18. Untukmu Humairaku

15.2K 1.5K 88
                                    

"Kamu tau, mencintaimu itu layaknya bermain air hujan. betapa bahagianya terguyur berkali kali walau tau akhirnya akan demam. ya itu demam rindu, karna kehilanganmu."

- Ayna Azkayr -
.
.
.
Happy reading

Gus Latif memerintahkan untuk kembali bekerja. Siang kini berganti malam, semua sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Gus Latif melangkahkan kaki dengan menghela nafas kala dia sudah berada di depan rumahnya. Semuanya sudah sepi, Gus Latif memilih untuk segera memasuki kamar.

Dia membuka pintu kamar, bergegas membersihkan badan. Setelah itu Gus Latif melihat ranjang nya, ternyata dia tidak melihat ada Istrinya, sepertinya dia berada di pesantren.

Dia tidak habis pikir langsung mengambil air wudhu, menunaikan sholat sunnah sebelum tidur, dia juga sedikit membaca Al-Qur'an. Tak terasa rasa kantuk kini menyerang nya, dia merebahkan tubuhnya  menikmati angin malam yang menembus cendela malam yang sengaja dia buka.

"Selamat malam bunny. Besok kita akan menikah, bersiaplah." Ucap Gus Latif sambil mengusap ranjang yang berada di sebelahnya, dia sedikit tersenyum sambil membayangkan besok secantik apa istrinya itu.

Azan subuh berkumandang setelah taklim masjid, semua santri berbondong-bondong ke masjid, sebagian santri ada yang bahagia dengan pernikahan Gus-nya itu, tapi ada juga yang murung lantaran galau di tinggal nikah oleh laki-laki idamannya.

....

Ayna menerjabkan matanya berulang kali, tetap saja rasa kantuk nya menyerang dan ingin tidur lagi dan lagi. Ketukan pintu terdengar di telinga nya, terpaksa dia keluar membuka pintu. Di sana ada Mua yang berada di depannya, Ayna terkejut, tetapi ia langsung menormalkan ekspresi nya kembali.

"Mba Ayna ya?" Tanya salah satu Mua itu.

"Iya Mba, ada apa ya?"

"Loh, Mba kan hari ini Mba Ayna menikah. Mba Ayna lupa?"

"Ya Allah, iya saya lupa. Saya kira masih besok, maaf banget ya Mba. Saya mandi dulu boleh?"

"Boleh silahkan Mba."

Ayna di rias dengan request Ummi kemarin, nggak pakai bulu mata palsu. Juga jangan terlalu mencolok, takut jadi pusat perhatian laki-laki. Selesai dengan itu Ayna masih di kamar bersama Lina, dia sibuk dengan buku novel nya.

"Aish apa-apaan ini, adik nya nikah malah sibuk sama novel." Gumam Ayna dalam hati.

"Lin." Panggil Ayna. Tetapi, tidak membuatnya menoleh ke arah nya dia masih terfokus pada buku nya.

"Hm."

"Linaaaa."

Panggilan Ayna kini membuatnya menoleh. "Kenapa Ay?"

"Aku deg-degan ih." Lina tersenyum langsung menaruh bukunya, dia menaruh wajahnya di pundak Ayna sambil melihat ke cermin.

"Cieee, deg-degan. Kamu udah cantik kok, nggak usah pakek acara deg-degan dong. Kan ada aku." Tiba-tiba pintu kamar ku terbuka, disana ada karyawan Mua yang membawa beberapa makanan dan minuman. "Mba Ayna, ijab kabul nya akan segera di mulai. Mba Ayna ke sana nya setelah ijab kabul nya selesai."

"Iya Mba, mau tanya boleh Mba? Ayah Ibu Ayna udah dateng ya?"

"Owh, sudah Mba."

Ayna menghela nafas lega, akhirnya dia segera bertemu dengan mereka setelah bertahun-tahun lamanya. Bayangan Ayna terlintas mengenai tahun silam, tentang masa lalu buruknya, di buang, tidak di perduli kan, tapi langsung Ayna tepis begitu saja pikiran buruk itu. Ayna tidak mau mengingat nya, itu sungguh menyakitkan

"Huft, makasih Mba."

Suara Ayah Ayna terdengar jelas dan tegas kala membimbing sang pengantin pria mengucap kabul. Ayna sudah lama sekali tidak mendengar suaranya, bahkan tidak pernah dari Ayna kecil. Terakhir, saat Vidio ijab kabul pertama yang dilakukan oleh Gus Latif.

"Bismillahirrahmanirrahim, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka Queenza Ayna Azkayr binti Renandra alal mahri uang Lima puluh juta dengan cincin emas 14 gram 24 karat hallan."

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyut taufiq."

Jawab Gus Latif dengan satu tarikan nafas, lancar tidak ada yang salah. Lalu Renandra melihat ke arah saksi, dengan serentak mereka menjawab "Sahhhh."

Resmi menjadi istri Gus Latif secara agama maupun negara, yang kemarin hanya sah secara agama, kini ayna resmi pula secara negara. Air mata Ayna jatuh, Ayna tidak menyangka dengan takdir yang Tuhan berikan. Tak lama Ibunya-Anitha dan Ummi datang, membawa Ayna ke depan para tamu undangan.

Acara resepsi kini sudah selesai, Ayna memasuki kamar untuk segera melepaskan riasan mahkota yang menempel di kepalanya. Tak lama Gus Latif juga masuk ke dalam kamar, Ayna yang malu tidak jadi melepaskan riasan nya.

"Bunny?" Panggil Gus Latif yang duduk di ranjang dengan mengotak-atik ponselnya.

"Iya Gus?"

Gus Latif berdiri, membanting kan ponselnya di ranjang, dia melangkah mendekati Ayna. "Aku bantu melepaskan nya, aku tau kamu pasti kesusahan kalau sendirian." Tangan Gus Latif  berada di kepala Ayna melepaskan satu persatu jarum pentul yang begitu banyak bertengger.

"Ti-tidak perlu Gus, Ayna bisa kok." Elak Ayna memegangi tangan Gus Latif mencoba untuk menghentikan Gus Latif.

"Bunny, tidak perlu malu. Sekarang kita sudah sah di mata hukum dan agama, jadi sekarang penuhilah tugasmu sebagai seorang istri untuk menurut kepada suami."

Ayna melepaskan tangannya, lalu dia menengok ke arah Gus Latif seraya mengagukkan kepala tanda setuju. Riasan kini sudah habis terlepas dari kepala Ayna, sekarang tinggal melepaskan gaun.

Ayna kesusahan karna tak sampai pada resleting belakang, terlebih Gus Latif sudah terlebih dahulu pamit mandi karna Ayna sudah bilang kalau dia bisa sendiri.

Sudah Ayna coba beberapa kali tetap tidak sampai, dia menarik nafas pelan mau tidak mau aku harus menunggu Gus Latif hingga selesai. Ayna berganti jilbab instan selagi memanfaatkan keadaan ketika Gus Latif mandi.

"Belum di buka gaun nya? Apa nggak panas?" Tanya Gus Latif keluar dari kamar mandi.

"Tidak sampai Gus."

"Yaudah aku bantu, sebentar aku pakai baju dulu."

...

Ummi sedang berada di dapur, ia berniat  mengantarkan makanan untuk ke dua pengantin, karna mereka pasti lelah dan lapar. Di perjalanan dia bertemu dengan suaminya-Abi Azril. Lantas Ummi menariknya dan mengutarakan ide jahilnya.

"Mas, coba dengerin. Kira-kira mereka udah buatin cucu buat Ummi belum ya?" Tanya Ummi sambil memainkan jari telunjuk nya di pipi.

"Sayang, nggak boleh gitu ih. Nggak baik." Nasihat Abi Azril yang tidak digubris oleh Ummi.

"Tapi Ima cuma mau memastikan doang Mas, kalau nggak nggak papa si. Ya Mas?"

"Sayang ku, nggak boleh ya.. nggak baik." Ucap Abi Azril seraya mengelus jilbab kepala Ummi Ima.

"Yaudah kalau gitu, Ummi mau ke kamar." Jawab Ima ketus, bahkan memajukan bibirnya ke depan beberapa senti.

"Yaudah, ayok-ayok. Tapi jangan marah ya? Sekali ini doang loh, nggak baik kepoin rumah tangga anak sendiri."

"Hmm."

Ummi menguping di luar pintu dengan membawa makanan di tangannya. Dia mendengar suara Ayna dan Gus Latif.

"Awww, pelan-pelan Gus, sakit tau."

TBC...

Maap saya gantung ☺️🙏. Saya kan baik;v

Jumat, 20 Mei 2022.
Revisi Rabu, 29 November 2023

Untukmu Humairaku (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang