Part 29

2.8K 229 3
                                    

29. Liburan

~°•°~

"Woy lah! Otak kecil gue yang rasanya gak berguna ini akhirnya berguna juga. Gue lulus!"

Mereka lulus sekolah memang akan tau saat acara perpisahan. Entah kenapa bisa begitu. Tapi emang sebelum perpisahan, para orang tua murid di suruh berkumpul dulu di sekolah. Di beritahu apakah anak-anak mereka lulus atau tidak.

"Nah, Na. Otak gue berarti gak sekecil otak udang. Berhasil nih gue lulus." ucap Alca sombong. Padahal waktu ujian kemarin, Alca selalu aja ngerengek kenapa soalnya tetep susah padahal mereka udah belajar mati-matian. Itu biar Alca gak malu-maluin di depan Naka dan orang tuanya.

"Gak usah sombong." Naka berucap sinis tapi sedetik kemudian dia tersenyum. "Selamat ya. Akhirnya rengekan gak berguna lo itu membuahkan hasil."

Alca berdecak walaupun tidak ayal dia tersenyum. Hari kelulusan ini, pada anak laki-laki menggunakan jas sedangkan perempuannya memakai kebaya modern atau apapun itu Alca tidak tau. Pokoknya ia sebut saja kebaya. Mirip soalnya.

"Selamat juga buat Naka. Bangga banget! Suami gue peringkat satu lagi walaupun gak paralel. Tapi gak papa. Gue bangga banget sekarang." Alca memeluk tubuh Naka gemas.

Naka terkekeh. Menjauhkan tubuh Alca agar tidak terus memeluknya. "Gue mau ke lapangan."

"Ngapain? Sini aja, kita pelukan gitu."

"Enggak. Nenek pasti nyariin gue." Naka menggeleng, "Gue ke lapangan. Lo mau ikut ayo. Kalo enggak ya udah."

"Ikut!" Alca mengejar Naka yang selalu saja berjalan lebih dulu darinya.

Saat di lapangan, Naka mengedarkan pandangannya. Rasanya terlihat begitu banyak orang padahal yang dateng cuman anak sekolah aja. Tapi ada juga para orang tua yang berdiri di lapangan depan.

"Naka!"

Naka menoleh. Tersenyum saat mendapati sang Nenek memanggilnya dengan nada yang antusias.

"Akhirnya cucuku lulus! Nenek bangga sama kamu." Nenek memeluk Naka erat. Juga menciumi pelipisnya. Merasa begitu bangga.

"Terimakasih," Naka tersenyum. "Terimakasih karena udah gak keluarin Naka karena bolos terlalu lama. Jadi Naka bisa lulus dari sekolah ini."

"Heh?!" Nenek menjauhkan wajahnya, "Kamu gak bolos. Kamu ini abis kecelakaan dan koma, jadi gak masalah bolos terlalu lama. Gak perlu terimakasih, kamu dulu udah sering ikut lomba jadi bukan masalah besar."

Naka mengangguk. "Tapi Naka harus tetep ngucapin terimakasih," ujarnya lebih tulus.

Nenek tersenyum. Dia mengusap pipi Naka yang sudah lebih berisi, "Nenek juga terimakasih karena Naka tetap bertahan dan bisa lulus di sini."

"Sam--"

"Bu."

Keduanya menoleh, menatal seorang guru wanita yang memanggil Nenek.

"Ibu di panggil untuk ke sana."

Nenek mengangguk, dia menatap Naka. "Naka, nanti malam makan bersama mau? Kamu boleh ajak keluarga Alca juga. Sebagai acara buat kelulusan kamu."

Naka mengangguk, "Nanti Naka kasih tau mereka."

Nenek tersenyum, "Ya udah, Nenek pergi dulu, ya. Nikmati acara kelulusan kamu."

"Iyaa." Naka tersenyum. Dan Nenek langsung meninggalkannya setelah mengelus bahunya.

Alca yang sejak tadi memperhatikan, akhirnya mendekat. Dia menatap Naka yang hari ini terlihat lebih ringan. Tidak tau kenapa. Mungkin karena dia akhirnya lepas dari orang yang ingin membunuhnya. Lepas dari tugas sekolah walaupun nanti mereka masih di hadapkan dengan tugas-tugas kuliah nanti.

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang