14. Untukmu Humairaku

17.2K 1.7K 68
                                    

"Andai saja engkau mengetahui rencana rencana indah Allah di balik takdir-takdirnya, maka engkau tak akan pernah bisa berhenti untuk tersenyum"

- Maulana Jalaluddin Rumi -
.
.

Allah itu sesuai dengan prasangka hambanya, maka sebesar apapun masalahmu yakinlah akan ada kebaikan setelahnya.

- @kataislamic
.
.
.
Happy reading.

"Tapi Ummi-" belum selesai Ayna melanjutkan kata-kata nya Ummi sudah terlebih dahulu memotongnya. "Pahala loh, yakin?" ucap Ummi sambil mengedip-edipkan kedua matanya.

"Ehe, iya Ummi, nanti Ayna coba." Ayna menghembuskan napas pasrah. 

"Nah, gitu dong. Sekarang Ummi ajarin masak-masakan kesukaan suamimu."

"Ummi? Ummi dulu sama Abi juga gini kah?" tanya Ayna hati-hati sambil melirik kearah Ummi nya.

"Iya, dulu Ummi juga malu-malu waktu sama mertua Ummi-nenek kamu, tapi lama kelamaan juga terbiasa." 

"Ummi... Mau masak apa nanti?"

Ummi Ima tersenyum melihat antusias menantunya ini, teringat sepenggal memory saat dia belajar memasak dengan mertuanya yang super baik. Tak terasa butiran bening dari matanya menetes, dengan cepat Ummi tepis dan kembali tersenyum, sejujurnya Ummi teramat sangat merindukan nya, "Suamimu suka sekali masakan rendang,"

"Berarti ini masak rendang Ummi?" Tanya Ayna sekali lagi untuk memastikan.

Ummi mengaguk, "Iya sayang..."

Ayna mengeluarkan bumbu, daging dan keperluan lainnya dari dalam kulkas. Setelah itu Ayna membantu Ummi, Ummi juga sangat telaten menegajari Ayna bagaimana cara memasaknya agar empuk dan enak. Tak terasa semua masakan sudah tersaji, buru-buru Ayna pamit ke pesantren untuk membersihkan badannya, lalu kembali ke delem untuk menyiapkan keperluan Suami nya.

Ayna memasuki kamar secara diam diam. Niatnya untuk mengagetkan Lina, tetapi Ayna melihat dia sedang duduk di tepi ranjang, mengelus bingkai foto kedua orangtuanya sesekali menyeka air matanya. Ayna tau yang Lina rasakan sekarang, pasti ia merindukan kedua orang tuanya yang berada di rumah, apalagi dengan posisi yang berbeda pulau, mungkin berat buat dia lepas dari orang tuanya. Tapi, Ayna harap dia bisa menerimanya agar tenang menuntut ilmu.

"Lin." Sentuh Ayna pada pundak nya Lina, lalu dia langsung mengusap air mata nya, dia juga langsung menyembunyikan bingkai foto di dalam jilbabnya.

"Iya, kenapa Ay?"

"Kamu nangis?" Tanya Ayna sambil menatap lekat matanya. Lantas Lina langsung mengahiri kontak mata nya, lalu menunduk sambil menghela nafas. Setelah itu Lina kembali menatap Ayna, tapi tidak dengan matanya.

"Tidak Ay, aku tidak nangis, aku baik-baik saja." Elaknya.

"Lin, i know you're not okay."

"Maaf..." Cicitnya, Ayna yang paham langsung menghamburkan pelukannya kepada Lina, Lina memeluk Ayna sambil menahan isak tangisnya. Tapi setelah cukup lama Lina melepaskan pelukannya sambil tersenyum.

"Aku hanya rindu orang-tuaku Ay, aku nggak mau cerita ke kamu karena aku tau, aku pasti malu, kamu yang belum bertemu kedua orang tua mu tapi bisa kuat, aku hanya berpisah sementara bisa seperti ini sudah uring-uringan. Aku tidak mau membuat mu sedih."

Untukmu Humairaku (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang