❛ Chapter 52 ༉‧₊˚ ||Departure||

10 2 0
                                    


╔══ஓ๑♡๑ஓ══╗

꧁ Departure ꧂

╚══ஓ๑♡๑ஓ══╝

Claire : 16 tahun

Rayga : 17 tahun

✧༺●༻∞



"Claire..."

"Hm." Claire menjawab singkat tanpa menoleh. Tatapannya tetap pada bunga-bunga taman yang ia siram di taman, meskipun pikirannya saat ini sedang tidak berada di sini.

"Claire," panggil Remi lagi. Ia kemudian menunjuk bunga-bunga yang Claire siram, "Jika kamu terus menyiramnya, tanaman itu akan menangis karna tempatnya tumbuh kebanjiran sampai membentuk kolam seperti itu," peringat Remi.

"Eh?" Claire sontak memfokuskan pikirannya kembali dan benar saja, tanahnya sudah basah bahkan sampai banjir karena Claire terus menyiramnya tanpa henti.

"EHH!" Gadis itu pun panik dan berteriak tanpa sadar.

"Ada apa? Setelah kembali hari itu. Kamu buru-buru menyelesaikan jahitan sapu tangan itu, lalu setelahnya malah uring-uringan tidak jelas selama beberapa hari," ungkap Remi cemas.

Meskipun hari itu Remi sengaja bersembunyi dan tidak mengikuti mereka agar tidak mengganggu privasi, ia malah dibikin bingung karena setelah hari itu, sifat gadis yang seharusnya bahagia karena diajak jalan-jalan malah berubah menjadi murung.

"Itu..." Claire tampak ragu menjawab.

"Apa karena jadwal keberangkatan Duke Crawford yang tinggal beberapa hari lagi?" Tebak Remi tepat sasaran.

Claire hanya mampu menunduk. Ia meremas gaunnya dan menggigit bibir bawahnya.

Sebenarnya bukan hanya itu saja



"Aku akan pergi ke perbatasan seminggu lagi."

"Se-seminggu?" Claire bertanya terbata-bata yang dijawab dengan anggukan oleh laki-laki itu.

"Karena itulah aku ingin menghabiskan waktu bersamamu hari ini. Setelah ini kita akan jarang bertemu karena aku akan sibuk mempersiapkan keperluan untuk keberangkatanku."

"Ah, ternyata begitu..." Claire menunduk dan menatap tangannya yang meremas rok birunya. Rasanya gadis itu ingin mengutarakan kata-kata semangat atau sekedar mendoakan keselamatan serta kelancaran dari persiapan yang akan dilakukan laki-laki itu. Tapi tak ada kata-kata yang mampu keluar.

Ray hanya tersenyum kecil melihat gadis di sampingnya ini yang tidak memberikan respon apa pun. Ia pasti bingung harus memberi jawaban apa. Tapi tentu saja, tujuan Ray membicarakan ini bukan hanya untuk menginfokan perihal keberangkatannya saja.

"Ada lagi yang ingin kukatakan," ucap Ray. Ia menatap Claire, seolah meminta izin untuk melanjutkan.

Claire balas menatap laki-laki itu, "Apa itu?" Percayalah, gadis itu sudah sangat berusaha untuk menghasilkan suara netral tanpa bergetar. Rasanya ia ingin menangis, mengingat laki-laki itu akan pergi seminggu lagi.

Jika memang Ray pergi ke perbatasan murni untuk melakukan kunjungan atau semacamnya, Claire tidak akan setakut ini, tetapi nyatanya laki-laki itu pergi dengan ancaman bahaya yang mungkin saja bisa membahayakan nyawanya.

I Meet My Future SelfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang