Risol Mayo Kak Nat

186 29 1
                                    

"Bun, kakak pake dapur, ya!"

Krist yang tengah mengajari Force itu menoleh pada putri cantiknya yang tersenyum padanya, dengan wajah yang lusuh selepas pulang sekolah mengenakan seragam pramuka yang masih lengkap seperti tadi pagi berangkat.

Krist selalu menekankan peraturan agar kondisi pakaian saat pulang harus sama rapihnya seperti saat berangkat sekolah. Bunda tiga anak itu hanya ketat tentang kedisiplinan saja, selebihnya tentang bahasa dan tata krama Krist tidak terlalu memikirkannya. Hingga Singto seringkali berpikir 'ini jiwa Krist ketinggalan di umur tujuh belas, apa gimana? Cara dia nertibin anaknya sendiri ga beda kaya waktu sekolah dulu'

Kemudian Krist mengangguk "ya... pake aja, emang bunda yang pegangin kunci dapur tiap saat sampe harus izin dulu kalo mau pake?" Jawabnya terheran "tapi mandi dulu, ya! Kamu bau!" Titah Krist membuat Natcha menekuk wajahnya "bunda ih" gerutunya bercanda seraya bangkit menuju kamar.

Setelah itu ada Arthit yang mungkin baru selesai memarkirkan motornya di garasi "kak! Belanjaan kakak gue taro dapur, ya!" Seru Arthit tak menyadari sang bunda yang duduk di dekatnya.

"Bang, itu belanjaan buat apa?" Tanya Krist, Arthit tersenyum "eh bunda, abang gak liat ada bunda ama degem (dede gemes) lagi di sini" sapa Arthit sambil menoel dagu Force usil "abang!" Sentak si kecil yang tengah asyik belajar menghapal perkalian delapan.

Krist hanya menggeleng kecil, sudah terlalu lelah meladeni pertengkaran kecil kedua putranya "itu belanjaan buat apa?" Tanya Krist lagi.

Arthit mengangkat kantong kakaknya dan berpikir sejenak "apa ya? Oon lupa, tapi kak Nat tadi ada bilang mau bikin makanan, tau apaan" jelas Arthit "yaudah bun, abang mau bebersih dulu, bye bye degem!" Pamit Arthit tak lupa dengan keusilannya pasa Force.

"Lah, tumben" gumam Krist setelah Arthit menaiki anak tangga rumahnya. Selama ini Natcha tidak pernah membuat makanan selain untuk di makan saat makan malam, itupun setelah rengekan dari Singto untuk Natcha agar putri manisnta itu memasakan makanan untuknya.

Malam itu, kediaman Ruangroj muda nampak sepi, Singto yang baru saja sampai di rumah itu mengerutkan keningnya ketika mencium aroma wangi yang lumayan menggoda perut kelaparannya.

"Ayah pulang, ini lo masak apa dek? Wanginya enak banget?" Singto menyerahkan tas dan jasnya pada Krist yang menyambutnya pulang "liat aja sendiri"

Akhirnya dengan berbekal rasa penasaran, Singto melangkahkan kakinya menuju sumber aroma wangi tersebut.

"Yes! Jadi!" Natcha memekik riang seraya bertepuk tangan, ia baru saja menyelesaikan masakannya tepat saat Singto berdiri di belakangnya "masak apa tuh? Wanginya bikin ayah laper" Natcha terperenjat "eh, ayah... ngagetin aja!" Ujar gadis tercantik di kediaman Ruangroj tersebut, lalu Natcha menunjukan hasil masakannya "risol mayo empat jam! Selamat menikmati!"

Singto tersenyum sumringah, kemudian ia mencicipi masakan putrinya yang sudah pasti enak, setidaknya kata Singto "yuum... enak! Bun! Sini deh nyobain! Risol kakak enak loh!" Ajak Singto semangat menyuapi Krist dengan risol buatan Natcha.

Bunda Natcha itu berbinar setelah merasakan satu gigitan risoles milik Natcha "kak, jual aja! Titip di kafe ayah lumayan tau!" Seru Krist semangat mengapresiasi masakan Natcha.

Namun gadis itu murung "tapi bun..." ia meraih piring lainnya yang berisikan risoles lain, namun keadaannya berbeda jauh daripada yang ia persembahkan kepada ayah dan bunda "hancur..." murungnya.

Kedua orang tua Natcha melempar tatapan penuh arti, Singto dengan sigap meraih satu piring risoles hancur dan memakannya perlahan "ayah dulu suka banget makan risoles hancur, enak buat di cemilin, kalo beli risol selalu di hancurin dulu" ucap Singto lalu mengambil sendok di atas meja di dekatnya "makannya pake sendok biar gampang, jadi ini buat ayah aja, ya! Lagian rasanya enak, kok!" Pinta Singto tanpa persetujuan putrinya lalu pergi entah kemana membawa piring itu.

Keluarga Macamana (Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang