39. Joging

529 40 0
                                    

Happy reading!

•••••

"Kerja yang bagus!" gadis itu menyerahkan 10 lembar uang kertas berwarna merah kearah Marshanda.

"Makasih kak," ujar Marshanda seraya menerima uang itu.

"Gue harap, lo bisa jaga rahasia kita," kata perempuan misterius itu.

"Siap kak!"

"Gue pergi dulu ya, Ca," pamit gadis misterius itu lalu pergi dari sana.

•••••

"Aku minta maaf Je," rengek Arkan, lelaki itu mendusel-duselkan kepalanya di perut Jesica, sedangkan sang empu sibuk berkutat dengan ponselnya tanpa menoleh sedikitpun.

Kini keduanya sedang berada di rumah Jesica, sedari kejadian di kantin tadi, Jesica tak sama sekali berbicara pada cowok itu dan mengabaikannya. Jesica masih kesal karena Arkan telah membela adek kelasnya yang terbukti bersalah.

Arkan menangis diperut Jesica, karena sedari tadi ia diabaikan oleh kekasihnya. Sungguh malang, tapi salah sendiri.

"Minggir dulu, Ar," pinta Jesica ketika ia akan segera beranjak dari duduknya.

Arkan mengabaikan ucapan Jesica, lelaki itu semakin mendusel-duselkan kepalanya di perut Jesica sembari memeluknya erat.

"Mau kemana?"

"Mau ambil minum, haus," balas Jesica, dengan terpaksa Arkan mengubah posisinya yang awalnya rebahan menjadi duduk.

Setelah Arkan duduk, barulah Jesica pergi kearah dapur untuk mengambil minuman. Jesica kembali dengan membawa satu gelas sirup untuk dirinya sendiri.

"Buat aku mana?" tanya Arkan sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Ambil sendiri," kata Jesica ketus.

"Kamu masih marah?"

Jesica menatap Arkan dengan pandangan sinis, "Menurut kamu?"

"Maafin aku, Je!" ujar Arkan, kedua tangan cowok itu menyatu, tak lupa dengan puppy eyes yang ia tunjukkan.

"Males."

Arkan diam, pemuda itu memikirkan ide untuk membuat Jesica memaafkannya kembali. Selang beberapa menit kemudian, ide briliant muncul dari otaknya. Ia tersenyum membayangkan Jesica memaafkannya kembali.

Arkan menoleh kearah Jesica yang sedang meminum sirupnya, mata gadis itu masih terfokus kearah ponsslnya.

"Kalau kamu mau maafin aku, aku bakalan turutin semua yang kamu mau," tawar Arkan.

Jesica menoleh kearah Arkan, "Bisa dibicarakan baik-baik."

"Jadi kamu udah maafin aku?"

Jesica mengangguk, "Tapi kamu harus beliin aku seblak dulu," katanya.

Arkan menggeleng, "Gak! nanti kalau maag kamu kambuh gimana?"

"Oke, gak jadi dimaafin."

"Yaudah, ayo!"

Kedua sejoli itu berjalan beriringan kearah motor Arkan yang terparkir di halaman rumah Jesica, setelah memakai helm dan naik, Arkan langsung mengegasnya menuju restoran penjual seblak.

Sesampainya di tempat seblak, mereka turun. Keduanya duduk di meja yang terletak di sebelah jendela, atas permintaan Jesica.

Arkan memanggil waiters, waiters itu pun langsung mendatangi meja Arkan dan Jesica dengan membawa buku menu.

"Saya mau pesen seblaknya level 2 ya kak," kata Jesica.

"Gak! kamu gak boleh makan pedes!" ujar Arkan, lelaki itu menatap tajam kearah Jesica.

ARKANJESICA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang