak kecil sudah ditinggal orang tuanya, melainkan juga anak anak yang dibuang karena mereka pikir tidak akan memiliki potensi menjadi manusia yang bisa diharapkan alias cacat.

Haera tidak memilih siapa anak yang pantas di sana, selagi masih cukup, Haera akan menerima semuanya. Tak jarang ada orang yang berbaik hati mengadopsi anak anak di sana.

Panti asuhan dengan konsep bangunan unik dan terlihat klasik ini memang bukan hanya tempat untuk mengasuh dan membesarkan anak anak terlantar namun banyak fasilitas bisa didapatkan oleh mereka di sana. Mulai dari fasilitas pendidikan sampai kesehatan, semua dijaga dengan baik. Banyak orang yang mau bergabung untuk membantu Haera House, mulai dari masyarakat biasa hingga para pejabat dan tokoh publik.

Oma Oki menjadi salah satu orang yang mengabdikan diri untuk merawat dan membantu anak anak malang ini. Oki sudah aktif bertahun tahun, bahkan sejak Giwang belum lahir. Semua petugas di sana menghormati Oki, terutama keturunan Keluarga Hengkara. Tidak banyak yang tahu jika Hengkara terlibat langsung dengan Haera House ini, untuk apa juga mereka memberitahu orang lain? Bima tidak terlalu suka menjadi orang yang mencolok.

Karena Omanya inilah yang memiliki akses bebas di Haera membuat Giwang tidak takut dengan ancaman Yaksa tentang Igemi dan Aldevan, karena tahu dia bisa mengakses informasi dengan mudah.

"Giwang, lo ikut main sini" Ucap Aldevan pasrah, banyak anak anak yang menarikmya untuk ikut bermain bersama.

"Lo gak liat nih gue?" Giwang menggendong seorang anak laki laki yang tertidur di pangkuannya, mungkin usianya baru satu atau dua tahun. Giwang saja sejak setengah jam lalu tidak bergerak karena takut membangunkankannya.

Aldevan kembali bermain main dengan anak anak itu, banyak sekali. Aldevan kewalahan.

"Kak, main mobil mobilan yuk?"

"Tadi boneka aku disini, kakak cariin boneka aku dulu aja"

"Jangan! Main sama aku aja bang, kejar kejaran"

Aldevan menelan ludah, "Iya iya ayo main, satu satu ya.. Kakak bisa bikin istana pasir. Mau lihat nggak?"

"MAU!" jawab anak anak itu serentak, mereka lantas berjalan menuju kotak pasir yang lumayan besar, tepatnya berasa di sekitar taman bermain yang ada ayunan, perosotan, dan lain sebagainya.

Rasanya tempat ini bukan seperti panti asuhan, melainkan pulau yang hanya dihuni oleh anak anak. Gelak tawa terdengar di setiap sudut, sesekali ada suara menangis tapi tidak lama, menandakan petugas di sana begitu mahir dalam merawat anak anak itu. Mainan, alat tulis, bahkan pakaian juga berserakan dimana mana, dan ini adalah tempat paling ideal sebagai tempat tinggal untuk bayi dan anak anak.

"Tidur ya?" Tanya seorang perempuan yang bekerja di sana pada Giwang.

Giwang mengangguk, lalu menyerahkan anak itu, belum sempat di terima tapi sudah mengeliat, hampir membuka mata. Giwang kembali menepuk nepuk punggungnya.

"Hm, biasanya Kiki susah tidur siang. Hangat kayaknya Mas Giwang, sampai nggak mau pindah itu" Ucapnya tersenyum, tidak kalah hangat senyum yang dia perlihatkan.

THE SALVATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang