38. Marah

634 43 2
                                    

Happy reading

•••••

2 minggu telah berlalu, mulai saat ini Jesica sudah resmi kelas 12. Gadis itu sudah siap dengan seragam sekolahnya, ia menggendong tas biru mudanya lalu keluar dari kamarnya, langkah jenjangnya melangkah menuruni tangga. Sampai diujung tangga gadis itu menyapa kakak laki-lakinya yang sedang menunggunya sarapan, tak hanya kakak laki-lakinya saja yang ada disana, kekasihnya juga sedang duduk di depan kakak laki-lakinya menunggunya juga.

"Morning bang Xav!" sapanya lalu duduk di sebelah Arkan.

"Morning dek!" balas Xavier.

"Aku gak disapa?" tanya Arkan seraya menunjuk dirinya sendiri, ekspresi cowok itu terlihat begitu melas.

"Morning sayang."

Arkan langsung mengembangkan senyumnya, cowok itu mengacak pelan rambut Jesica, sedangkan Jesica langsung cemberut karena tatanan rambutnya yang sudah rapi kembali acak-acakan.

"Morning too," kata Arkan.

Jeiaca mencubit perut Arkan keras, "Rambut aku udah rapi kamu acak-acak lagi Arkan!" kesalnya.

"Aduh, maaf Je."

Xavier berdehem, "Kalian bisa telat kalau gak makan-makan, udah ayo makan abang pimpin berdoa."

Jesica dan Arkan mengangguk, lalu Xavier memimpin doa. Setelah memimpin doa, mereka pun makan tanpa bersuara.

Sarapan sudah selesai, kini kedua sejoli itu sudah berada di mobil Arkan untuk berangkat, tentunya. Arkan mengegas mobil membelah jalan raya.

Sesampainya disekolah, mereka turun lalu berjalan beriringan kearah kelas Jesica yang berada dilantai 3. 12 MIPA 3.

"Arkan! bentar lagi aku ulang tahun, Arkan mau ngasih kado apa?" tanya Jesica, sekedar basa-basi.

"Kiss?" Arkan menaikturunkan kedua alisnya.

Jesica menggeleng, "No, aku mau kasih first kiss aku buat suami aku nanti," jelasnya.

"Aku juga bentar lagi ulang tahun," ucap Arkan.

"Oiya, aku lupa kalau ulang tahun kita barengan haha," gadis itu tertawa kecil.

Arkan berhenti di depan kelas Jesica, lalu cowok itu mengacak pelan rambut Jesica dan sedikit mendorong gadis itu agar memasuki kelasnya.

Setelah memastikan Jesica duduk dibangkunya, Arkan berjalan kearah kelasnya untuk menemui teman-temannya yang sedang menunggu kedatangannya.

"Gak nyangka cuy, kita udah kelas 12. Perasaan baru kemarin deh kita malu-malu buat kenalan," ucap Alan, pemuda itu menghisap rokoknya.

"Hahaha, iya. Gue inget dulu si Gilang paling jamet diantara kita."

Gilang menggeplak kepala Arsya dengan keras, "Daripada lo, culun banget," ucapnya tidak terima.

"Anjing lo!"

Arkan memasuki kelasnya, lalu ia duduk di bangku yang berada paling belakang. Bangku itu akan menjadi tempat duduknya selama kelas 12. Teman-temannya yang berada di sampingnya pun mendatangi Arkan, lalu mereka bertos ala lelaki.

"Lo kapan cari ketua pengganti Ar?" tanya Gavin seraya duduk disamping Arkan.

"Kalau kita mau lulus, Maybe." Gavin mengangguki ucapan Arkan.

Tak lama kemudian bel berbunyi, dan kegiatan belajar mengajar pun akan segera dimulai. Bu Sari selaku wali kelas 12 IPS 2 memasuki ruangan tersebut. Guru itu mengenakan kerudung merah tak lupa kacamata bening kotak yang selalu tersampir di hidungnya.

ARKANJESICA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang