╔══ஓ๑♡๑ஓ══╗
꧁ Remembering the Past - Part 3꧂
╚══ஓ๑♡๑ஓ══╝
Claire: 14 Tahun
✧༺●༻∞
"Oh? Hai Rayga, lama tak jumpa!" Ucapnya semangat. Ia segera berdiri dari duduknya seolah-olah kejadian dirinya yang masuk ke taman tanpa sepengetahuan Sang Pemilik, memanjat salah satu pohon, dan menguping pembicaraan, serta terjatuh dari pohon karena lalai, bukanlah suatu perkara yang berarti.
Laki-laki berambut pirang itu tampak menyisir rambutnya sedikit dan memperbaiki tatanan pakaiannya yang berantakan karena habis terjatuh dari atas pohon tadi sebelum akhirnya ia berjalan mendekati Ray.
Claire sedikit bingung karena kemunculan laki-laki ini, namun menilik dari tindakan Ray yang menutup pedangnya kembali dan lebih rileks dibandingkan sebelumnya, mungkin saja laki-laki misterius ini bukanlah orang yang berbahaya. Ditambah lagi, laki-laki -yang Claire sendiri masih tidak tahu siapa- terlihat santai dan bersikap akrab dengan Ray yang membuat dugaan Claire mengenai laki-laki ini yang bukanlah musuh semakin kuat.
"Menyelinap masuk seperti biasa ya?" Balas Ray sarkas dengan nada datar. Bahkan Claire sedikit terkejut saat Claire mendengar nada itu keluar dari mulut laki-laki itu karena Claire sendiri tidak pernah mendengar dirinya berbicara dengan nada begitu sebelumnya.
"Ahahaha, maaf." Laki-laki berambut pirang itu mengusap tengkuknya, "aku ingin menemuimu secara langsung. Para pelayan bilang kau sedang berada di taman jadi aku langsung ke sini. Namun, saat aku sampai, aku melihatmu sedang bersama seseorang. Karena tidak ingin mengganggu, jadi..."
"Jadi dengan kemampuan menyelinapmu, kau diam-diam memanjat pohon dan menguping?" Claire sedikit panik saat Ray tiba-tiba kembali meraih gagang pedangnya.
"Ah? Apa ketahuan?" Ucapnya santai tanpa tahu bahaya, yang berasal dari Ray, berpotensi untuk menyerangnya.
Siing
"Oh wow, wow, tenang! Aku kesini bukan untuk duel pedang denganmu, Rayga!" Ucapnya panik seraya mundur selangkah saat Ray mulai mengeluarkan pedangnya dari sarung pedangnya.
"Aku juga tidak sedang mengajakmu duel," balasnya seraya bersiap menyerang dengan pedangnya.
"Hei, kau tahu kan kalau kau tidak boleh menyerangku sembarangan?!"
Pada akhirnya Ray menghela napas lelah. Ia mengendalikan emosinya sebelum menyarungkan kembali pedangnya dengan perasaan enggan.
"Sebenarnya aku tidak peduli padamu, tapi sudahlah," ucapnya akhirnya, membuat laki-laki itu mengerutkan dahinya.
"Dingin sekali! Padahal aku sengaja datang untuk menemuimu setelah liburan sejenak dari pekerjaanku. Kau harusnya merasa terhormat karena dikunjungi olehku!" Ucapnya sedikit kesal.
"..."
"Ha!" Laki-laki berambut pirang itu menatap Ray sinis, "aku sungguh tidak akan pernah bisa mengerti jalan pikiranmu- hm?" Laki-laki itu tampak menyadari sesuatu ketika ia melirik ke arah seseorang yang berada di belakang lawan bicaranya.
"Pulanglah," usir Ray, namun sepertinya tidak digubris olehnya.
Laki-laki itu tampak menyadari kehadiran Claire di belakang Ray. Karena tidak ingin melupakan etika, meski Claire tidak yakin akan eksistensi laki-laki ini, dan oh-bagaimana-bisa dia muncul secara tiba-tiba di taman mansion Crawford yang notabene-nya dijaga ketat, Claire memutuskan untuk memberikan salam formal kepadanya setelah berdiri di sebelah Ray.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Meet My Future Self
FantasyClaire Aylmer, putri seorang Count di Kerajaan Eswald. Gadis muda yang menjalani kehidupannya dengan ceria bersama dengan orang tua dan orang-orang yang ia sayangi. Menjadi putri dari Count terkaya dan wilayah yang makmur membuat gadis belia itu tid...