41. Untukmu Humairaku

6.1K 543 43
                                    

"Percayalah yang dirindukan suatu saat nanti adalah proses di setiap usahamu."

-  Zayn Latif  -

.
.
.
Happy reading

"Dek, sayang, Bunny ku... Bukannya Mas nggak mau, tapi Mati itu bisa saja mendadak, ada pula yang sorenya masih bahagia dan terlihat biasa saja, eh malamnya tiba-tiba udah enggak ada. Perlu diingat bahwa kita hidup harus senantiasa ingat dengan kematian. Yaa,"

"Masss....." Desah Ayna dengan linangan air mata, tak tega Gus Latif segera merangkuh dan mendekapnya.

"Syutttt, cup cup. Jangan nangis lagi sayang, insyaallah mas selalu ada di samping kamu sama Mas Atha."

"Yaudah, bunny bersih-bersih dulu." Lantas Ayna membereskan bekas makan malam tak lupa ia mencuci piring ditemani sang suami.

"Dek, habis ini sholat isya dulu yaa. Kita jamaah sama Mas Atha, sekalian siapin ya. Mas mau bersih-bersih dulu, soalnya bajunya basah." Terang Gus Latif diangguki oleh Ayna.

"Iya Mas." Ayna bergegas mempersiapkan tempat ibadah seperti biasanya, sampailah keluarga kecil itu melaksanakan kewajibannya.

Selesai, Gus Latif langsung membuka Al-Qur'an murojaah hafalannya, sedangkan Ayna dan Gus Atha menyimak sambil terkagum-kagum.

Ditengah murojaah, Gus Latif menghentikan hafalannya dan memanggil istrinya, "Bunny, Mas minta tolong boleh? Tolong kemaskan barang-barang Mas buat ke London besok."

"Massss... Apa harus besok? Apa enggak bisa besok nya saja?"

"Sayang...!" Sanggah Gus Latif, Ayna otomatis langsung bungkam. Karena ini pertama kalinya Gus Latif bersikap tegas padanya. Meskipun masih terasa lembut tutur katanya, tapi terasa berbeda dari biasannya.

Ayna mengemasi barang-barang Gus Latif, menyiapkan tanpa ada satupun yang tertinggal. Hingga malam sudah larut, Ayna memutuskan untuk menyusul suaminya yang masih berkerja diruang tamu.

"Sayang, masih lama?" Tanya Ayna yang melihat banyak sekali tumpukan berkas-berkas disamping laptopnya.

"Ini sudah selesai Yang, tinggal disimpan."

Ayna sedikit melihat kearah laptop yang berisi banyak hitungan yang membuatnya pusing. "Mas ini apa?"

"Ini akuntansi manajemen sayang, nanti kamu harus belajar sama Rey ya, agar kamu bisa bantuin Mas ngurusin perusahaan."

"Siap, tidur yuk Mas, udah malem. Lagian besok Mas harus berangkat ke London."

"Heumm." Hanya deheman, tapi Gus Latif merengkuh pundak Ayna dan mencium pipinya.

Ayna menyenderkan tubuhnya di ranjang karena ingin melepaskan ikatan rambutnya, tiba-tiba Gus Latif merebahkan tubuhnya tepat dipaha Ayna tak lupa Gus Latif juga memegang tangan Ayna agar mengelus rambutnya.

"Bunny," panggil Gus Latif yang masih menciumi salah satu tangan Ayna.

"Iya, kenapa mas?" Tanya Ayna sambil menatap manik mata indah milik Gus Latif.

"Besok Mas mau ke London, doain lancar ya?"

"Mas, pasti aku doain yang terbaik buat Mas, tapi Mas, bisa engga jangan bahas itu? Ayna sedih tau Mas, kayak perasaan Ayna ngga tenang terus tiap kali Mas ngomongin London itu."

"Kamu mikir yang macem-macem kan? Bunny sayang, yakin sama ketentuan Allah, Allah akan selalu menunjukkan yang terbaik untuk hambanya."

"Tapi kan Mas, wajar kalau Ayna was-was, apalagi biasanya Mas pakai pesawat Garuda, ini cuma pakai cilinik."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untukmu Humairaku (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang