Part 31⚠

5.7K 257 19
                                    

31. Trauma?

~°•°~

"Liat, Na. Cuman gue yang bisa buat lo kayak gini." Alca mencengkram dagu Naka agar kekasihnya ini terus menatap ke arah cermin. "Lihat wajah lo ini. Lo bahkan gak mampu buat gak merem."

"Akh!" Naka mencengkram pinggiran wastafel di depannya saat Alca menghentakkan pinggulnya dengan keras.

Alca menyeringai tipis, "Buka mata lo." suruhnya.

Naka memggeleng. Dia tidak bisa membuka matanya karena saat matanya terbuka, dia akan langsung melihat pantulan wajahnya di cermin. Dan itu cukup memalukan. Dia seperti di lihat oleh banyak orang.

"Gue bilang buka matanya." Alca menekan. Tangan kanannya bergerak mengelus perut Naka lalu turun dan tanpa aba-aba meremas milik Naka keras. "Kalo lo gak buka mata, gue gak bakalan biarin lo keluar."

"Apa?!" Naka langsung membuka matanya. Kedua mata sayunya menatap wajah Alca di refleksi cermin.

Alca tersenyum. Dia menggigit pundak Naka keras sampai meninggalkan luka. "Tetep buka mata lo atau gue gak bakalan biarin lo keluar," lanjutnya dengan suara rendah.

Naka kembali terhentak keras. Matanya terpaksa tetap terbuka. Menatap wajah terangsangnya yang membuat Naka semakin memerah. Bahkan tanpa sengaja mengetatkan lubangnya membuat geraman Aca terdengar.

"Lo terangsang sama wajah lo sendiri?" Alca menggigit telinga Naka main-main. Gerakan pinggulnya masih sama. Mengejar kenikmatan yang selalu membuat keduanya candu. "Ternyata bukan gue yang terangsang. Tapi, coba bayangin kalo ada yang liat wajah lo ini. Mereka mungkin bakalan lebih kasar dari gue."

Naka menggeleng. Tidak bisa membayangkan dirinya melakukan hal ini dengan yang lain. Dengan Alca saja sudah membuat dia mendapatkan banyak luka, bagaimana dengan yang lain?

"Coba liat ini," Alca mengambil ponselnya yang entah kenapa bisa di dekat wastafel. Membuka kamera lalu mengarahkannya ke wajah Naka, "Gimana kalo gue post ini di IG? Mereka bakalan tau lo yang sebenarnya. Ternyata Naka gak sepolos yang mereka kira. Wajah ini," Alca mengelus wajah Naka lembut. "Lo tau kalau wajah ini bisa buat orang terangsang."

Naka menunduk namun Alca dengan tega menahan kepalanya agar tetap menatap cermin.

"Udah.." ucapnya lemah. "Jangan," Naka tidak bisa berkata. Hanya mampu mendesah saat Alca menggerakkan pinggulnya keras dan tepat mengenai titik manisnya.

"Tapi tenang aja. Gue gak bakalan rela lo di lihat orang lain, apalagi dalam keadaan seperti ini." Alca tersenyum. Menarik kepala Naka agar ia bisa menciumnya, "Lo punya gue, Na. Dan cuman gue yang boleh liat lo dalam keadaan kacau kayak gini."

~°•°~

"Brengsek emang." Naka menatap tubuh bagian atasnya yang penuh dengan bekas gigitan. Ada juga bekas luka memanjang karena semalam Alca menemukan pisau, "Alca brengsek!"

Kaosnya kembali Naka pakai. Sepertinya hari ini dia tidak akan ikut pergi bersama orang tuanya dan juga Lia. Entah Alca akan ikut apa tidak. Karena saat ini, Naka kesulitan untuk berjalan. Alca hampir menggempurnya semalaman.

"Pinggang gue sakit," gumamnya. "Alcanjing!"

Naka berjalan keluar dari kamar dengan perlahan. Memegangi pinggangnya. Walaupun tidak sesakit saat bangun tidur karena tadi dia sudah berendam juga, tapi tetap masih terasa nyeri.

Alca emang sialan. Ingatkan Naka untuk membalas Alca nanti. Naka akan menyusahkan Alca.

"Bajingan!" Naka memaki saat dia berpapasan dengan Alca di tangga.

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang