Part 41

2.7K 206 10
                                    

41. Anak Alca?

~°•°~

"Papa pikir, Alca bakalan ngelakuin itu?"

"Tentu saja tidak. Memangnya Alca anaknya seperti apa?"

Mama menghela napas. Dia kembali memikirkan ucapan Deyna dan Ayahnya. Sangat tidak mungkin Alca melakukan itu.

"Tapi bisa jadi Alca ngelakuinnya waktu di kampus." Mama berucap membuat Papa langsung menatapnya.

"Jadi, Mama percaya itu anaknya Alca?"

"Enggak! Ini cuman dugaan. Pas jam kampus Alca bolos dan itu di gunain Deyna. Alasan kenapa itu jadi anaknya Alca." jelas Mama, "Papa paham gak sih? Mama percaya kalau itu bukan anaknya Alca, tapi dia juga bakalan ngasih tau kejadiannya."

Papa diam. Otaknya berpikir. Ucapan istrinya itu ada benarnya juga. Bisa jadi Deyna membual kapan mereka membuat anak.

"Usahain Naka gak tau," Papa mengambil ponselnya. Mengetikkan pesan untuk Alca.

"Seharusnya di sana masih malem, 'kan?" tanya Mama. "Jangan dulu di kirim, siapa tau hpnya Alca di pegang oleh Naka. Nunggu mereka pulang aja."

Papa kembali menghapus pesannya. Pria itu menatap lurus. "Kita harus tanya Cherlin."

Mama berkedip. Benar juga. Mama bangkit, berjalan keluar rumah diikuti oleh Papa. Dan kebetulan Cherlin akan datang ke rumah mereka.

"Om, Tante." Cherlin menatap keduanya dengan tatapan bersalah.

Mama menarik tangan Cherlin agar masuk ke dalam rumah.

"Siapa Ayah anak kakak kamu?" tanya Mama langsung.

"Aku gak tau siapa. Tau aku punya fotonya," Cherlin membuka ponselnya. Mencari foto yang ia ambil diam-diam. "Aku gak bisa pastiin dia Ayahnya atau bukan, tapi kak Deyna deket sama dia. Walaupun kak Deyna masih terobsesi sama kak Al."

Mama mengambil ponsel milik Cherlin. Menatap foto yang hasilnya cukup bagus.

"Kayaknya dia satu jurusan sama kak Deyna." Cherlin menggenggam kedua tangannya resah, "Waktu itu, aku gak sengaja ketemu di mall. Aku ikutin sampai masuk hotel. Terus sekitar tiga minggu kak Deyna mulai pucet dan sering muntah. Dan kemarin, Ayah nemuin testpack di kamarnya kak Deyna."

"Jadi, dia Ayah biologisnya?" tanya Papa.

Cherlin menggeleng, "Aku gak tau. Soalnya kak Deyna cukup kencanduan sama sex."

"Huh?" Mama dan Papa menatap Cherlin tidak percaya.

Cherlin menautkan jari-jarinya. "Kak Deyna terlalu di kekang, dan waktu SMA dia hidup sendiri. Mulai kenal kehidupan malam. Mungkin stress juga makanya dia nyoba hal kayak gini. Dan dia sampai kecanduan."

"Jadi, ini anak berame-rame?" tanya Mama yang mendapatkan cubitan dari Papa. Mama meliriknya, "Mama bener kok."

Cherlin menelan salivanya, "Ada hal lain juga."

Keduanya kembali menatap kearah Cherline. Pandangan bertanya mereka layangkan.

"Dan empat hari lalu, waktu aku makan di resto dekat hotel sama Mama, aku liat kak Alca masuk hotel. Terus gak lama, kak Deyna juga dateng." Cherlin menjelaskan takut-takut. "Dan waktu aku cek, ada kamar atas nama Kak Alca."

"Kamu yakin?" tanya Mama tidak percaya. "Itu sehari sebelum Alca pergi ke Belanda."

"Aku yakin. Cuman waktu aku mau nyusulin, kak Alca udah keluar. Jadi dia gak lama di kamar. Dan gak mungkin juga ngelakuin hal aneh-aneh." jawab Cherlin, "Dibayarnya juga pakai kartu kredit punya kak Alca."

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang