“Pada malam sebelum jasad Eric ditemukan. Eric mendatangi sebuah bar bernama Soul yang berjarak dua kilometer dari tkp. Diketahui bahwa Eric merupakan pelanggan tetap dari bar tersebut.” Elsa mengambil ponselnya yang tersambung via bluetooth dengan proyektor dan memutar sebuah video, yang merupakan bukti bahwa malam itu Eric berada di bar. “Baru pada pukul 22.12, Eric keluar dari bar.”
Sudut pandang video berubah menjadi halaman bar. Dengan langkah gontai karena pengaruh alkohol, Eric berjalan menuju mobil hitamnya. Namun, saat Eric baru akan masuk ke mobil, sebuah mobil lain datang dan berhenti tepat di samping Eric. Seorang laki-laki dengan pakaian kasual turun dari mobil itu.
Mereka mengobrol selama beberapa saat. Sepertinya orang itu menawarkan bantuan, tetapi Eric menolaknya dan langsung pergi dari sana. Sementara orang itu masuk ke dalam bar dan tidak terjadi apa-apa.
“Kami sudah bertanya pada pemilik dan orang-orang yang bekerja di bar itu. Namun, memang tidak ada hal mencurigakan. Eric hanya datang untuk minum-minum dan menggoda wanita tanpa membuat keributan,” jelas Gilbert yang pergi bersama Elsa ke bar tersebut. “Jalan dari bar ke gudang juga ke apartemen Eric merupakan jalan yang sepi. Tidak banyak rumah di sana dan tentu saja cctv tidak banyak terpasang. Jadi, kami tidak tahu bagaimana dia berakhir mati di gudang itu.”
“Tentu saja, si pembunuh pasti tidak mau ditangkap dengan mudah,” komentar Elea, ia mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada meja, berpikir. Memandang anggotanya yang duduk di belakang meja panjang ruang rapat dengan kosong.
“Kapten, saya mendengar beberapa pelayan wanita bar itu membicarakan satu dua hal tentang korban,” ujar Elsa sembari mengangkat tangannya. Setelah mendapat anggukan dari sang kapten, dia menurunkan tangannya dan kembali berbicara. “Mereka bahagia atas kematian korban.”
“Apa?” Semua orang memandang Elsa dengan bingung dan penuh tanda tanya.
“Mereka berkata bahwa orang yang membuat mereka tidak nyaman sudah tidak ada. Bahwa orang yang meminta pelayanan berlebih pada mereka sudah tidak ada dan mereka bahagia karena itu,” jelas Elsa.
“Pelecehan,” ucap Elea dan Clovis bersamaan.
Dahi Rafael dan Gilbert berkerut mendengar apa yang dua atasan mereka katakan.
“Mungkin terdengar aneh, tapi tidak semua bar itu seperti apa yang orang awam pikirkan—melegalkan prostitusi. Atau, sama seperti kita yang memiliki bagian tugasnya masing-masing. Mungkin, para pelayan yang senang atas kematian Eric adalah pelayan yang tugasnya bukan melayani pelanggan,” jelas Clovis santai. Ia hanya memberikan tatapan datar saat anggotanya memberikan pandangan tidak percaya.
“Itu mungkin bisa dibenarkan,” sahut Clarista, saat semua fokus teralih padanya ia melanjutkan. “Hampir semua pegawai wanita yang berada satu departemen dengannya tidak menyukai Eric. Ia dikenal sebagai manajer yang genit dan hobi menggoda pegawai wanita di sana.”
“Apa dia pernah dilaporkan?” tanya Elea pada Calvin yang duduk tepat di seberangnya.
“Dua tahun lalu Eric Elyanzo pernah dilaporkan sebagai pelaku pemerkosaan oleh wanita bernama Evani, yang saat itu merupakan pegawai magang di departemennya. Namun, karena kurangnya bukti dan saksi ia dibebaskan,” jawab Calvin yang membuat separuh anggotanya menjatuhkan rahang.
“Ini jaman apa? Apa wanita itu tidak melakukan visum?” geram Elea, ia bahkan memukul mejanya dengan keras.
“Diketahui Evani melampirkan bukti visum. Namun, saat dokter yang tercantum datang menjadi saksi, dokter itu berkata kalau surat keterangan yang dibawa oleh Evani adalah palsu.” Calvin meringis melihat wajah gelap anggotanya. Namun, apa yang ia katakan memang begitu adanya. Ia bahkan sudah memberikan dokumen fisiknya yang kini ada pada tumpukan laporan di meja kerja Elea.
KAMU SEDANG MEMBACA
CREATOR
Mystery / ThrillerIa menang, tapi ia merasa kalah. CREATOR copyright ⓒ 2022 ⚠️ violence, harsh content, harsh word, bloody, mental illness, sadism