42. Tidak bisa dipercaya

568 36 1
                                    

Happy reading!

•••••

Beberapa minggu kemudian, kedua sejoli itu setiap hari membuat orang lain sangat iri. Entah iri dengan ke uwuan mereka, perhatian Arkan dan lain-lain. Bahkan sekarang ada instagram yang isinya tentang paparazi mereka berdua yang uwu-uwuan. Tapi tenang, itu bukan haters.

Kini mereka sedang berada dikantin untuk menunggu bel masuk jam kelima di bunyikan. Mereka sudah menghabiskan makanannya, tapi tidak dengan Jesica. Gadis itu masih memakan jamur krispi yang ia beli di mbak tiyas-penjual kantin SMA GARUDA-, katanya sih itu menu baru disana.

Brak!

"HEHHH!!" teriak Alan seraya menggebrak meja dengan sangat kuat hingga membuat mereka menjadi pusat perhatian.

"Kenapa njir? lo kesambet?" tanya Gilang, lelaki itu kaget, bukan hanya Gilang saja yang kaget sih tapi semuanya kaget.

"Ternyata selama ini, Alara suka sama gue," kata Alan seraya lompat-lompat seperti anak kecil yang dibelikan mainan oleh ibu mereka.

"Alanjing, gue pikir apaan," kesal Arsya, pemuda itu menatap sinis lelaki playboy didepannya.

"Sejak kapan, Lan?" tanya Jesica, gadis itu sedikit kepo.

Alan mengedikkan bahunya tanda tak tau, "Lah? terus lo taunya darimana?" pertanyaan itu keluar dari mulut Alika yang duduk di sebelah Gilang dan Jesica.

"Gue tau instagram ini," Alan menunjukkan sebuah akun instagram dengan username @inibeneranalara yang isinya semua poto Alara dan Alan yang sedang bersama atau foto Alan sendiri

"Cie  yang udah gak prenjon lagi, eh masih prenjon deh kan belum jelas hubungannya."

"Anjir lo, Je. Jangan nyindir gue ya, iya deh si paling disukain balik sama crush," sindir Alan.

Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi membuat mereks memutuskan untuk kembali kekelas masing-masing.

•••••

"Je, nanti malem gue nginep ke rumah lo ya," kata Alika.

"Oke siap, papa Al lagi?"

Alika mengangguk seraya menunduk, kasian sekali gadis ini. Ia adalah korban kekerasan papanya, alasannya adalah nilai Alika yang menurun walau sedikit. Makanya Alika sangat ambis, ya karena itu alasannya, tapi tidak seambisius itu sih.

Jesica memeluk Alika erat yang berada di sebelahnya, mereka berdua sedang mengikuti pelajaran bahasa Indonesia di kelas. Alika membalas pelukan itu tak kalah erat dengan gadis bercardigan biru itu.

"Makasih ya, Je. Lo selalu ada disetiap gue sedih maupun seneng," ujar Alika dengan senyuman manisnya.

"Iya Al, sama-sama."

"Tapi mulai sekarang, gue mohon ya sama lo. Jangan terlalu percaya sama orang terdekat lo sekalipun itu gue," ucapan Alika membuat Jesica terdiam, gadis itu tidak bisa mencerna kata-kata Alika barusan.

Jesica ingin bertanya kepada Alika, tapi bel pulang sekolah sudah berbunyi membuat ia mengurungkan niatnya untuk bertanya. Mungkin sepulang sekolah nanti.

Setelah memasukkan semua barang-barangnya ke tas, kedua gadis itu berjalan keluar kelas dengan bergandengan. Diluar, mereka disambut oleh Arkan dan Gilang yang sudah stay disana menunggu mereka.

"Ayo Ar, aku pengen rebahan, yakan Al," kata Jesica.

Alika mengangguk, "Anterin kerumahnya Jeje ya, aku mau nginep disana," jelas Alika diangguki Gilang.

Mereka pun pergi dari sana menuju parkiran untuk mengambil motor mereka. Jesica menaiki motor Arkan, kala lelaki itu sudah didepannya dengan motornya.

Setelah naik dan memastikan gadisnya sudah memakai helm, Arkan pun langsung melajukan jalan raya yang lumayan padat itu dengan kecepatan rata-rata diikuti Gilang dan Alika di belakangnya.

ARKANJESICA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang