Part 34

2.2K 206 17
                                    

34. Pergi?

~°•°~

Naka menutup pintu kamar mandi dengan perlahan. Memegangi perutnya yang terasa nyeri, kepalanya pusing, badannya panas dingin dan terasa mual. Naka berbalik, kembali masuk ke dalam kamar mandi dan dia memuntahkan isi perutnya di wastafel.

Kran air ia nyalakan. Membasuh mulutnya setelah dirasa sudah tidak ada yang perlu di keluarkan.

"Naka, kenapa?" Alca terbangun saat mendengar pintu kamar mandi terbuka dengan kasar dan suara orang muntah.

Naka tidak menjawab. Dia sibuk menahan dirinya agar tidak terjatuh karena pusing dan nyeri di perutnya. Alca mendekat, menyentuh pundaknya dan menatap Naka dengan tatapan bertanya.

"Na, lo kenapa?" tanya Alca khawatir.

Naka menggeleng. Dia mematikan kran airnya. Alca langsung membantunya berjalan. Mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur. Alca mengecek suhu tubuh Naka. Panas tapi kenapa Naka terlihat kedinginan?

"Na?" Alca panik sekarang. Dia menyuruh Naka untuk berbaring. "Bentar, gue ambil minum dulu. Lo kayaknya keracunan makanan."

Naka tidak peduli saat Alca berlari keluar kamar untuk mengambil air. Dari apa yang pernah Alca lihat di internet, pertolongan pertama saat keracunan makanan adalah minum air putih yang banyak. Minum air jahe juga bisa; berhubung Alca tidak bisa membedakan jahe dan lengkuas, jadi dia tidak buat.

Saat sampai di kamar, ia melihat Naka yang tengah meringkuk di atas tempat tidur. Alca mendekat, menepuk tubuhnya pelan.

"Na, minum dulu. Abis itu kita coba ke rumah sakit."

Saat Naka membuka matanya, perutnya kembali bereaksi. Naka bangkit, berlari ke arah kamar mandi lalu kembali memuntahkan isi perutnya. Alca tentu saja menyusul, membantu Naka.

"Alca? Tadi kenapa lari?" Mama menatap kamar anak sulungnya yang kosong. Dia mengernyit lalu melangkah cepat ke arah kamar mandi. Dan Mama kaget saat melihat sedang muntah.

"Naka? Kamu kenapa?" tanya Mama khawatir.

"Keracunan kayaknya, Ma." jawab Alca.

Mama membulat, "Ayo ke rumah sakit sekarang!"

Mama dan sifat overnya memang tidak bisa di pisahkan.

Dan di sinilah Naka. Terbaring di atas bed rumah sakit. Tangan kirinya terdapat selang infus. Keracunan makanan yang Naka alami tidak beberapa menit hilang. Untungnya Naka baik-baik saja. Tapi memang Mama saja yang kelewat khawatir.

"Kemarin Naka makan apa aja?" tanya Mama, "Sebelum makan nasi goreng?"

"Gak ada. Malah terakhir makan waktu kita masih di Bali." jawan Alca, melirik jam yang melingkar di tangannya. Jam setengah empat. Tadi mereka datang jam setengah tiga pagi.

"Itu berarti Naka keracunan nasi goreng atau enggak sosis bakarnya?" tanya Papa yang juga ikut mengantar. Lia tidak ikut, di suruh jaga rumah. Padahal aslinya masih tidur nyenyak dan berkelana di alam mimpi.

"Kayaknya sih," Alca juga tidak tau. Naka yang semua makanan masuk tapi tiba-tiba keracunan buat dia tidak bisa berpikir jernih.

Naka sendiri sekarang tidur. Rasa mual dan nyerinya sudah mereda walaupun sesekali rasa nyerinya datang. Hanya memang panas dinginnya masih ada, begitu juga pusingnya.

"Ya udah, Papa pulang dulu. Lia di rumah sendirian," Papa menatap istrinya, "Mama ikut gak?"

"Mama ikut aja, biar Alca yang jaga. Nanti dateng lagi aja." Alca yang menjawab.

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang