Perjalanan usai dari perumahan itu sepi. Elea hanya menopang dagunya dan memandang keluar jendela, membiarkan Clovis fokus menyetir. Pikirannya masih melayang perihal perempuan yang sengaja menampakkan diri di perumahan Sapphire Blue. Apakah ada sesuatu di sana? Apakah salah satu dari tiga keluarga itu terlibat dalam kasus pembunuhan yang terjadi saat ini? Atau ada pesan yang ingin disampaikan?
Jika benar, itu bukanlah hal yang mengejutkan untuk Elea. Tiga keluarga elit dengan kekuatan serta kekuasaan yang di miliki, akan sangat tidak masuk akal tanpa rahasia gelap. Bagi Elea dunia tidak terbagi menjadi hitam dan putih, melainkan hitam dan abu – abu. Mungkin hanya bayi dan anak – anak yang masuk dalam golongan putih. Bahkan jauh di dalam diri Elea, ia memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup orang lain. Para sampah masyarakat yang selalu membuatnya sakit kepala. Ah, tidak, Elea lebih ingin membunuh para tikus berdasi itu.
Semakin waktu berlalu, mereka yang punya wewenang semakin tidak tahu diri.
Lihatlah para pendemo di pinggir jalan itu. Siapa yang sekiranya akan benar – benar mendengarkan mereka? Harus terjadi sesuatu terlebih dahulu agar ada yang mau bergerak.
“Ah, sepertinya mereka mendapat gaji minimum ya,” gumam Elea saat melihat salah satu tulisan yang para pendemo itu bawa. Matanya menyipit karena penglihatannya sedikit kabur.
“Mereka meminta gaji, bukan menuntut kenaikan gaji,” ujar Clovis yang ternyata mendengar gumaman Elea. Ia melirik sekilas dan kembali berkata, “Minusmu semakin tinggi, kenapa tidak memakai kaca mata? Kurang – kurangilah membaca novel tidak jelas itu. Suatu hari nanti, kamu akan menembak rekanmu sendiri.”
Elea memutar matanya malas dan berdehem pelan. “Mataku minus bukan karena membaca novel, tapi karena laporan yang bertumpuk. Ditambah lampu di kantor dan kamar asramaku sudah meredup, sepertinya minta diganti.”
“Memangnya berapa harga satu lampu sampai kamu mengeluh seperti itu? Apa akan langsung membuat gaji sebulanmu habis?” sahut Clovis. Matanya melirik Elea dan menemukan ekspresi perempuan itu semakin kusut.
“Kasus lebih penting dari pada lampu. Juga, aku baru ingat perihal lampu kalau sedang membaca laporan di malam hari.” Elea membenarkan posisi duduknya dan kembali melempar pandang keluar jendela.
Suasana kembali sunyi. Salah satu momen di mana Elea merindukan Rafael. Karena laki – laki itu tidak akan membuat suasana sepi tanpa permintaannya. Rafael juga satu – satunya anggota yang tidak memperlihatkan sekat jabatan di antara mereka. Mengobrol seperti teman.
Ketika Elea sedang termenung, mobil tiba – tiba berbelok dan memasuki halaman sebuah minimarket. Karena Elea tidak memiliki kebutuhan yang harus dibeli, jadi ia membiarkan Clovis turun tanpa bertanya.
Dokter polisi itu tidak pergi begitu lama. Ia kembali dengan sebuah kantong plastik yang lantas diletakkan di kursi tengah. Clovis mengambil dua botol minuman dan memberikan salah satunya pada Elea.
Cola. Minuman yang katanya bisa membuat lambung berlubang, tapi sialnya sudah menjadi minuman favorit Elea sejak bangku sekolah.
“Woah, ternyata kamu perhatian juga ya, Clovis,” ucap Elea dengan nada menggoda dan langsung meminum colanya.
“Hm.” Usai Clovis meneguk kopi instannya, mobil kembali berjalan.
***
“Kapten!” Calvin dan Rafael langsung menyambut Elea begitu tiba di kantor. Menyapa Clovis dengan senyuman, yang hanya dibalas dengan tatapan datar. Keduanya mengikuti Elea hingga perempuan itu duduk di kursinya.
“Rafael duluan,” ucap Elea mempersilakan. Tahu kalau informasi yang akan diberikan oleh Calvin akan lebih panjang.
“Siap! Kapten, Elijah saat ini bekerja di restoran HeavenTaste—salah satu restoran miliki Heaven Group—sebagai pelayan. Ada beberapa orang yang mengatakan kalau Elijah diterima di sana atas rekomendasi seseorang. Namun, maaf Kapten, saya tidak berhasil mendapatkan nama orang tersebut,” ujar Rafael di akhiri dengan nada bersalah. Padahal tugasnya mudah, tapi dirinya tidak bisa menyelesaikannya dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
CREATOR
Mystery / ThrillerIa menang, tapi ia merasa kalah. CREATOR copyright ⓒ 2022 ⚠️ violence, harsh content, harsh word, bloody, mental illness, sadism