Part 35

2.3K 212 12
                                    

35. Pergi

~°•°~

Alca sempoyongan. Dia menggeledah kamar hotel tempat dia di culik. Sialan emang. Deyna berani banget culik dia. Giliran udah dapat yang dia inginkan, malah pingsan.

Saat menemukan ponselnya, dia langsung mencari nomor Nathan. Saat menemukannya, dia langsung menelponnya. Menyuruh dia untuk menjemputnya.

Alca jatuh terduduk di dekat ranjang. Punggungnya bersadar di tempat tidur. Menutup kedua matanya untuk mempertahankan kesadarannya. Dia tidak boleh pingsan atau hangover. Nanti Naka tau walaupun nanti dia juga bakalan tau.

Tadi, Alca hanya melempar kunci di dekat pintu. Membiarkan kunci berada di luar kamar. Alca sudah tidak memiliki tenaga untuk membuka kunci. Jadi biarkan saja Nathan yang melakukannya. Alca lempar kuncinya melewati bagian bawah pintu hotel kalau kalian ingin tau.

"Naka, maafin gue."

~°•°~

"Berat banget lo njir!" Nathan memapah tubuh Alca ke rumahnya. Tadi dia sudah menelpon Naka dan katanya, cowok itu sudah menunggu.

Alca sudah bebas dari pengaruh obat perangsang. Tinggal sisa aja. Makanya Alca sedikit tidak sadarkan diri.

"Nah suami lo. Nyusahin banget." Nathan memberikan tubuh Alca ke Naka.

"Deyna gimana?" tanya Naka, menatap Nathan.

"Waktu gue dateng, tuh cewek pingsan. Terus gue suruh bawa rumah sakit. Ada darah di sprei."

"Normal kah?" tanya Naka. Keningnya terlipat halus.

"Enggak kayaknya. Soalnya gak ada bekas sperma di perut atau selangkangannya." jawab Nathan membuat Naka mengernyit jijik.

"Lo liat gitu?"

"Gak sengaja! Lagian Alca duduk deket ranjang." Nathan membantah, "Udahlah. Gue balik dulu."

"Yaudah. Makasih ya."

Nathan mengangguk saja lalu dia pergi dari kediaman Alca. Naka memapah Alca masuk. Menutup pintu rumah dengan kakinya lalu berjalan menuju kamar. Sedikit kesulitan karena mereka harus naik tangga. Walaupun begitu, Naka berhasil membaringkan tubuh Alca di atas tempat tidur.

"Bau lo gak enak," Naka mendengus. Melepaskan sepatu yang Alca kenakan begitu juga kaos kakinya. Dia juga melepaskan sabuk yang melingkar di pinggang Alca. Kaosnya ia lepaskan lalu berjalan menuju kamar mandi.

Mengisi wadah dengan air juga handuk kecil. Dia kembali ke arah Alca. Membasuh tubuhnya. Dia tidak mau melepaskan celana Alca. Karena Naka sudah memperkirakan hal ini, jadi rasa sakit di hatinya tidak terlalu besar. Ya walaupun tetap merasa sakit.

Setelah selesai, Naka meletakkan wadahnya di nakas. Kepalanya mendekat ke arah wajah Alca. Menatap bibir kekasihnya dengan tatapan yang beragam. Naka memejamkan matanya, menekan rasa sakit dan rindu yang mungkin akan ia alami.

"Gue yakin lo gak cium bibir Deyna, tapi lo pasti cium yang lain, 'kan?" Naka menekan bibir bawah Alca. Naka menarik selimut untuk membungkus tubuh Alca, lalu dia membubuhkan ciuman di kening Alca.

"Sampai ketemu lagi nanti. Gue bakalan balik lagi ke lo kalau gue gak dapet kabar lo nikah." Naka tersenyum. Dia menghubungi seseorang untuk menjemputnya.

Tatapan Naka kembali ke arah wajah damai Alca. Naka tersenyum, dia beranjak. "Gue cinta sama lo, Al."

~°•°~

Pagi ini, rumah keluarga Savian tidak baik-baik saja saat Alca bilang kalau Naka menghilang. Papa mencoba menghubungi Kakek dan Neneknya Naka, tapi keduanya tidak mendapatkan jawaban apapun.

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang