Now I Know

161 22 4
                                    

Krist tengah melakukan pengecekan rutin setiap malam, memastikan seluruh pintu dan jendela tertutup rapat, namun sudah hampir satu minggu ini Krist sering mendapati putra tengahnya sedang menelpon seorang pemuda yang Krist sendiri tak mengenal suaranya.

"dari suaranya Oon kedengeran seneng banget..." gumam Krist "...apa jangan-jangan... paca.."

"Krist? Pintu sama jendela udah kekunci semua?" tanya Singto mengejutkan Krist yang sedang menguping kamar Arthit. "sssstt!" peringat Krist.

Dari dalam kamar Arthit mendengar suara sang ayah memanggil bundanya, buru-buru Arthit berpamitan dan berakting sedang tidur, takut-takut jika orang tuanya masuk ke kamarnya. Meskipun mereka selalu meminta izin untuk masuk, tapi siapa tahu, kan?

"kenapa sih Krist?" Singto menyatukan alisnya.

Krist menarik tangan Singto untuk masuk ke kamar mereka dan menguncinya, Singto tersenyum miring "sange lo?" tanya Singto asal yang dihadiahi sentilan dahi dari lelaki manis di hadapan Singto "sembarangan!"

Singto mengusap-usap dahinya "lagian lo begitu... ya gue pikir lo abis dengerin anak lo main terus lo juga kepengen kan?" satu tendangan maut di kemaluan Singto pun tak dapat dielakkan lagi "akhh! Gila lo!" umpat Singto sambil terduduk mengelus-elus adik-nya, sementara si pelaku sudah merebahkan dirinya di kasurnya yang nyaman, berusaha menahan emosi.

Setelah menetralkan rasa sakit pada adik-nya, Singto menghampiri Krist yang hampir terlelap, namun tak bisa karena kegelisahannya.

Krist berjengit merasakan elusan pada pundaknya, namun mengingat ia dengan siapa di kamarnya membuat menantu lelaki Ruangroj tersebut membalikkan tubuhnya.

"oke! Gue berhenti bercanda, sekarang lo kenapa?" tanya Singto lembut sambil mengusap-usap pucuk rambut Krist.

"gue lebay gak sih kalo gue khawatir sama anak gue yang punya pacar?" tanya Krist sendu.

Suami Krist itu mendadak panik "hah?! Siapa yang punya pacar?!" Singto langsung mendudukkan dirinya begitu saja membuat Krist mendengus dan ikut mendudukkan dirinya menghadap Singto "Sing! Gue serius!"

"gue juga serius!" balas Singto tak mau kalah.

"udahlah! Gue capek, mau tidur sama Nat aja!" Krist bangkit dan membawa bantalnya keluar kamar.

❤❤❤

Pagi itu, Arthit memandangi ayah bundanya bergantian, sang ayah yang lesu dan bunda yang seperti sedang berada dalam period-nya.

"kak, bunda sama ayah lagi berantem, kah?" Arthit memilih bertanya pada Natcha dengan berbisik.

"gatau, tadi malem juga bunda tidur di kamar gue" balas Natcha juga berbisik.

Singto yang memperhatikan kedua kembarnya saling berbisik itu mengambil tindakan "ekhem... Bisik-bisikan apa tuh?" dehaman Singto meleraikan pembicaraan si kembar tersebut.

Arthit menggaruk kepalanya "ehe..yah?" basa-basi Arthit yang dijawab tatapan bertanya dari Singto.

Takut-takut, Arthit melirik sang bunda yang sedang sibuk mengepak bekal lalu kepala Arthit mendekat kearah Singto yang juga mendekat "ayah mukanya gitu banget, semalem gak dapet 'jatah', ya?"

"sembarangan kamu!" semprot Singto yang dihadiahi tawa oleh putranya sendiri, sejak ulang tahunnya yang ke-18 kemarin memang Arthit gencar membahas hal-hal berbau 'dewasa' bersama sang ayah.

"yaudah deh, yah.. kita berangkat dulu!" pamit Arthit langsung menarik tangan kakaknya "bye ayah!" ucap Arthit setelah mengambil kunci motor pemberian sang ayah, menunggu Natcha yang mengambil kotak bekal mereka.

Keluarga Macamana (Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang