Brothers

155 20 5
                                    

"Arthit, tenang dulu nak..."

"Budhe tau sendiri gimana kesiksanya kakak aku, seenggaknya bajingan itu harus dapet tiga tanda tangan aku"

Namtan panik sendiri menghadapi sang keponakan yang kalap membenahi keperluannya dan siap berangkat menuju Jakarta. Setelah ujian akhir tengah semesternya selesai, Arthit telah menahan selama dua minggu setelah ia menceritakan kegelisahannya terhadap sang kakak kepada bundanya.

"Tapi nak, berangkat sama pakdhe, ya? Budhe takut kamu emosi di tengah jalan" bujuk Namtan akhirnya mengalah tidak mendebat Arthit lagi.

Arthit mengangguk, akhirnya setelah menempuh perjalanan satu malam dengan kereta, Joss dan Arthit telah berada di mobil Singto.

Lelaki yang paling muda tegang, ia menangkap raut frustasi sang ayah ketika bertemu dirinya. Sementara Joss tidak tahu harus bersikap seperti apa, jauh dalam lubuk hatinya, ia merasa ketakutan jika putrinya itu mengalami kejadian yang sama dengan Natcha.

"Kakak..." Arthit menatap sang kakak pilu, keadaannya tidak sebaik seperti terakhir kali bertemu. Kini remaja cantik itu lebih kurus, meskipun rambut panjangnya masih terawat, Arthit yakin sang bunda yang menangani rambut Natcha.

Gadis yang sedang menatap pantulan dirinya di cermin itu menoleh "Oon, itu lo?" Arthit mengangguk, langkahnya mendekati sang kakak lalu memeluknya erat.

Natcha seperti mendapat kekuatannya kembali saat Arthit datang memeluknya, Natcha kembali meraung di rengkuhan sang adik "maaf, gue gak bisa ja..."

"Kakak... udah, ya?" Arthit menghentikan racauan aneh sang kakak "lo capek?" Natcha mengangguk, Arthit memeluk kembali sang kakak "i'm here, kak, gue di sini sama lo"

Meskipun ada bunda dan ayahnya, namun Arthit adalah seseorang yang telah bersama Natcha sejak dalam kandungan, kehangatan Arthit sebagai saudara tak akan pernah bisa terganti, Natcha seperti mendapat energi untuk bangkit. Kehadiran Arthit memang sangat berpengaruh.

Tak lama, ada Force yang ikut memeluk kedua kakaknya "sekarang udah ada adek sama abang Oon, jadi kakak gak usah sedih lagi yaa! Kita bakal ngelindungin kakak dari monster! Rawrr!"

Kedua kakak kembar Force tertawa, di lantai kamar Natcha pagi itu, Natcha telah kembali pada sumber energinya, rumahnya, saudara-saudaranya.

***

"Nat hamil, umurnya lima minggu"

Arthit murka mendengar kabar dari sang bunda, remaja itu tak menyangka jika akan ada bayi dari kesedihan sang kakak "terus gimana?" Tanya Arthit marah.

Krist memandang putranya lesu "hari ini sidang sama bajingan itu, kalo diizinin sama pengadilan, Natcha udah putusin buat gugurin kandungannya" Arthit tak membantah dengan keputusan orang tuanya dan juga sang kakak, remaja itu menganggap keputusan mereka telah benar.

Sementara itu di pengadilan, Singto duduk bersama para orang tua yang putrinya mengalami kejadian sama dengan Natcha oleh Dion, ternyata tidak sedikit korbannya. Earth sampai pusing sendiri.

Kasus pemerkosaan oleh Dion terungkap oleh media, dan menggegerkan masyarakat. Usia para korban rata-rata seusia Natcha dan ada yang masih bersekolah. Semenjak Singto berani menggugat Dion, beberapa pihak akhirnya ikut membuat laporan kepada Earth.

Yang paling mengejutkan adalah istri dan anak perempuan Dion sendiri, mereka melaporkan pada Earth jika Dion melakukan pemerkosaan terhadap keduanya.

"gila! Kebiri sama sanksi sosial aja harusnya gak cukup, harus ada yang lebih kejam daripada itu" gumam Singto.

Earth menepuk bahu sang sahabat "gue tau penjara yang pas buat dia, lebih kejam daripada tonjokan Arthit yang brutal pagi kemaren"

Kemarin pagi, Arthit diantar Tay pergi ke penjara tempat Dion di tahan sebelum sidang ke dua, dan tanpa salam pembuka remaja itu langsung menghajar Dion tanpa ampun sampai polisi datang melerai keduanya. Tay tidak menghentikan hal itu karena ia sama marahnya dengan Arthit.

Sudah satu minggu Arthit berada di rumahnya, selama satu minggu itu pula Arthit selalu tidur memeluk sang kakak. Krist bercerita jika Natcha masih saja berteriak histeris saat tidur hingga harus selalu di peluk.

Namun kini sepertinya kehadiran Arthit membawa kabar baik, keadaan Natcha kini sudah berangsur membaik. Di hari ke dua Arthit kembali, Natcha sudah mau ikut makan bersama keluarganya di meja makan, dan satu minggu kini Natcha sudah tidak ketakutan jika bertemu orang lain selain keluarganya.

Tak hanya Arthit, si bungsu Force juga menambah semangat Natcha untuk kembali bangkit. Kedua saudara Natcha dan orang tua menjadi alasan satu-satunya gadis di keluarga Singto itu tersenyum.

"Hai uncle Rome! Uncle Kao!" Sapa Natcha seraya tersenyum, bibir yang akhir-akhir ini pucat kembali berwarna merah muda seperti warna aslinya.

Dua serangkai yang sudah bersahabat semenjak Krist berusia Natcha hingga kini beruban itu menghampiri Natcha, namun tetap menjaga jarak, mereka mengerti gadis itu.

Rome tersenyum, meski sedikit keriput tetapi dimple-nya masih terlihat apik "anak cantik apa kabar? Uncle kangen sama kamu" canda Rome berusaha untuk seperti biasa.

"Lagi mau nanem bunga baru, tiba-tiba pengen aja gitu ganti bunga" ucap Natcha riang, meskipun masih sedikit tatapam kosong yang di pancarkan.

Kao dan Rome saling pandang, kemudian tersenyum "yaudah, kamu lanjutin lagi ya, semangat! Kalo butuh apa-apa ada uncle, kita jalan dulu" ucap Kao yang diangguki Rome. Natcha paham, maksud kata-kata semangat bukanlah untuk kegiatan menanam bunga-nya, melainkan untuk keadaannya sekarang.

Arthit muncul dari dalam bersama Force membawa peralatan berkebun milik sang kakak tertua "ini taro di mana, kak?" Tanya Arthit. Natcha menunjuk ke satu sudut kebun "taro di sana aja, terus kalian bersihin bagian sana!" tunjuk Natcha lagi ke bagian yang lain.

Kedua cucu lelaki Ruangroj itu menjerit "kak?! Itu beneran?" Tanya Force, Natcha mengangguk polos "iya, kan kalian yang bilang mau bantuin gue"

"Tapi itu kotor banget! Pasti bakal lama" timpal Arthit.

Kakak tertua itu berkacak pinggang "ya ga usah selesai hari ini, tapi seenggaknya itu bagian udah gak ada sampah sama rumputnya, udah sana buruan! Udah panas, tau!" Cerca Natcha membuat adik-adiknya mengeluh.

Namun di balik itu, Arthit senang. Kakaknya kembali ekspresif seperti sediakala, setidaknya itu lebih baik daripada terus melamun saja di kamar.

Kesukaan Natcha adalah berkebun, jadi Singto merenovasi rumahnya membuat taman lebih luas di area depan daripada dulu yang mana taman belakang lebih luas. Dan semenjak kejadian itu, kebun Natcha sedikit tidak terurus, hingga Arthit berinisiatif mengajak sang kakak berkebun.

Sidang ke dua kasus Dion.

Para saksi dan korban telah bersuara, semua itu berkat Singto dan Earth yang meyakinkan jika semua akan baik-baik saja.

Hasil persidangan adalah penjara seumur hidup dan kebiri fisik, yang mana kebiri dilakukan dengan cara mengamputasi organ seks eksternal sehingga kekurangan hormon testosteron. Kurangnya hormon ini akan banyak mengurangi dorongan seksualnya.

Earth berpesan kepada pihak yang bertugas memenjarakan Dion, agar Dion di tempatkan bersama tahanan dengan kasus pencurian dan perampokan.

"Kenapa di sana?" Tanya Krist, ada Singto dan Arthit juga yang siap mendengarkan penjelasan Earth.

Sementara Earth menyeringai "orang ngerampok, nyuri biasanya buat apa?"

Arthit berpikir "nafkahin anak istrinya?"

"Itu artinya mereka di penjara karena buat ngehidupin keluarganya, sementara pemerkosaan itu kasus yang ngerusak anak atau istrinya, mereka rela ngelakuin apapun biar anak istrinya bisa makan, kaya Singto" jelas Earth.

Singto mengerutkan keningnya "berarti perampok sama tukang copet benci sama pemerkosa?" Singto menerima dua jempol di wajahnya dari Earth "betul!"

"Itu artinya kasta pemerkosa paling rendah di penjara, pemerkosa bakalan di siksa sama tahanan yang rela di tahan demi keluarganya" timpal Arthit.

Krist menoleh pada putranya "kok kamu tau?" Tanyanya heran, sementara Arthit tersenyum menampakkan gigi putihnya "ehe, Oon baca di twitter"

Earth tersenyum miring "paling beberapa hari lagi kita bakalan denger berita Dion disuruh masturb pake balsem" ujar Earth santai lalu menyeruput kopinya yang sudah tandas setengah gelas.








Selesai, gimana endingnya? Yang dulu nungguin ini mari berkomentar, caci maki dipersilahkan🙏

Keluarga Macamana (Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang