Part 19

2.7K 251 6
                                    

19. Lagi dan Lagi

~°•°~

Naka menutup kepalanya menggunakan tudung hoodienya. Kedua tangannya masuk ke dalam saku hoodie. Berjalan dengan langkah santai walaupun gerimis terasa dan jalanan terasa becek.

Langkah Naka terlihat lebar. Kakinya yang terbalut sepatu ia biarkan menginjak genangan air membuat sepatu berwarna putihnya kotor.

Kepalanya menunduk dalam. Mencoba abai. Dan saat di depan sebuah butik, Naka memutuskan untuk masuk. Dia menoleh ke kanan dan kiri.

"Selamat datang. Ada yang bisa kami bantu?"

Naka menoleh. Menatap seorang pelayan wanita yang menyapanya ramah.

"Saya ingin membeli setelan kantor." jawabnya.

"Untuk anda?"

"Iya, untuk saya."

Pelayan itu mengangguk, "Mari ikut saya."

Naka berjalan mengikutinya dalam diam. Dia tau kok kalau pelayan di depannya ini terlihat meremehkan dirinya karena penampilannya yang apa adanya. Tidak terlihat seperti orang kaya atau pantas minimal.

Naka cuman pakai celana training hitam dan hoodie mintnya. Mana sedikit basah lagi. Tidak heran di remehkan.

"Apa bisa sekalian beli sepatu dan dasi?" tanya Naka membuat pelayan itu menatapnya.

"Ah! Iya bisa. Kalau anda mau, kita bisa langsung melihat pasangan dari jas yang ingin anda beli."

Naka mengangguk. Sekarang, tidak ada waktu lagi. Dia harus cepat.

~°•°~

Naka masuk ke dalam taksi. Paper bag ia letakkan di sebelahnya. Itu berisi pakaian dia sebelumnya. Dia benar-benar merombak penampilannya. Beruntungnya, pemilik butik membantunya untuk bersiap.

Ponselnya ia buka. Lalu menghubungi seseorang. Saat panggilan tersambung, Naka langsung mengucapkan tujuannya. Dan tidak memerlukan waktu lama untuk menyelesaikan panggilannya.

Taksi yang Naka tumpangi berhenti di depan sebuah gedung. Naka memberikan beberapa lembar uang. Lalu ia keluar dengan menenteng paper bagnya.

Swan Holding. Di bawahnya ada tulisan Oliver's groups.

Naka mengangguk. Dia berjalan masuk. Manager utama langsung berlari tergopoh-gopoh ke arah Naka.

"Tuan Muda. Ya Tuhan, akhirnya." ucapnya dengan napas terengah.

Naka menatapnya, "Oh? Jadi anda menunggu saya?"

"Sudah sejak lama. Tapi sepertinya anda baru tau sekarang." Pria yang hampir berumur setengah abad itu menegakkan tubuhnya. "Jadi, mau seperti yang di bicarakan semalam?"

Naka mengangguk. Keduanya berjalan menuju ruangan CEO. Banyak para pegawai yang mengintip keduanya. Ingin tau siapa Naka sebenarnya. Kalau Direktur sampai menemuinya langsung, itu berarti dia orang yang penting.

"Ada yang harus aku bicarakan dengan anda. Berdua." Naka berucap serius, membuatnya kebingungan.

"Apa itu?"

Di dalam lift, Naka tidak mengatakannya langsung. Meyakinkan dirinya sekali lagi.

"Aku hanya akan mengambil ini."

"Hah?" Zhian terlihat tidak percaya, "Anda yakin? Hanya ini? Maksudnya, yang Ayah anda pegang juga seharusnya menjadi milik anda."

Naka menggeleng, sebelah tangannya masuk ke saku celana bahan yang dia kenakan. "Aku hanya melihat dia sebagai Ayah kandungku."

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang