Ia adalah seorang perempuan cantik bertubuh tinggi nan ramping dengan rambut panjang bergelombang. Sosoknya memiliki visual yang tidak hanya memikat para laki-laki, tetapi juga sesama perempuan. Pembawaannya begitu polos nan lugu hingga membuat orang-orang ingin melindunginya.
Pekerjaannya membuat dirinya memiliki pengaruh terhadap segala hal yang ada disekelilingnya. Mungkin selebritas yang memiliki banyak pengikut. Bisa juga ia menduduki salah satu kursi di pemerintahan. Tidak menolak kemungkinan juga gabungan dari keduanya. Membuatnya memiliki akses ke semua tempat yang diinginkan.
Memiliki bakat merangkai kata untuk memanipulasi lawan bicara. Menyatu sempurna dengan visual serta pekerjaan yang ia sandang. Hebatnya lagi ia sepertinya hapal seluk beluk kota, seolah tata letak rumahnya sendiri. Diduga memiliki gangguan trauma parah yang membuat dirinya melakukan pembunuhan. Kemungkinan besar dirinya adalah korban dari pemerkosaan.
***
"Konyol," komentar Clovis begitu Elea menyampaikan profilingnya.
"Sebelumnya kamu juga mengatakan aku seperti perempuan putus asa, saat bilang kalau para korban kita adalah predator seks," balas Elea dengan senyum mengembang.
"Baiklah, lalu apa ada petunjuk lain yang bisa membuat kita bergerak maju?" tanya Clovis kembali melemparkan serangan. Ia memandang Elea dengan senyum congkak.
Elea mengedikkan bahunya dan menarik kursi di depan meja Rafael untuk ia duduki. Menggeleng pelan. "Kita turuti maunya si pembunuh."
"Apa?"
"Kita umumkan kasus ini ke publik. Berikan detail tentang para korban, termasuk tentang mereka yang merupakan para predator seks. Beritahu juga hasil profiling yang telah kita buat. Lalu, setelahnya kita tunggu reaksi si pembunuh," jelas Elea. Ia mengambil minuman Rafael yang belum sampai setengah diminum. Lantas ditenggaknya hingga habis, membuat Rafael tercengang kaget.
"Menunggu sampai dia membunuh lagi?" sinis Clovis.
"Kalau dia seperti yang kita pikirkan, dia seharusnya berhenti membunuh setelah semua orang tahu kebenaran tentang para korban. Kecuali, tujuan dia lebih dari itu." Tahu kalau Rafael merasa terkhianati karena minumannya ia habiskan. Elea mengeluarkan dua puluh ribu dari saku celananya dan meletakkannya tepat di meja di hadapan laki-laki itu.
"Kalau tujuannya lebih dari itu?" desak Clovis. Matanya memandang serius pada Elea yang justru terlihat santai.
"Ada dua kemungkinan, dia mengirimi kita pesan seperti Jack The Ripper dan Zodiac Killer atau dia akan membunuh lagi." Manik hazel Elea beradu dengan manik hitam Clovis tanpa sengaja. Ada sengatan tajam yang mengejutkan keduanya. Terlebih aura Clovis terihat semakin gelap.
"Dan kita akan membiarkannya begitu saja? Dengan kemungkinan dia membunuh lagi dan masyarakat akan semakin mencap kita tidak becus?" ujar Clovis dengan nada tidak percaya terdengar di suaranya.
"Itu kemungkinan ke dua, kamu terlalu mudah berpikir negatif. Berpikirlah yang baik-baik. Lagi pula kepolisian sudah jelek di mata masyarakat. Para polisi-polisi yang lebih mirip calo dan korup itu membuat semua polisi dipandang jelek. Aku tidak peduli, meski aku tidak seperti mereka," sanggah Elea. Ia mendengus dan memutus kontak mata mereka. Helaan napas lelah dihembuskannya pelan, sebelum kembali menjelaskan. "Kita akan tetap melakukan penyelidikan, kita masih harus mengawasi Elijah. Juga mencari jejak-jejak yang ditinggalkan seburam apapun itu. Hanya saja tidak perlu seintens kemarin. Kalian pasti lelah pulang larut terus, kan?"
"Elea!" Clovis yang masih tidak terima berseru. Ingin mendebat, tetapi juga tidak tahu ingin mengatakan apa.
"Sudah, sudah." Elea memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah Clarista yang meja kerjanya bersebelahan dengan meja Calvin. "Clarista siapkan konferensi pers buat besok, ya. Maaf, sepertinya besok aku tidak bisa bantu."
KAMU SEDANG MEMBACA
CREATOR
Mystery / ThrillerIa menang, tapi ia merasa kalah. CREATOR copyright ⓒ 2022 ⚠️ violence, harsh content, harsh word, bloody, mental illness, sadism