Deep Talk

280 25 2
                                    

Tiga bulan setelah kelahiran cucu ketiga dari kandungan menantu emas keluarga Ruangroj, kini Krist telah mampu mengurus bayinya sekaligus mengurus keluarganya seperti sediakala tanpa bantuan para nenek si kembar. Namun Krist tetap menyerahkan urusan membersihkan rumah dan laundry kepada asisten rumah tangga-nya.

Namun yang namanya hidup dengan tiga anak, pasti ada saja kelakuan aneh mereka yang terkadang membuat Krist tertawa geli.

Seperti saat ini contohnya, hari minggu adalah hari libur yang Krist wajibkan agar si kembar dan ayah tidak pergi kemana-mana. Krist ingin waktu untuk keluarganya duduk bersama dan berceloteh panjang lebar sambil bercanda.

Tetapi Arthit dan Natcha justru sibuk belajar dengan asisten rumah tangga mereka menjahit sesuatu sejak pagi setelah sarapan, tidak menghiraukan sapaan dari kedua orang tuanya.

"Bunda jangan lihat dulu! Ini bukan buat bunda" larang Arthit lembut saat Krist mencoba menilik pekerjaan kedua kembarnya.

Krist heran "eh? Ya-yaudah, bunda mau beli es krim, nih? Kalian gak mau?" Tawar Krist berusaha mengalihkan perhatian kedua anaknya.

"Gak" jawab mereka serempak tanpa menoleh.

Arthit dan Natcha baru bisa menyelesaikan pekerjaan mereka saat matahari sudah tenggelam. Keduanya berpencar ke kamar mereka masing-masing untuk mandi, setelah itu mengambil hasil jahitan mereka untuk di berikan kepada Force.

Tok tok tok

Krist yang tengah menyusui Force itu buru-buru meraih penutup dadanya agar tidak ada yang melihatnya tengah menyusui, kalau tidak ya pasti Singa mengamuk "ya, masuk aja!"

Sang bunda mengerutkan keningnya dan tersenyum canggung melihat kedua anaknya saling menyikut seakan ragu akan mengucapkan sesuatu pada sang bunda "ngomong aja, nak. Bunda gak bakal marahin"

Akhirnya dengan sedikit lebih lama drama, Arthit melangkah maju satu langkah mendekat pada Krist "maafin Oon sama kakak, bunda..." ucap Arthit ragu.

"Emangnya kakak sama abang salah apa?"

Kini Natcha juga ikut mengambil satu langkah mendekati Krist "soalnya kita nyuekin bunda seharian"

Bunda tiga anak itu tersenyum lembut dan turun ke lantai, menyandarkan dirinya pada kasur yang tidak terlalu tinggi dan menyamankan Force yang masih setia menyusu "duduk sini di kanan kirinya bunda" titah Krist lembut yang diikuti kedua anaknya.

Krist masih setia tersenyum "bunda mau tanya, kenapa kalian ngerasa nyuekin bunda? Padahal bunda gak ngerasa di cuekin kalian, kok! Bunda paham kalian lagi serius banget sama kerjaan kalian, ya bunda gak akan ganggu" jelas Krist "justru bunda yang harusnya minta maaf karena gangguin kalian terus" sambungnya.

Natcha menggeleng "enggak, bun... bunda gak salah, bunda gangguin kita karena bunda kangen sama kita, kan?"

"Iya, kan kita senin sampe jum'at sekolah, terus sabtu kemaren abang sama kakak main sama temen-temen di lapangan komplek seharian, kan wajar kalo bunda kangen sama kita, bunda pernah bilang itu dulu" timpal Arthit.

Krist mengangguk "ah, oke oke bunda maafin" ujar Krist seraya melepaskan putingnya dari Force karena bayi gembul itu kini telah terlelap nyaman di pangkuan sang bunda "jadi, kalian tadi ngapain aja?" Tanya Krist setengah berbisik agar Force tidak terganggu.

Satu-satunya gadis di kediaman Ruangroj itu tersenyum "kita tadi minta ajarin sama mbak buat nyulam kain, bun!" Arthit mengeluarkan karyanya dan sang kakak "ini buat dede Force sebagai tanda kalo abang sama kakak sayang sama dia" ucap Arthit menatap manik bundanya yang berkaca-kaca.

"Jadi kalo abang atau kakak gak sengaja marah ke dedek, nanti dedek punya itu dan bisa tau kalo sebenernya kita gak marah beneran ke dede, kita sayang banget sama dede"

Krist tersenyum "kalian sayang banget sama adek?" Dua kembar itu mengangguk "kita boleh selimutin ini buat adek?" Izin Natcha, Krist kemudian bangkit dan meletakkan Force di box bayinya, ia mundur mendekati Natcha dan Arthit "selimutin pelan-pelan, ya! Adeknya baru aja pules" titah Krist lembut.

Kemudian Natcha bersama Arthit mendekati sang adik yang tertidur lelap dan bersama-sama menyelimuti sang adik dengan lembut.

Krist mendekat ke box bayi Force dan melihat anggota terkecil keluarga mereka tersenyum dan sedikit tertawa "dede senyum! Artinya dia suka hadiah dari kakak sama abangnya" Krist mengecupi kedua surai putra-putrinya sayang "makasih banyak anak-anak bunda yang hebat, bunda sayang kalian!"

Natcha kemudian beranjak pelan meninggalkan kamarnya, Arthit bertugas menahan sang bunda "kita punya sesuatu juga buat bunda!"

Tak lama, Natcha sudah kembali dengan setangkai mawar merah yang sudah dibalut plastik dan ditata sedemikian rupa "buat bunda yang paling kita sayang!" Ucap Natcha, Krist sudah tidak tahan untuk mengeluarkan air matanya. Hormon Krist masih belum stabil pasca melahirkan, diberi hal kecil seperti ini saja sudah membuat Krist senang bukan main.

Krist mengajak kedua anaknya duduk kembali di lantai dan memeluknya "sayang-sayangnya bunda" gumam Krist gemas.

"Bunda jangan nangis, kita jadi ikut sedih" ujar Natcha yang diangguki adiknya.

Sementara Krist mengusap air matanya, ia sungguh terharu dengan perlakuan dua mataharinya "bunda seneng banget sampe nangis, bunda gak sedih, kok"

Arthit menarik napas dalam dan tersenyum pada bundanya "semoga pas udah kita kasih bunga ke bunda, bunda gak sedih lagi, bunda gak lupa ada kita yang sayang sama bunda, ada kita yang kangen sama bunda setiap hari, kita juga kangen kalo bunda gak senyum, satu hari aja, bun..."

Krist malah memeluk kedua anaknya erat, tidak terpungkiri sejak kelahiran Force, bunda tiga anak itu kurang memperhatikan kedua kembarnya yang telah menemani hari-hari tanpa Singto-nya itu, hanya mereka berdua yang mampu menepis rasa kesepian Krist dengan tingkah konyol mereka.

Namun kini apa? Krist malah melupakan mereka hanya karena sibuk mengurusi Force dan kurang memperhatikan mereka.

"Maafin bunda, nak... maaf"

Natcha melepas pelukannya dari Krist dan mengusap pipi yang paling tua "bunda gak salah, kata ayah, kan dede masih kecil, dede emang lagi butuh bunda terus, jadi kita gapapa, kok"

"Iya bunda, asalkan bunda bisa nemenin kita belajar waktu malem aja kita gapapa" timpal Arthit dengan senyum manisnya.

Krist mengerti, kembarnya hanya meminta waktu darinya meskipun hanya satu jam sehari, mereka hanya ingin Krist duduk dan mendengarkan cerita receh mereka tentang kegiatannya di sekolah. Namun Krist malah melupakan hal itu, anaknya hanya merindukan dirinya.

"Yaudah, besok senin, udah siapin buku?" Kedua cucu Ruangroj itu menggeleng lucu, Krist tersenyum dan bangkit meraih kedua tangan anak-anaknya "ayo bunda temenin kalian belajar"

Singto yang sedari tadi mengamati tersenyum, usahanya mendekatkan kembali Krist dengan kedua kembarnya berhasil. Selain itu, Singto juga berhasil mengembalikan senyum ketiga mataharinya.

Natcha begitu senang berceloteh pada Krist, sedangkan Arthit sesekali menimpali. Raut bahagia terpancar jelas dari wajah mereka, Singto juga ikut tersenyum melihat pemandangan di ruang tamu rumahnya.

Semoga suasana begini gak pergi dari rumah gue-Singto.
















Halo! Ketemu lagi sama Vee😍

Keluarga Macamana (Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang