Part 37

2.2K 205 11
                                    

37. Naka?

~°•°~

Alca berlari ke kelasnya. Dia telat. Mamanya bangunin mepet banget. Mana Alca gak bisa langsung bangun lagi. Alhasil yang seharusnya masuk jam delapan, Alca baru datang jam sembilan kurang lima belas.

Kelasnya dua jam, dan dia nyaris telat satu jam.

"Bagus baru dateng." Dosen muda itu menatap Alca sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Alca nyengir, "Maaf, Bu. Mama banguninnya telat."

"Gak usah nyalahin Mama kamu. Kamunya aja yang malas bangun."

Alca mengusap lehernya. Merasa bersalah. Di dalam hati meminta maaf pada sang Mama.

"Duduk. Saya tidak akan membiarkan kamu masuk kalau kamu telat lagi."

Alca tersenyum. Mengangguk sambil mengucapkan terimakasih. Cowok itu berjalan ke arah kursi yang masih kosong. Nathan sama Naren tidak ambil jurusan bisnis, begitu juga dengan Harsa. Hanya dia. Alca mau tidak mau harus ambil bisnis karena nanti usaha Papa siapa yang akan melanjutkan?

Untungnya Alca sedikitnya tertarik dengan bisnis. Dia punya bisnis haram soalnya.

Mengikuti kelas dengan tenang dan memperhatikan, tanda sadar waktu terlewat begitu saja. Dua jam terlewat dan Dosen wanita itu pergi. Alca membereskan bukunya. Ponselnya bergetar dan pesan dari Nathan muncul.

Nathan jurusan engineer ngomong-ngomong. Kalau Alca ngisengin, Nathan mau jadi konsultan. Padahal 'kan gak semua anak teknik jadi konsultan.

Cowok itu menyuruhnya untuk datang ke kantin kampus. Kantin paling besar. Jadi, Alca bangkit. Memgambil tasnya dan menggendongnya di pundak kanan. Berjalan dengan langkah lebar.

Saat sampai di kantin, dia langsung mengedarkan pandangannya. Naren melambaikan tangannya. Anak jurusan seni itu berada di dekat jendela. Alca berjalan mendekat.

"Lo ada kelas lagi gak?" tanya Naren.

"Ada nanti jam satu. Kenapa?" Alca mendudukkan tubuhnya.

"Gak sampe malem?" Nathan ikut bertanya.

"Gak ada. Gue balik jam enam." jawabnya, "Mau ngapain?"

"Nanti malem dateng ke apartemen gue," jawab Naren. "Ada yang perlu dibahas."

Alca mengernyit, "Apaan?"

"Dateng aja. Nanti lo juga tau."

Alca mendengus. Dia mengangguk, "Oke."

"Pastiin lo dateng. Kalo enggak, lo gak bakalan tau."

~°•°~

Alca berjalan ke arah parkiran. Keadaan kampus sudah sepi. Yang tersisa hanya mahasiswa yang kena kelas malam.

Melihat keberadaan motornya, dia langsung mendekat. Menaikinya dan tanpa basa-basi dia menjalankan motornya. Menuju apartemen Naren.

Jalanan cukup ramai hari ini, jadi Alca harus mencari jalan lain. Walaupun cukup memakan waktu, tapi dia terbebas dari segala kemacetan Ibukota.

Saat sampai, Alca langsung memarkirkan motornya di basement. Tadi dia melihat ponselnya kalau Nathan sudah ada di apartemen Naren. Ada Andrew juga katanya.

Andrew sama Naren masih temen. Tidak ada kelanjutan apapun tentang hubungan mereka. Kata Naren sih, Andrewnya yang diam di tempat. Seperti tidak mau menegaskan hubungan mereka. Tapi kalaupun di sebut teman, masa teman pelukan, ciuman, jalan bareng, sering nginep bareng. Nanti lama-lama Alca denger mereka udah nganu.

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang