Kita kuat

337 29 4
                                    

"omaaaa!!" begitulah si kembar, langsung heboh ketika berkunjung ke rumah orang tua Singto ataupun Krist.

Sementara yang dipanggil juga tersenyum riang "cucu oma dateng... sini cium oma dulu" ibu Singto mengecup pucuk kepala cucu kembarnya sayang.

"ibu apa kabar?" kini gantian Krist memeluk ibu mertuanya, ia cukup lelah karena berusaha menyamakan gerakannya dengan si kembar yang cukup aktif, sementara kehamilannya yang sudah di pertengahan sembilan bulan tak memungkinkannya untuk bergerak bebas.

Ibu Singto mengarahkan menantunya untuk duduk di sampingnya "baik Krist, sini duduk kasian kamu pasti pegel ya, pinggangnya?" ibu Singto mengurut pelan pinggang Krist, Natcha dan adiknya sudah pergi ke halaman belakang tempat nenek buyutnya senang bersantai.

"enggak usah, bu Krist gapapa" tolak Krist halus.

"kalian kesini sama siapa?"

"sama kak Off, mas harus berangkat pagi, lagi ada masalah di kantor" jelas Krist sambil mengusap perutnya.

"persiapannya gimana?  Perlengkapannya udah di beli?" tanya ibu Singto.

Krist mengangguk "udah, Krist udah minta bantuan New sama Gun buat dekor, kue nya dateng nanti siang" ibu Singto mengangguk.

"Singto nya bisa pulang cepet nggak?"

Krist menghentikan gerakan mengelus perutnya "itu yang Krist nggak tau, seminggu terakhir mas Singto pulang malem terus, anak-anak suka ngeluh ayahnya nggak makan malem bareng sama mereka" ucap Krist lesu.

Ibu Singto mengusap surai Krist lembut "hari ini ibu udah suruh Singto pulang cepet kok, tenang aja" mata bulat Krist membola mendengar ujaran ibu mertuanya "makasih, buu"

"ibu marahin tadi, anaknya mau ulang tahun kok malah sibuk" kekeh ibu Krist.

"ssshh..." Krist tiba-tiba merasakan nyeri di perutnya.

"lohh? Kenapa Krist?" ibu Singto ikut mengusap-usap perut menantunya dengan sedikit panik "dari pagi udah mulai kontraksi, ini yang kedua kali" jelas Krist sambil berusaha mengatur napasnya.

Yang lebih tua semakin panik, raut wajahnya mencetak jelas kepanikan tersebut, sama seperti saat Singto menemaninya sewaktu ia akan melahirkan kembar kesayangannya "jaraknya belum deket, kan? Mau ke bidan aja? Atau ibu panggilin dokter?" Krist menggeleng sambil tersenyum "mau istirahat aja, nanti kalo kembar nyariin bilang Krist di kamar ya, bu?" pamit Krist sambil berusaha bangun setelah kontraksinya reda.

"ibu bantuin"

🌞🌞🌞

Lagi, Singto kecolongan. Staff keuangannya melakukan penggelapan uang yang nilainya tak dapat dikatakan kecil. Beberapa jenis barang dikembalikan dalam jumlah besar karena kualitasnya yang jelek, dan komplain dari para pembeli. Ditambah Krist yang akan melahirkan dalam waktu dekat, membuat kepala Singto terasa nyaris pecah.

Singto tidak bisa dikatakan baik-baik saja sekarang, namun dirinya harus bisa tersenyum di hadapan kedua mataharinya yang sudah bertambah umur.

"selamat ulang tahun anak-anak ayah, jadi anak baik buat ayah, bunda, sama adek ya!" ucap Singto pada kedua anaknya.

Hari ini kembar kecil Singto dan krist sedang merayakan ulang tahunnya yang ke delapan, acaranya digelar sederhana, hanya ada teman Natcha dan Arthit serta keluarga dekat Singto dan Krist.

"iya ayah, mana kadonya?" Natcha dan Arthit menengadahkan tangannya, menunggu sesuatu dari sang ayah.

Lalu sang ayah tersenyum usil "kalian mau kado?" tanya Singto, kedua anaknya mengangguk.

Keluarga Macamana (Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang