Part 38

2.3K 227 16
                                    

38. Ketemu?

~°•°~

Setelah melewati tahun pertama kuliahan yang pastinya bagi Alca itu berat karena tidak ada Naka--bucin memang. Akhirnya, liburan semester ini dia pergi ke Belanda. Nyusul Naka. Berharap besar kalau Naka ada di sana. Kalau tidak ada, dia akan kecewa sama Naren plus Andrew.

Alca gak mau kecewa ke diri sendiri. Selagi ada teman, dia akan melimpahkan rasa kecewanya ke temen dia.

Setelah kurang lebih empat belas jam di pesawat juga istirahat disalah satu hotel yang ada di kota Utrecht, esok harinya mereka mulai cari Naka. Yang pergi jelas Alca sama Naren, Lia, Andrew, Nathan dan Yuno. Dia pengen ikut. Yuno juga pengen ketemu adiknya lagi.

"Lo mirip cabe-cabean, Li." ledek Nathan.

Lia menendang kakinya kesal, "Kurang ajar! Dari pada kak Nathan, bule nyasar."

"Tapi 'kan sekarang di Belanda, gak ngaruh dong."

Lia menggerutu, "Ya udah. Kak Nathan mirip noni Belanda."

"Heh!"

Lia menye-menye. Membuat Nathan gemas dan berakhir memiting lehernya. Lia berteriak. Memekuli tubuh kerasnya Nathan.

"Kak Al, tolongin Lia!"

Alca meliriknya. "Li, diem. Jangan buat malu di negara orang."

Lia langsung cemberut mendengarnya. Nathan sendiri menertawakan gadis yang setahun lebih muda darinya itu.

"Ini kampusnya?" gumam Naren. Menatap gedung Utrecht university.

"Sok tau! Ini perpus." balas Alca yang sepertinya sudah mencari tau tentang semua seluk beluk universitas yang mereka datangi sekarang.

"Iya?" tanya Naren tidak percaya. "Ini terlalu mewah untuk di sebut perpustakaan."

"Ya lo 'kan kuliahnya cuman ngegambar," ledek Nathan.

"Gak usah sok tau lo bajingan-hmph!" Mulut Naren langsung dibekap oleh Andrew.

"Ren, kalo ngomong jangan asal keluar." Andrew menyingkirkan tangannya dari mulut Naren.

"Sudah," Yuno berucap. "Kayaknya kita gak bisa masuk perpustakaannya. Ada kartu anggota."

"Padahal Lia pengen tau isi dalemnya gimana." Lia berucap sedih.

"Liat di internet," Nathan membalas yang langsung saja kakinya di injak oleh Lia.

"Lewatin aja. Langsung ke fakultas kedokterannya," Alca mematikan ponselnya.

"Emang lo tau fakultasnya ada di mana?" tanya Naren.

"Ada banyak manusia di sini, lebih baik gunain mulut dengan baik." Alca berjalan lebih dulu. Walaupun bahasa Inggrisnya tidak selancar Lia, tapi dia bisa lah. Masih paham apa yang merek omongin.

Setelah menemukan fakultasnya, keenam manusia itu langsung saja menuju fakultas kedokteran. Menatap arsitektur kampus yang terlihat sudah tua.

"Gak heran banyak sepeda. Jauh gini!" Lia menghembuskan napasnya. Merasa lelah, "Kak Than, gendong dong."

Nathan meliriknya, "Gak. Masih punya kaki 'kan? Gunain dengan baik."

"Tapi capek, kak Than."

"Bodo amat. Emang gue peduli? Dan lagi, jangan panggil gue kak Than. Nama gue Nathan. Bukan kak Than."

"Dih?" Lia menaikkan sebelah alisnya, "Mulut, mulutnya Lia kok kenapa kak Than yang sewot? Lagian terserah Lia mau manggil apa."

"Ya tapi--"

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang