Maaf, Ayah

954 46 0
                                    

Pagi yang cerah di keluarga Krist dan Singto, hari pertama si kembar masuk ke sekolah dasar. Seharusnya Krist yang mendandani dan menyiapkan seluruh keperluan sekolah si kembar. Namun pagi ini bahkan Krist tak tampak ikut sarapan bersama keluarganya. Singto menelpon ibunya untuk menggantikan semua pekerjaan Krist yang biasa dilakukan pagi hari.

"ayah, bunda sakit lagi, ya?" tanya Natcha murung memainkan sarapannya.

Singto tersenyum lembut pada putrinya "bundanya enggak sakit, cuma butuh istirahat aja kok, pulang sekolah nanti pasti udah mendingan" Singto berusaha menenangkan putri kecilnya.

"tapi Oon pengen dianterin sama bunda, kemaren bunda janji mau anterin kita ke sekolah" rengek Arthit.

"sama ayah aja ya berangkatnya?" bujuk Singto.

Namun Natcha menggeleng kuat "nggak mau, hiks..." wajah Natcha sudah merah padam menahan tangis.

Singto menatap sang ibu meminta tolong, ia juga bingung bagaimana membujuk kedua anaknya.

"eum... gini aja deh, hari ini Nat sama Oon berangkatnya dianterin oma dulu gimana? Nanti oma bikinin cake cokelat kesukaan kalian deh sebagai hadiah, mau?" lantas si kembar langsung berbinar setelah mendengar dessert kesukaan mereka.

Kembar Singto itu kemudian berjengit senang "mau oma, mau!" Natcha dan Arthit riang, senyumnya kembali mengembang.

Singto menatap ibunya tak enak "nggak ngerepotin, bu?" Tanyanya ragu.

Ibu Singto menggeleng "bikin cake apa susahnya sih? Kecuali kalo kamu yang bikin" ledek ibu Singto, Natcha dan Arthit yang mendengar itu tertawa kecil.

"udah-udah, habisin sarapannya abis itu kita berangkat, oma mau liat bunda kalian dulu" ibu Singto mengusak surai cucu kembarnya kemudian berlalu.

Natcha dan Arthit mengangguk menuruti titahan sang oma untuk menyelesaikan sarapan mereka bersama sang ayah. Sementara ibu Singto beranjak menuju kamar Krist.

"Krist, ibu masuk ya?" pendengaran Krist menangkap suara kenop yang di putar bersamaan dengan suara lembut milik ibu mertuanya.

"eh, ibu? Masuk aja" Krist berusaha untuk mendudukan dirinya bersandar di kepala dipan.

"gimana? Masih pusing? Kok makanannya belum dimakan? Nggak suka, ya? Krist mau apa biar ibu beliin?" rentetan pertanyaan yang berasal dari ibu mertua Krist membuat pemuda manis itu tersenyum lemah "Krist gak napsu makan, eneg nyium bau masakannya" keluh Krist menyampaikan uneg-unegnya.

Ibu Singto hanya tersenyum maklum "yaudah, kamu mau apa biar ibu buatin" Krist menggeleng lagi "nggak pengen makan" rengeknya.

"ibu bikinin yang gurih-gurih mau?Atau makan roti aja, ya? Kamu tetep harus makan, kasian kalian juga butuh asupan, kalo bundanya nggak makan dede nya kelaperan nanti"

Jika kalian menebak si kembar akan mempunyai adik, maka kalian benar. Krist tengah mengandung dan usianya empat bulan, dia juga sudah merasakan baby bump-nya. Tetapi morning sickness nya baru muncul akhir-akhir ini yang menyebabkan Krist harus merasakan mual dan lemas di pagi hari, tak mampu bangun bahkan untuk sekedar keluar kamar menyapa kembar kecilnya.

Hingga dua minggu terakhir ibu dan ibu mertuanya bergantian menginap dua hari sekali di rumah Krist dan Singto.

"tapi Krist nggak pengen makan apapun, bu" Krist menunduk "rasanya nggak enak, eneg banget" lanjutnya.

Suara ketukan pintu yang brutal membuat sang oma berteriak menyuruh si pelaku masuk.

"bundaaaa!" nampaklah dua orang bocah yang sudah memakai seragam dengan atribut lengkap--atasan kemeja putih, bawahan merah, tak lupa dasi merah yang mengalung rapi di kerah kemejanya.

Keluarga Macamana (Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang