Part 32

2.9K 238 4
                                    

32. Alca

~°•°~

Alca memainkan jarinya di rambut Naka. Kekasihnya ini tidur. Mengantuk katanya. Jadilah, siang ini dia membiarkan Naka tidur. Dan lagi, dia juga membiarkan pahanya jadi bantal untuk Naka. Alca sendiri fokus dengan ponselnya sampai pesan dari Nathan datang.

Ngajak mabar katanya.

Tangan yang sejak tadi memainkan rambut Naka, ia jauhkan. Memegang ponselnya dengan kedua tangannya.

Naka bergerak pelan, mencari kenyamanan. Alca meliriknya. Dia bahkan tanpa sadar tidak membuat gerakan sedikit pun agar Naka tidak terbangun. Dan cowok itu berakhir mendusalkan wajahnya di perut bayinya Alca.

Perut bayi. Soalnya kata Naka gak datar. Alca suka makan. Malas olahraga juga makanya punya perut bayi.

Alca menghembuskan napanya pelan. Kembali melirik Naka yang sekarang melingkarkan kedua tangannya di pinggang yang lebih tua.

"Naka, Naka." gumamnya pelan. Sekadang dia benar-benar bisa bermain game online bersama dengan Nathan. "Kalo bangun, gue bakalan nyalahin Nathan."

Ada sekitar setengah jam Alca bermain. Satu kali menang doang, itu pun Nathan harus minta saudaranya ikut main. Di sebrang sana ribut, sedangkan Alca hanya berbicara seperlunya. Menahan diri untuk tidak berteriak kesal.

"Kami pulang~"

Alca mendongak, melihat Lia yang berjalan ke arahnya dengan langkah senang. Lia seperti telah melepaskan beban yang ada di pundaknya.

"Abis dari mana?" tanyanya sambil mematikan ponsel.

"Dari pura," jawab Lia. Meletakkan tentengan yang ia bawa ke atas meja lalu duduk.

Alca mengangguk. Menatap kedua orang tuanya yang baru saja menyusul.

"Kalian udah makan?" tanya Mama. Menatap Naka yang tertidur nyaman di pangkuan Alca.

"Tadi pagi udah, tapi sekarang belum." jawabnya. Melirik adiknya yang berlari menuju dapur.

"Kok belum?" tanya Mama heran.

"Anaknya gak mau," Alca menggeleng. Menatap Lia yang kembali membawa piring serta sumpit. Alca mengernyit, sumpit untuk apa?

Plastik yang tadi ia bawa, Lia bongkar. Mencari kripik kentang kaleng yang ia beli sebelum sampai villa tadi. Lia membuka kripiknya, meletakkannya perlahan ke atas piring agar bentuknya tetap seperti sama saat di dalam kaleng.

Alca mengerjap, dia menatap Lia yang memakan kripik kentangnya dengan sumpit. Dengan sumpit?!

"Kenapa gak pake tangan, Lia?" tanya Alca geram. Kenapa adiknya cari hal yang susah sih? Pakai tangan 'kan gampang!

Lia tersenyum, menunjuk Alca menggunakan sumpit yang di ujungnya ada kripik kentangnya. "Ini biar tangan Lia tetap slay~"

Alca rasanya mau menggeplak tangan Lia tapi ingat ada Ibu negara di sebelahnya. Jadi Alca hanya bisa menggerutu untuk Lia di dalam hati.

"Tadi liat konten orang. Makan kripiknya gitu, jadi Lia tiru." ujar Papa yang baru saja mengecek email dari sekretarisnya.

"Ya tapi 'kan gunanya jari apa?" Alca menatap Lia yang dengan santainya makan kripik pakai sumpit. Belum lagi salah satu kakinya ia letakkan di pahanya yang lain. Tangan kirinya juga lagi pegang ponsel.

Demi apapun, Lia terlihat sangat menikmatinya. Cuman kripik kentang padahal.

Pundak Alca di tepuk oleh Mama dua kali. Merasa paham dengan Alca, "Gak papa. Nanti kamu tau lebih banyak."

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang