"Dion Alexander, 35 tahun, dosen matematika di universitas tempat Natcha kuliah, status menikah, punya dua anak, sebelumnya pernah ngelakuin pelecehan ke beberapa orang juga, tapi korban gak mau ngaku soalnya Dion anak dari ketua DPR, jadi Dosen karena sogokan, sekarang ini keluarganya lagi gak baik-baik aja..."
"pantesan bajingan, keluarganya aja gak baik-baik aja kok" sinis Singto setelah mendengarkan penjelasan dari asisten pribadinya dan asisten Earth yang ia tugaskan untuk mencari tahu siapa yang telah memperkosa putrinya.
Kemudian detik selanjutnya Earth datang dengan nampan berisikan empat gelas kopi susu yang ia letakan ditengah-tengah dirinya dan Singto serta asisten Singto.
"udah jadi pengacara, masih jadi kang kopi juga, lo?" kekeh Singto bercanda.
Earth mendengus "sialan" umpatnya, Singto tertawa "kalo ga ada kafe ini, gue gak akan jadi pengacara" ujar Earth sarkas.
Singto menerawang ruang kerjanya di kafe bersama Earth yang telah ia tinggali hampir dua puluh tahun lamanya itu.
Bener juga, kalo nih kafe gak ada, mana bisa gue jajanin Krist waktu gue kuliah dulu~batin Singto bernostalgia.
Kafe yang telah mereka berdua bangun kini telah berkembang dan bercabang dimana-mana akibat tangan ajaib Krist dan New serta Gun. Berawal dari Krist yang bosan berdiam diri saat kedua kembarnya mulai memasuki sekolah, Krist berinisiatif untuk mengelola kafe yang mandeg begitu-begitu saja karena Singto dan Earth begitu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
"oke! Balik ke topik kita! Sampe mana penyelidikannya?" interupsi Earth.
Sementara Singto kembali fokus pada tiga orang di depannya "gue dapet data latar belakangnya, buat bukti, kita juga nemu hal lain tentang dia"
Alis Earth mengkerut membaca data yang baru saja ia terima dari sang asisten "KDRT? Pemerkosaan anak dibawah umur? Penyuapan? Gila!" ungkap Earth tak percaya sambil melempar map ke samping nampan berisi gelas kopi ditengah mereka.
"kak Earth..." panggil asistennya sambil membalikkan layar laptop yang sedari tadi ia tatap sendiri.
Seketika seluruh kepala yang berada di ruangan tersebut mendekatkan kepalanya pada layar laptop.
"Wah gila! Udah gak bener nih anjing!" umpat Singto sambil memundurkan tubuhnya dari posisi sebelumnya.
Earth terkekeh "bahkan panggilan anjingpun masih terlalu sopan buat dia" timpalnya.
"gue masih penasaran, siapa sih orang yang nutupin kelakuan dia?" gumam Singto "kelakuannya udah gak bisa ditolerir lagi"
"yang jelas, kita perlu saksi sama lebih banyak bukti lagi biar bisa ngasih hukuman setimpal ke bajingan itu" final Earth.
🔥🔥🔥
Sudah satu bulan sejak kejadian itu, Natcha tak kunjung membaik. Secara fisik, Natcha sudah diperbolehkan kembali pulang ke rumah kemarin karena semua luka fisik Natcha sudah hilang. Namun mental Natcha tak bisa dikatakan baik-baik saja. Ia masih setia mengurung diri di kamarnya, Krist juga tak memperbolehkan siapapun menjenguknya demi kenyamanan Natcha.
"Krist, kakak bawain cemilan buat Natcha, nih!" Baifern siang itu datang bersama Ciize menjenguk Natcha karena Fern baru mempunyai waktu siang itu.
Krist tersenyum "makasih, kak Fern...tapi maaf, aku belum berani izinin Nat ketemu sama selain orang rumah, Gun, Chimon, sama kak Off aja belum aku izinin" keluh Krist sendu.
Baifern dan Ciize hanya tersenyum simpul "gak apa-apa Krist, kita gak maksain ketemu, yaudah kakak duluan, ya"
Setelah Baifern dan putrinya pergi, Krist beranjak menuju kamar Natcha untuk melihat kondisinya, namun Krist malah mendengar suara muntahan dari kamar mandi.
"gak mungkin...Gak mungkin, Natcha...gak mungkin, kan?"
Krist kembali menuju kamarnya dan menghubungi ibu mertua "ibu, bisa kesini gak? Krist takut..."
Ibu Krist sudah tidak ada dua tahun yang lalu akibat penyakit yang di deritanya, sedangkan ayah Krist memilih tinggal bersama keluarga Fiat karena kawasan rumah Fiat dekat dengan pemakaman ibu Krist sehingga ayah Krist bisa kapan saja menjenguk istrinya. Jadi kini Krist hanya bisa berpikir untuk menghubungi ibu mertuanya.
Tak berselang lama, ibu Singto telah mengetuk pintu rumah Krist yang langsung disambut oleh tuan rumah. Di rumah hanya ada Krist dan Natcha, Arthit di Jogja, Force masuk sekolah dan Singto masuk kantor. Mereka sudah tidak menyewa jasa asisten rumah tangga lagi karena anak-anak mereka sudah besar dan Krist tidak lagi kerepotan mengurus bayi.
"bu, Krist tadi denger suara Natcha muntah-muntah, ini udah sebulan dari hari itu... Krist takut..." adunya pada ibu Singto.
Wanita yang berusia lebih dari separuh abad itu tersenyum mengerti kekhawatiran menantunya "kita samperin Nat dulu, yuk! Kita tanya gimana dia"
Dengan ragu, ibu Singto mengetuk pintu kamar cucunya sementara Krist hanya mengekor "Nat... ini oma sama bunda, kita boleh masuk gak?"
"iya oma! Masuk aja!" dibukanya pintu kamar gadis cantik tersebut, Krist mendapati putrinya yang pucat pasi "Ya Tuhan, Natcha! Kamu sakit? Kita ke rumah sakit, ya?" tanya Krist panik sambil segera mengecek kondisi anaknya.
Natcha tersenyum "Nat gapapa bunda, aku cuma kecapean aja kok" ujar Natcha meyakinkan. Namun Krist tidak percaya "gak! Kalo gitu kita telpon aunty Nam aja, ya!" Krist bangkit dari duduknya "iya! Telpon kak Nam! Telpon kak Nam..." rapalnya sambil beranjak keluar dari kamar Natcha.
Kini giliran sang oma mendekati Natcha "gimana perasaan kamu, nak? Udah baikan?" dibelai lembut surai cucu perempuannya, netra ibu Singto menyaratkan kekhawatiran. Tiba-tiba Natcha memeluk oma-nya "Nat takut, Oma..."
Di depan keluarganya, Natcha satu minggu terakhir sudah nampak seperti biasa, namun jika ada orang lain menjenguk apalagi pria buncit, Natcha akan bereaksi ketakutan dan histeris.
***
Nam telah memeriksa keadaan keponakan cantiknya, namun wajah Nam memunculkan raut takut. Sejak Krist menelpon dirinya pun sudah merasakan firasat buruk.
Nam dan Mix sejak awal pengobatan Natcha juga mendukungnya dari sisi kedokteran dan juga keluarga sehingga Natcha tidak ketakutan.
"Nat, kamu cuma mual sama muntah? Pola makan kamu keganggu, gak?" tanya Nam hati-hati.
Natcha murung "aunty...aku hamil, kan?" Nam tersentak dengan pertanyaan keponakannya "eum..."
"jawab aja jujur, aunty...aku hamil, kan?" tidak menjawab keponakannya, Nam beralih memeluk gadis malang tersebut "nangisnya sama aunty aja, ya?" tepat setelah mendengar perkataan Nam, Natcha langsung meraung, mengundang kekhawatiran dari bunda dan omanya dari luar kamar.
Krist panik, ia mengetuk pintu kamar putrinya dengan brutal "Nat! Kamu kenapa nak? Buka pintunya!" pekik Krist panik, sementara sang oma berusaha menenangkan menantunya.
🔥🔥🔥
Singto kalap, dirinya marah besar dengan kabar yang dikatakan ibunya dari seberang telpon beberapa saat lalu dengan latar belakang suara Krist yang juga meraung frustasi.
"Earth! Gue mau Dion kita tuntut hari ini juga!" dengan kondisi ini, perintah Singto adalah mutlak.
Sementara Earth masih bingung dengan perintah Singto yang tiba-tiba tersebut "eh eh eh bentar! Lo kenapa tiba-tiba minta gitu? Kenapa sih?" Singto terdiam dan kembali duduk di kursinya.
"Nat...Nat...anak g-gue..."
Earth menyuruh sahabatnya tenang terlebih dahulu, kedua orang lainnya di ruangan Earth dan Singto itu ikut menenangkan Singto.
"A-anak g-gue...hamil...sa...sa...ma bajing...bajingan...itu..."
Tbc, lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Macamana (Oneshoot)
RandomKumpulan cerita random keluarga hangat Singto dan Krist yang sekarang udah punya tiga tuyul (eh) yang unyu dan sangar (aduh, maap) yang dikemas dalam satu bab cerita pendek tiap episode nya. Diisi mulai dari kerandoman ayah Singto, curhatan receh ka...