Part 25

2.6K 253 7
                                    

25. Dokter

~°•°~

Naka menatapnya. Seperti biasa, sejak dulu dia tidak berinteraksi lebih dengan teman sekelasnya. Jadi, Naka hanya menatapnya. Harus dia akui, yang bertanya cukup berani. Nekat lebih tepatnya sih.

"Lo udah liat di berita, 'kan? Kenapa harus tanya lagi? Mau tau lebih apa gimana?" tanya Naren datar.

"Kita cuman mau tau itu bener atau enggak."

"Lagian, keluarga kalian kok gak bener banget."

"Iya si paling harmonis." Naren mendengus, "Gak perlu tanya-tanya. Apapun yang ada di berita itu bener."

"Jadi, Ayah lo pembunuh?"

"Lo bisa baca gak?" Naka bertanya jengah. "Bisa simpulin sendiri, 'kan? Udah gede gak usah manja."

Teman sekelasnya itu menatap Naka kesal. Dia menghentakkan kakinya, "Kan gue tanya." gumamnya lalu beranjak pergi.

"Kalo mau buat bahan ghibah, jangan di lebih-lebihkan." ujar Naren sedikit berteriak.

Nathan tertawa pelan. Melirik saat Harsa datang dengan heboh juga Yash yang terlihat biasa saja. Cowok itu sepertinya tidak terpengaruh dengan berita yang sekarang menjadi trending topic di mana-mana. Padahal kakaknya juga ikut terseret. Apalagi wanita itu adalah dalang dari dua anak kecil yang terbunuh itu.

"Kalian tau! Tadi banyak yang ngomongin kalian di depan." ujar Harsa memberitahu. "Mereka--"

"Yash." Panggilan dari Naka memotong ucapan Harsa.

Yash menatapnya. Bisa di bilang, ini pertama kalinya Naka memanggil namanya dengan serius. Biasanya Naka tidak mau repot-repot memanggilnya. Cowok itu akan langsung mengucapkan apa yang ia butuhkan ke Yash. Tapi obrolan mereka bisa di hitung jari.

"Kenapa?" tanya Yash. Dia merasa tidak enak dengan ini. Naka terlihat serius sekali.

"Kemana barang-barang gue yang lo ambil?" tanya Naka membuat tubuh Yash menegang.

Yash menatapnya. Dia tidak mengatakan apapun. Hanya diam. Tidak melakukan pembelaan kalau Naka menuduhnya.

"Gue tau lo orang baik." lanjut Naka, tatapannya semakin datar. "Jadi, lo kemanain? Nurutin kakak lo?"

Yash masih mengunci mulutnya rapat-rapat. Naka mendengus, "Lo adik tiri, 'kan?"

"Adik tiri?" Nathan dan Alca menatap Naka tidak percaya.

"Gimana bisa adik tiri?" tanya Nathan. Dia sudah yakin kalau Yash ini adalah adik kandungnya Salsabila.

"Aiden bilang ke gue ada kesalahan dari apa yang lo kasih. Dia.." Naka menunjuk Yash dengan wajahnya, "Dia adik kiri. Ayahnya nikah sama cewek yang seharusnya lebih pantes jadi anaknya. Dan gue tau, lo anak baik. Jadi gue tanya sekali lagi, kemana? Kenapa lo nurut sedangkan lo tau ini salah."

Yash mengepalkan tangannya, "Ibu gue taruhannya."

"Dan Bunda gue meninggal gara-gara rencana kakak tiri lo."

"Itu semua bukan rencana penuh kakak gue."

Naka tersenyum, "Secara gak langsung, lo pengen gue mati."

"Enggak!"

"Lo iya." Naka bangkit berdiri. Menatap Yash, "Lo bantu kakak lo itu, secara otomatis lo berharap gue mati biar ibu lo selamat."

Sekarang Yash tidak bisa membantah.

"Lo mau ngorbanin gue." lanjut Naka, menatap ekspresi Yash yang terlihat campur aduk. "Kemarin di apain waktu rencana gagal? Gak di apa-apain, 'kan? Seharusnya lo mikir, Ayah lo itu gak bakalan biarin istrinya luka. Liat keadaan dulu dan jangan kebawa sama gambaran yang kebenarannya belum bisa di pastikan."

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang