"selamat pagi Bu Meen, tumben kesini pagi-pagi?" sapa Natcha ramah ketika melihat wali kelasnya bertamu di jam tujuh pagi.
"eum...ibu cuma mau nganter sarapan buat kalian aja, ini ada nasi liwet sama ayam juga, dimakan ya" Meen menyodorkan rantang tersebut, Natcha tersenyum tipis "wah, dalam rangka apa nih, bu? Tumben banget"
Meen terkekeh "iseng aja ibu bawain ini buat kalian, di ambil nih"
Ah... Natcha paham, jam setengah delapan pagi di hari minggu, berdandan seperti akan pergi ke pesta pernikahan "maaf bu, tapi bunda udah masak, lagipula kita gak biasa sarapan nasi" Natcha mencoba berkata jujur.
"eum... yaudah buat makan siang aja ya?" Meen mencoba membujuk lagi.
Namun gadis Ruangroj tersebut tetap menolak "tapi bunda udah masak buat makan siang, kita gak biasa makan masakan selain punya bunda" ucap Natcha lagi.
Meen menarik lagi rantangnya, wajah wali kelas kembar itu menjadi murung "o-oh... yaudah deh, kalo gitu minggu depan ibu coba bawain....."
"kak? Ada siapa... eh bu Meen? Ada keperluan apa ya? Silahkan masuk" Krist menginterupsi Natcha dan wali kelasnya.
"nda.. tadi bu Meen..."
"eh, gapapa pak Krist, saya udah selesai sama Natcha kalo gitu saya pamit ya pak, permisi" Meen buru-buru pergi meninggalkan kediaman Singto dan Krist.
"Krist!" panggil Rome dan Kao yang pagi-pagi sudah berada di rumah Rome.
"kak, masuk ya? Adeknya tolong tadi minta diajarin ngitung" pinta Krist, remaja itu pun langsung masuk kedalam rumah.
"kenapa kak?" Krist mendekati pagar pembatas halaman rumahnya dan rumah Rome.
"cewek yang tadi tuh kayanya mau godain suami kamu deh" ujar Rome.
"iya! Diliat dari dandanannya yang hedon begitu tuh udah keliatan banget!" timpal Kao emosi.
Namun Krist mengendikkan bahunya santai "ya terus mau gimana? Godain mah godain aja kali, diemin aja dulu. Penjaga Krist sama Singto udah tiga, kalo bisa nerobos coba aja!" ucap Krist santai.
"loh.. nyantai amat kamu?" heran Kao.
"kak Kao gak liatin gimana Natcha ngeladenin itu cewek dengan polosnya sampe murung?" tanya Krist. Kao dan Rome mengangguk.
Krist menghela napas "Natcha sama Oon udah smp, mereka udah paham lah gimana cewek gatel, mereka udah pinter ngeladenin orang macem wali kelasnya gitu"
"Force?" tanya Rome.
"Force lebih polos lagi, tapi dia hampir sama kaya Natcha, dia bisa ngomong sampe bikin lawannya gak bisa berkutik lagi" Krist tersenyum miring.
"pinter juga kamu" Kao, Rome, dan Krist tertawa.
🔥🔥🔥
"ayah ayah! Nanti liburan ke rumah eyang di Bogor ya? Ya ya ya?" rengek Force pada Singto.
Hari minggu, hari wajib untuk keluarga kecil Singto untuk berdiam diri di rumah.
Biasanya pagi-pagi mereka bekerjasama membersihkan rumah dan sekitarnya, kemudian Krist akan membuatkan sarapan sederhana, lalu mereka berlima akan duduk bersama di ruang tengah melakukan apapun sesuai keinginan masing-masing.
"tanya bunda dulu, boleh gak?" Singto melirik Krist yang sedang menyendok dessert-nya.
"hm...? Apfwa?" mulut Krist masih penuh saat ia berbicara.
"habisin makanannya dulu, bun" tegur Arthit. Krist hanya cengengesan.
Terkadang Arthit dan Krist seperti bertukar peran, makin kesini keduanya makin mirip saja, berbeda dengan Natcha yang mewarisi sifat Krist dan Singto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Macamana (Oneshoot)
AléatoireKumpulan cerita random keluarga hangat Singto dan Krist yang sekarang udah punya tiga tuyul (eh) yang unyu dan sangar (aduh, maap) yang dikemas dalam satu bab cerita pendek tiap episode nya. Diisi mulai dari kerandoman ayah Singto, curhatan receh ka...