24. Untukmu Humairaku

14.1K 1.4K 99
                                    

"Mencintai tanpa memiliki itu memang sakit, tapi memiliki tanpa dicintai itu lebih sakit."
- Ayna Azkayr -
.
.
.
Happy reading.

"Yaudah buruan ke atas mandi, ganti baju." Suruh Ummi yang hanya dibalas deheman oleh Gus Latif. Gus Latif masih tidak bertegur sapa dengan istrinya lantaran tidak mau membuat Umminya kawatir soal rumah tangganya, terlebih dia sudah besar, sudah tau bagaimana cara menyelesaikan masalah nya sendiri.

Gus Latif mandi setelah itu dia sholat, selesai sholat dia kembali ke ruang kerjanya untuk memantau perkembangan perusahaan-nya sembari menenangkan pikirannya.

Sedangkan Ayna? Dia sudah berangkat ngaji bersama santri lain yang dibimbing oleh Abi nya, belum selesai berkutat dengan laptop nya Gus Latif pergi keluar mengambil air mineral karna air yang disediakan diruangan nya habis.

Saat dikamar Gus Latif bertemu istrinya sedang mengganti sprei ranjangnya. Dengan pelan Gus Latif menaruh botol plastik di tangannya di nakas, kemudian memeluk istrinya dari belakang.

"Masih marah?" Bisik Gus Latif tepat di telinga Ayna. Ayna masih diam saja tanpa merespon Gus Latif, Gus Latif menarik nafas panjang lalu membuangnya kasar. "Maaf soal kemarin ya, Mas nggak sengaja. Apapun yang bunny mau tanyakan Mas akan jawab, apapun yang Ayna mau Mas turutin. Tapi, jangan ngambek lagi."

"Ayna udah maafin Mas Latif." Jawab Ayna yang membalikkan badan dengan senyum terpaksa nya.

"Bunny hm."

"Kenapa?"

"Masih marah?" Tanya Gus Latif lagi, pasalnya dia merasa kalau Ayna masih marah karna lontaran pertanyaan yang dia berikan selalu dijawab singkat.

"Ngga."

"Jangan diemin Mas, yaudah apa pun sesuai yang Mas ucapakan tadi. Ayna pengen apa? Pengen nanya apa? Atau pengen sesuatu? Entah barang, jalan-jalan, shopping atau apapun gitu?"

"Ayna cuma pengen Mas jujur sama Ayna soal perasaan Mas ke Ayna, kalau Ayna cuma pelampiasan. Ayna minta ingin dilepaskan dari Mas Latif."

"Maafkan Mas yang dulu sempat mencintai seseorang selain kamu Istriku, percayalah Mas sudah berusaha untuk mencintaimu karna Allah, Mas ingin hidup bersamamu membangun syurga bersama, menjadi Ayah dari anak-anak kita nanti." Ucap Gus Latif lembut sambil membelai pipi Ayna.

"Bener?"

"Nggak percaya sama Mas?"

"Kalau Mas bener-bener cinta sama Ayna, Ayna butuh bukti bukan hanya sekedar omongan belaka Mas."

"Selama ini Mas nggak pernah nuntut kamu untuk melayani Mas lahir dan batin kan? Sekarang Mas minta penuhin tugas kamu sebagai seorang istri. Sekarang!" Ucap Gus Latif dengan senyum smirk nya, dia menuntun Ayna masuk ke kamar mandi untuk berwudhu.

"Mas... Ayna-Ayna belum siap." Gagap Ayna yang sudah dipaksa wudhu oleh suaminya.

"Bukankah kamu yang minta sendiri bunny?

"Tapi Mas."

"Sudah lama Mas bmenginginkan seorang anak, Mas tidak mengungkapkan nya karna menghargai kamu. Tapi karna keraguan mu, maka boleh kah aku memiliki mu seutuhnya? Seperti kamu nanti memiliki ku?"

"Maaf." Cicit Ayna yang menghamburkan pelukannya ke Gus Latif. "Maaf Mas, Ayna durhaka ke Mas Latif. Maafin Ayna Mas." Dengan air mata yang membanjiri pipinya Ayna memeluk Gus Latif. Gus Latif merapatkan pelukannya dia membekap wajah Ayna kedada bidangnya.

"Maaf untuk apa sayang heum? Mas tidak merasa kamu durhaka ke Mas. Sudahlah jangan menangis, cup cup."

"Tapi seharusnya Ayna tidak bersikap seperti itu Mas."

"Sudahlah, jangan dipikirkan kamu tidak salah apapun, sudah sepantasnya kamu bertanya seperti itu sayang."

"Sekali lagi, Ayna minta maaf Mas." Ayna tak henti-hentinya meneteskan air mata karna menggerutuki kebodohannya.

"Air matamu itu sangat berharga, jadi jangan dibiarkan menetes sayang." Ucap Gus Latif yang mencoba menenangkan istrinya dengan menepuk-nepuk punggung nya. Ayna langsung mendongak kearah Gus Latif.

"Sekarang Ayna yakin dengan Mas Latif, maaf yang sempat meragukan Mas Latif, Ayna mau menjadi Ibu untuk anak-anak Mas Latif."

"Sekarang bagaimana? Mumpung hari baik?"

"Boleh, tapi Ayna takut." Cicit Ayna.

"Jangan takut, kan ada Mas." Jawab Gus Latif tersenyum. Hellow kalau nggak ada Gus Latif lalu siapa hah? Mau tetangga sebelah? Ingin rasanya Ayna menangis mendengar jawabannya.

Gus Latif dan Ayna mengambil wudhu, lalu sholat Sunnah berjamaah. Setelah itu dengan pelan Gus Latif merebahkan tubuhnya dipangkuan Istrinya. Ayna yang tersadar langsung mengelus rambut Gus Latif lembut sambil tersenyum.

Setelah selesai, Gus Latif dan Ayna berdiri. Gus Latif membacakan doa sambil menyentuh ubun-ubun Ayna, "Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma janibnasyaithana wa janibnisyathanamarazaqna."

Artinya : "Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari gangguan syaitan dan jauhkanlah syaitan dari rezeki (bayi) yang akan Engkau anugerahkan pada kami,"

Malam yang indah bagi pasutri muda itu, malam dimana semuanya akan dimulai secara sah. Alarm dinakas berbunyi kencang menandakan pukul 03.00 dini hari. Gus Latif terbangun dari tidurnya lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri serta mandi wajib. Setelah selesai Gus Latif menghampiri istrinya yang terlihat penat.

Dengan lembut Gus Latif membelai rambut Ayna dengan menepuk-nepuk punggung nya. "Sayang, bangun yuk."

"Euhhh, sebentar ya Mas, rasanya Ayna baru memejamkan mata deh." Ucap Ayna yang masih menutup matanya.

"Sayang... Bangun dulu yuk, mandi sebentar aja, udah Mas siapin air hangat. Nanti boleh tidur lagi."

"Lima menit lagi yaaa, plissss."

"Ayolah, mengulur-ngulur waktu itu nggak baik loh."

Dengan terpaksa Ayna bangun, dia berjalan gontai menuju kamar mandi. Lima belas menit kemudian Ayna keluar dari kamar mandi dengan rambut yang sudah terbungkus handuk. Ayna mengeringkan rambutnya lalu kembali merebahkan tubuhnya diranjang.

Gus Latif sesudah sholat tahajud langsung menghampiri Ayna, Gus Latif memeluk pinggang Ayna dengan senyum senyuman yang tak henti-hentinya melebar. Ayna menghadap kearah Gus Latif, dengan hati-hati Gus Latif menaruh kepala Ayna didada bidangnya. Sesekali dia menciumi kening Ayna yang membuat Ayna terusik.

TBC...

Sudah double update💗, jangan lupa follow Inces yang baik hati dan tidak sombong.
Aqidatul09

- Kamis, 23 Juni 2022 -

Revisi Rabu, 29 November 2023

Untukmu Humairaku (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang