19. Untukmu Humairaku

14.7K 1.4K 65
                                    

"Bukan karena kepergian kita merasa kehilangan, tapi karena harus menerima kenyataan bahwa esok tidak ada lagi sosok untuk saling menguatkan."
- Ayna Azkayr -
.
.
.
Happy reading.

Ummi menguping di luar pintu dengan membawa makanan di tangannya. Dia mendengar suara Ayna dan Gus Latif.

"Awww, pelan-pelan Gus, sakit tau."

"Ini udah ekstra pelan-pelan, emang sedikit susah bunny." Ucap Gus Latif dengan pelan menurunkan resleting yang menyangkut tak sengaja mengenai kulit Ayna.

"Bisa lebih cepetan dikit nggak Gus?"

"Nggak bisa bunny, nanti sakit."

Ummi melongo setelah mendengarnya, tak sengaja Ummi menyenggol gagang pintu hingga ahirnya ke buka.

Ceklek

Sontak Ayna dan Gus Latif langsung menoleh ke arah pintu, terlihatlah Ummi dengan cengiran sambil membawa makanan di tangannya. Ayna masih terdiam seperti patung yang terus menundukkan kepala.

"Ummi ke sini?" Tanya Gus Latif dengan mengerutkan keningnya.

"Eh iya Mas Tif, ini Ummi bawain makanan, takut Ayna lapar."

"Kenapa nggak di ketok dulu Ummi?" Tanya Gus Latif lagi, Gus Latif heran dengan tingkah Umminya ini. Tidak seperti biasanya yang masuk selalu mengetuk pintu dulu.

"Tadi Ummi mau ngetuk, tapi keburu udah kebuka. Yaudah Ummi ke kamar dulu."

"Oh gitu, iya Ummi. Maaf, Latif jadi ngerepotin Ummi."

"Nggak sama sekali."

Ummi keluar dengan tergesa-gesa, lalu Ayna bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai Ayna melihat Gus Latif yang sudah berada di ranjang dengan mengotak-atik ponselnya.

"Bunny." Panggil Gus Latif yang masih berkutat dengan ponselnya tanpa melihat ke arah Ayna.

"Iya Gus?"

Gus Latif meletakkan ponselnya di nakas, lalu menepuk-nepuk ranjang kosong di sampingnya. "Sini. Mas ada hadiah buat kamu."

Ayna menurut melangkah ke arah Gus Latif, dengan tangan yang masih membawa sisir. Ayna masih mengulung rambutnya dengan handuk karna masih sangat basah.

Gus Latif mengambil sisir itu, lalu meletakkan nya di meja. Setelah itu dia menuntun ku agar tidur di pangkuan nya.

"Aku punya hadiah untuk kamu dek, satu surat cinta Ar Rahman, dan satu kenyamanan sholawat." Ucap Gus Latif dengan membelai pipiku.

"Ar Rahman nya pengen nya ayat 1 - 15 aja boleh Gus?"

"Satu ayat full juga boleh sayang..."

"Tapi Ayna cuma pengen ayat 1 - 15."

"Yaudah, Mas bacain. Tapi udahan ya panggil Gus nya, kan sekarang udah halal. Call me Sayang, Mas, Cinta, Hubby, Habibi, Aa' atau -"

"Syuuutt yaudah aku panggil Mas aja."

Dengan tarikan nafas, dia melantunkan surah Ar Rahman satu demi persatu ayat nya.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

ٱلرَّحْمَٰنُ

عَلَّمَ ٱلْقُرْءَانَ

خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ

عَلَّمَهُ ٱلْبَيَانَ

ٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ

Untukmu Humairaku (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang