Singto sudah pulih sejak di rawat satu minggu yang lalu, kini ia memberanikan diri untuk memgunjungi putranya yang sedang berjuang untuk bertahan hidup.
Ruangan NICU itu tak mengizinkan sembarang orang untuk masuk, bahkan Singto juga tak berani untuk mendekati putranya, hanya melalui pembatas kaca, Singto bisa menangis melihat kondisi putranya dengan alat penunjang kehidupan.
"Keadaannya membaik dua hari terakhir, firasat gue, anak lo bakalan siuman dua atau tiga hari lagi" ucap Nam yang mengantar Singto menjenguk bayinya "berdoa terus, minta sama tuhan biar anak lo sehat" ucap Nam seraya menepuk bahu adik iparnya.
Singto menarik napasnya dalam "nak...ayo sehat, kakak kembar kamu nungguin di rumah, loh! Kamu gak mau main sama mereka? Kakak sama abang kamu udah nungguin lama buat main sama kamu"
Tiba-tiba bayi Singto menangis keras, Nam segera memanggil perawat lewat tombol bantuan yang berada di sana lalu mensterilkan dirinya secepat mungkin agar bisa segera memeriksa kondisi keponakannya.
Sementara itu Singto mencelos, ia tak mampu berkutik lagi melihat anaknya dikelilingi perawat serta dokter yang menanganinya.
Tak lama kemudian tangis bayi Singto mereda, Nam dan seluruh perawat di ruangan itu tersenyum lega, sebagian ada yang sampai menangis di bahu temannya. Singto yang melihat hal itu menjadi bingung, ada apa ini?
Nam keluar ruangan menghampiri Singto "ini di luar dugaan! Anak lo sadar! Semuanya stabil"
Senyum Singto tak dapat disembunyikan lagi, merekah bagai bunga mawar yang baru saja mekar. Kebahagiaan mulai terlihat di keluarganya.
****
Satu minggu kemudian, Singto beserta sang bayi sudah sehat dan bisa keluar dari rumah sakit, namun Krist masih setia memejamkan matanya.
Sambil menimang bayinya, Singto memandangi istrinya dari balik kaca bening ruangan Krist, memandangi istri manisnya yang sedang berjuang untuk hidup dibantu alat.
"dek, bunda kamu cantik banget! Mirip sama abang sama kakak kamu, pasti kamu seneng deh nanti ketemu mereka, bilang sama Tuhan ya, minta balikin bunda ke kita, biar kamu bisa cepet pulang ke rumah juga!" pinta Singto pilu.
Mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu saat si kembar merajuk karena calon adik mereka yang membuat Krist mengalami morning sickness, membuat Singto belum berani membawa anggota termuda mereka bertemu dengan kedua kakaknya, takut si kembar membenci sang adik, Singto tak mau hal itu terjadi.
Sebagai jalan penengah, si kembar menginap di rumah ibu Singto dan adik si kembar tinggal di rumah orang tua Krist sementara, dan rumah mereka kosong.
Bayi kecil Singto tiba-tiba menangis kencang, membuat sang ayah kelabakan dan berusaha menenangkannya, namun tak kunjung berhasil.
Sontak kejadian ini mengundang para perawat untuk ikut membantu Singto menenangkan anaknya tersebut. Namun ada satu perawat yang kemudian berlari entah kemana dan tak dihiraukan oleh yang lain karena sibuk dengan bayi Singto.
Perawat itu kembali dengan seorang dokter yang menangani Krist, masuk ke ruangan Krist dan memeriksa keadaannya yang entah sejak kapan sudah membuka mata.
Bayi kecil ruangroj itupun berhenti menangis, hanya tersisa rengekan kecil saja, Singto pun mengucapkan terima kasih kepada para perawat yang ikut membantu.
Singto terkejut kala matanya kembali mengarah kamar Krist, senyumnya terpatri begitu saja.
"dek, kamu nangis buat bangunin bunda?" tanya Singto haru, bayi itu tersenyum manis, mirip seperti sang ayah jika tersenyum.
Singto kemudian duduk di bangku terdekatnya. Dengan satu tangan, Singto meraih ponselnya dan menelpon sang ibu.
"ibu, Krist sadar! Cepetan kesini!"
🌞🌞🌞
Beberapa hari setelah Krist sadar, ia dipindahkan ke ruangan biasa, ia menangis haru karena dapat bertemu anaknya.
"mirip banget sama mas Singto bu, ini anakku, kan?" tanya Krist tidak percaya.
Ibu Krist terkekeh "ya iyalah anak kamu, malah aneh kalo anak kalian tapi mirip sama Off" candanya.
"bu, aku kangen kembar, kapan aku boleh pulang?"
Ibu Krist hanya tersenyum lembut.
*
*
*"Bundaaaa!"
Teriakan si kembar memenuhi telinga Krist kala menginjakkan kakinya masuk ke dalam rumah mereka, bahkan Krist sampai menutupi wajah adik si kembar yang sedang digendongnya agar tidak menangis karena terkejut.
Seperti saat Krist dan Singto kembali bersama si kembar, kini terulang lagi dengan keluarganya. Namun kini di tambah June tunangan Fiat, Tay suami New dan Mix kekasih Earth, serta Pluem remaja sebelas tahun yang Tay dan New adopsi satu tahun yang lalu, menambah suasana riuh rumah Krist dan Singto.
Krist sudah diizinkan pulang ke rumah setelah menginap di rumah sakit selama satu minggu dengan syarat tidak boleh melakukan kegiatan yang berat.
"ndaaa mau liat dede! Mau liat dede!" rengek Arthit dan Natcha berebut.
"sstt... dedek nya lagi bobo, jangan teriak-teriak ya" pinta Krist pada kedua anaknya.
Duduk dengan berusaha menahan sakit pada jahitan pasca operasi yang masih basah, membuat Krist harus dibantu Singto dan ibunya.
"waaahh dede..." gumam Arthit, Natcha juga memandang takjub adiknya seperti Arthit yang bergumam.
"nda, ini kado ulang tahun dari bunda buat kita?" tanya Natcha kemudian, Krist mengangguk.
"dari ayah juga dong" ucap Singto, ingatkan pada suami Krist kejadian saat Natcha bertanya darimana asalnya bayi.
"oohhh" kedua kembar itu tidak bertanya lagi, hanya terkikik satu sama lain, sibuk dengan saudaranya masing-masing.
Kini Chimon yang masih mengenakan seragam TK-nya, Patrick, juga Ciize ikut mendekat pada si kembar melihat anggota baru mereka, sedangkan Pluem dan Jane hanya memandang dari jarak yang tidak terlalu dekat.
"paman Singto, nama dedenya siapa?" tanya Pluem.
Singto tersenyum, seluruh keluarga ikut memasang telinga "namanya..." Singto memandang istrinya dan kemudian keduanya mengangguk.
"namanya... Force, Asnee Ruangroj"
Halo dedek Force! Selamat bergabung dengan keluarga absurd ini😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Macamana (Oneshoot)
DiversosKumpulan cerita random keluarga hangat Singto dan Krist yang sekarang udah punya tiga tuyul (eh) yang unyu dan sangar (aduh, maap) yang dikemas dalam satu bab cerita pendek tiap episode nya. Diisi mulai dari kerandoman ayah Singto, curhatan receh ka...