6. Untukmu Humairaku

17.8K 1.8K 67
                                    

"Bagaimana aku tidak kagum padamu, sedangkan kamu begitu sempurna dimataku."

- Ayna Azkayr -

.
.
.

happy reading.

"Tinggal takdir Allah yang bicara, sabar... Pasti ada yang terbaik, insya Allah."

"Aamiin Gus,"

"Oh iya udah larut Ay, saya kembali dulu ya," ucap Gus Latif dengan membereskan bekas piring kotor dan juga gelasnya.

"Saya aja Gus yang balikin, kan saya yang makan."

"Gak papa Ay sekalian saya lewat dapur, jaga kesehatan jangan lelah-lelah, belajar yang sungguh-sungguh." perkataan itu sukses membuat Ayna melambung tinggi hingga pipinya seperti udang rebus.

"Ehe iya Gus. Saya masuk ke dalam dulu ya, assalamu'alaikum."

"Iya Ay. Selamat malam dan selamat istirahat, waalaikumussalam," ucap Gus Latif lagi dengan senyuman tipis yang jarang Ayna dapati maupun santri lain. Oh ayolah, jantung Ayna rasanya ingin melompat untuk berlari-larian.

"Istri ku," lanjut Gus Latif di dalam hati.

Setelah itu Ayna memasuki kamar, begitu juga Gus Latif yang masuk ke arah kamarnya. Samurai senyum tak pernah hilang dari wajah Ayna, plis apakah ini takdir Ayna tidak bisa tidur? Oh ya Tuhan Ayna baperrr. Lina yang sedang menata baju menoleh ke arah Ayna, lirikan mata nya seakan menuntut penjelasan kepada Ayna.

"Cuma kasih titipan uang dari Ummi, ngga ada apa-apa kok Lin," Ayna berusaha menyakinkan nya meski berbohong, ia tidak mau membuat sahabatnya ini kawatir.

"Serius? Kamu nggak boong kan Ay, jangan lupa aku bestie kamu loh." Tatapan matanya seakan membawa ribuan pedang ke arah Ayna. Ayna menelan ludahnya terasa berat, dia menghembuskan nafas kasarnya, pertahanan nya runtuh seketika melihat tatapan Lina.

"Iya deh iya, nanti aku ceritain hm."

"Gitu dong, Ay kan baik gitu berbagi cerita sama bestie,"

"Hm... Eh Lin kok lupa ya kita nggak keliling pesantren malam ini? Kan jatah kita,"

"Kata Ummi nggak usah tadi, Gus Latif yang mau gantiin."

"Serius Ummi bilang gitu Lin? Padahal biasanya Gus Latif ngga gitu." jawab Ayna terheran-heran.

"Mungkin dia sedang mencetak amal," ucap Lina asal.

"Ahh bodo amat lah, gas persiapan tidur, nanti aku ceritain,"

"Woke."

Pintu sudah di tutup rapat, lampu sudah di matikan, sekarang pembicaraan antara Ayna dan Lina di mulai. Sudah biasa bagi santri sebelum tidur selalu bercerita.

"Tau nggak Lin, ahir-ahir ini aku ngerasa Gus Latif beda deh,"

"Beda? Kok? Bukannya sama aja?"

"Kalau di lihat ni ya, pertama dia kasih aku izin buat tidak ikut jam kelas Madin sore, lalu aku juga di izinkan sehari tidak takziran, terus juga tadi dia buatin aku lauk makan. Oh iya sama itu juga, anu emmm itu loo, katanya sekarang cafe di pegang sama Gus Latif jadi aku udah nggak perlu ke sana, nah yang aneh gini, masak sekarang kalau aku minta uang di suruh ke Gus Latif, padahal kan biasanya ke Ummi, alasan nya Gus Latif karna cafe udah sama dia, aneh ga si?"

Saat Lina ingin menjawab nya Ayna terlebih dahulu meneruskan pembicaraan nya.
"Lalu... Tau ngga apa lagi? Dia juga gantiin jatah kita keliling pesantren, jarang-jarang loh Gus Latif baik sama santri putri, biasanya kan cueknya Masya Allah,"

Untukmu Humairaku (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang