Part 26

2.6K 231 10
                                    

26. Apa?

~°•°~

Naka membuka kedua matanya. Gelap adalah hal yang pertama kali Naka lihat. Dengan perlahan, dia bangkit. Menjauhkan tangan Alca yang memeluk perutnya. Mengucek matanya sendiri sebelum Naka menurunkan kedua kakinya.

Cowok itu melangkah menuju pintu. Membuka kunci kamar dan pintu ia buka. Rasa haus di tenggorokan membuat Naka terpaksa untuk bangun. Berjalan menuju dapur untuk mengambil minum.

Di dapur, Naka mengambil gelas. Meletakkan gelasnya di atas meja baru menuangkan air ke dalamnya. Mulunya menguap. Dia benar-benar merasa mengantuk dan ingin kembali merebahkan tubuhnya.

Naka mendudukkan tubuhnya, baru meminum airnya sampai tandas. Hembusan napasnya terdengar. Rasa hausnya menghilang, begitu juga dengan kantuknya.

Tatapan mata Naka jatuh ke jendela yang tertutup tirai. Memikirkan kejadian ulang yang sudah ia lewati seminggu ini. Dia sadar memang kalau dia memang berubah. Naka juga tidak tau kenapa dia bisa begini. Ada sesuatu yang menyuruhnya untuk menghancurkan tembok yang selama ini Naka bangun.

Naka sendiri tidak tau dan dia hanya mampu menurut. Menghancurkan tembok yang selama ini ia bangun susah payah. Tapi tidak ada salahnya juga, membuka lembaran baru membuat kedua pundaknya terasa lebih ringan.

Kening Naka mengernyit tipis. Melihat bayangan yang lewat di balik tirai jendela. Mendadak Naka merasakan bulu kuduknya berdiri. Dia bangkit, meletakkan gelasnya asal lalu segera berlari menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Naka tidak berlari sih, dia hanya melangkah cepat. Kakinya masih suka lemas tiba-tiba kalau di ajak berlari.

Sampai di kamar Naka langsung menutup pintunya. Mendekat ke arah ranjang lalu menjatuhkan tubuhnya. Merasakan goncangan keras, Alca terpaksa bangun. Menatap Naka bingung. Nyawanya belum terkumpul sempurna.

"Naka, kenapa?"

Naka menoleh. Dia langsung mendekat ke arah Alca, "Al, ada hantu."

Alca mengernyit, "Hantu?" tanyanya tidak percaya.

"Iya, hantu. Tadi lewat depan jendela." jawabnya. Wajahnya ia sembunyikan di ceruk leher Alca. "Bayangannya item, terus cepet."

"Orang kali."

"Gak ada suara langkah lari, Alca. Itu hantu. Setan." Adunya terdengar lucu di telinga Alca.

"Iya iya." Alca mengangguk. Memeluk tubuh Naka posesif, "Sekarang tidur. Besok masih harus sekolah."

"Takut."

Alca menatapnya. Kepalanya menggeleng. Mendekap kepala Naka dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya.

"Gak papa. Setannya gak bakalan ke sini. Udah di usir kok." jawabnya tidak masuk akal. Tapi sepertinya Naka percaya saja.

Nyatanya, cowok itu kembali tidur setelah Alca ngepuk-puk pantatnya pelan. Mungkin efek ketakutan, jadi Naka tidak menendangnya.

Iya, Naka masih sinis kalau Alca menyentuhnya berlebihan. Kalau cium, peluk, usap kepala dan genggam tangan Naka itu tidak apa. Tapi kalau lainnya, Naka akan langsung menendangnya.

"Selamat tidur, Naka."

~°•°~

Pagi datang dengan hujan yang menemani. Membuat Naka yang sedang memakai seragamnya, mendengus kesal. Dia tidak suka hujan. Apalagi di pagi hari seperti ini.

"Na?" Pintu terbuks bersamaan dengan panggilan dari Alca.

Naka hanya menatapnya. Moodnya jelek karena hujan pagi ini.

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang