Mrs. Orlan 2

44 7 2
                                    

Berita tentang sadarnya Nyonya Orlan Lester menyebar dengan cepat. Tidak tahu siapa yang pertama kali membocorkan. Apartemen Olympus dan perumahan Sapphire Blue dipenuhi dengan orang-orang. Wartawan dan jurnalis dari berbagai perusahaan bergerak ingin menemui perempuan yang sudah lama terbaring koma itu. Ingin mengorek lebih dalam, mencari tahu kebenaran dari kecelakaan yang terjadi 10 tahun lalu.

Sayang, mereka tidak berhasil menemukan keberadaan Nyonya Orlan. Baik Tuan Myles maupun Lamont juga sama-sama tutup mulut. Menolak berkomentar. Sam—tangan kanan Tuan Myles—yang akhirnya bersuara. Mengatakan kalau saat ini Nyonya Orlan baik-baik saja dan tidak ingin diganggu.

Namun, dua minggu kemudian—seolah ingin mematahkan pernyataan Sam—salah satu acara bincang-bincang, mengumumkan kalau Nyonya Orlan akan datang sebagai bintang tamu. Hal itu kembali memantik rasa penasaran masyarakat, karena keberadaan Nyonya Orlan sendiri sampai sekarang masih menjadi pertanyaan.

*

“Aku bertemu dengan Tuan Myles dua kali dan lumayan sering dengan Tuan Lamont.” Elea membuka perbincangan sembari menunggu acara bincang-bincang bersama Nyonya Orlan dimulai. Ia tersenyum tipis saat melihat wajah semangat Rafael. “Mereka terlihat seperti keluarga harmonis, tapi aslinya mereka jauh dari kata itu. Mereka berdua saling membohongi satu sama lain. Entah kenapa aku menebak, bahkan Nyonya Orlan sekarang enggak tinggal dengan salah satu dari mereka. Tiga-tiganya tinggal di tempat terpisah.”

“Kalau enggak tinggal sama Tuan Myles atau Tuan Lamont, terus Nyonya Orlan tinggal di mana?” tanya Rafael.

Elea memasukkan sebuah anggur ke dalam mulutnya. Lantas, sembari mengunyah, ia menjawab, “Kemungkinan di rumah lama mereka. Rumah sebelum keluarga Lester jadi seperti sekarang.”

Akhirnya, acara yang mereka tunggu-tunggu di mulai. Tidak lama setelah pembukaan, Nyonya Orlan—si bintang tamu—muncul. Wajahnya yang masih cantik di saat usianya sudah di pertengahan kepala 5, begitu mengundang decak kagum. Pakaiannya juga modis ala-ala ibu pejabat. Benar-benar menunjukkan bahwa inilah Nyonya Orlan Onella Olivia Lester, istri dari menteri—juga calon presiden—Myles Marvin Michaelis Lester. Serta ibu dari jaksa dan novelis terkenal, Lais Lamont Lester.

“Woaah, Nyonya Orlan cantik banget. Umur segini aja secantik ini, gimana pas masih mudanya,” puji Rafael berdecak kagum. Ia bahkan bertepuk tangan. Mata bulatnya kian membola. “Dilihat-lihat juga, mirip Tuan Lamont. Eh, Tuan Lamont berarti mirip mamanya, ya. Nyonya Orlan versi laki-laki.”

Elea hanya tersenyum kecil dan menggeleng melihat kelakuan Rafael. Memilih fokus mendengarkan apa yang akan Nyonya Orlan katakan.

“Nyonya Orlan, senang melihat Anda akhirnya sadar setelah sekian lama terbaring koma,” ucap pembawa acara. “Bagaimana perasaan Anda?”

“Sejujurnya saya merasa sedikit sedih.” Jawaban Nyonya Orlan membuat orang-orang yang mendengarnya mulai bertanya-tanya. “Saya bangun setelah sekian lama dan menemukan putra saya tercinta sudah tumbuh menjadi laki-laki dewasa. Saya bahkan tidak bisa langsung mengenalinya dan membuatnya menangis karena itu. Saat kecelakaan dulu terjadi, Lamont masih remaja. Sekarang dia sudah menjadi seorang jaksa hebat dan novelis terkenal. Saya sedih karena tidak bisa melihatnya tumbuh dan membiarkannya berjuang sendirian. Saya berharap, saya berada di sisinya saat dia mengalami kesulitan.”

Semua orang terharu mendengar apa yang Nyonya Orlan katakan. Mata Rafael bahkan berkaca-kaca, sementara Elea tidak terlalu peduli—masih menonton sembari memakan anggur.

“Kami mengerti perasaan Anda, Nyonya,” kata pembawa acara. “Tuan Lamont pasti juga merasakan yang sama. Syukurlah Tuan Lamont bisa melewati semuanya dan tumbuh dengan baik sampai Anda bangun.”

CREATORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang