Hutang

128 18 0
                                    

Musim pancaroba, peralihan dari musim yang satu ke musim selanjutnya. Akhir-akhir ini keluarga Krist di serang penyakit pancaroba ini secara bergiliran. Di tiga hari pertama ada Force yang masih batuk kering hingga satu minggu ini, lalu selanjutnya ada Natcha yang sempat demam seharian. Dan hari ini terakhir adalah Singto yang meriang karena 'berendam' dengan istrinya sampai larut malam, ekhem.

Beruntungnya Krist tak ikut sakit karena ia meminum vitamin setiap pagi, jika ia sakit maka anak dan suaminya tak terurus.

Namun di minggu pagi menjelang siang ini Krist merasakan demam di area pertigaan keningnya serta hidungnya yang tersumbat, tetapi masih ringan dan bisa ia atasi dengan menghirup uap air yang sudah dicampur dengan minyak aroma terapi. Mungkin ini gara-gara Singto yang memeluk dan mengecupi bi-ups! Mengecupi wajahnya pagi tadi. Semua salah Singto!

Tok tok tok

Semua penghuni rumah Krist sedang tidur karena kondisi mereka yang kurang sehat, hanya ada Krist yang duduk di ruang tengah seraya menutup kepalanya dengan handuk di atas wadah uap tadi, "Ya Tuhan, masih pagi udah bertamu aja" gumam Krist malas, namun ia tetap beranjak membuka pintu, melihat tamunya, "Eris? Tumben pagi-pagi? Cari mas Singto, ya? Mas Singtonya masih sakit jadi gak bisa di temuin dulu"

Eris adalah sepupu Singto dari pihak sang ayah, itu artinya Eris masih keluarga Ruangroj. Krist tak begitu menyukai wanita satu ini karena tak pernah tahu diri untuk mengembalikan hutangnya. Sudah tiga kali Singto meminjami uang yang jumlahnya tidak bisa dikatakan sedikit bagi Eris, namun penghasilan Singto bisa untuk membeli satu motor dengan lunas. Awalnya Krist tak menghiraukan, ia berpikiran positif jika Eris memang sedang butuh, namun terakhir kali Krist menyadari jika Eris memang tak tahu diri.

"Err...anu mas Krist, kalo mas Singto gak bisa di temuin, aku mau minta tolong sama mas aja, boleh?"

Krist terdiam menatap wanita berusia dua tahun lebih muda darinya, masih punya muka dia kesini? Utang kemaren aja belom dibalikin. "Yaudah, masuk"

Wanita itu masuk ke dalam rumah mengikuti sang tuan rumah, mengamati barang-barang yang ada di dalam ruangan bagian tengah rumah Krist, "Sepi banget mas? Pada kemana?" Krist tak menanggapi, ia duduk di tempatnya tadi, menatap Eris dengam tatapan datar, "Jadi?"

Kedua tangan Eris bertautan, gugup. Namun sepertinya itu hanya akting belaka, Krist sudah hapal gesturnya.

"Err...mas, kalo boleh nih, Eris pinjem uang lagi..."

"Yang terakhir pinjem di balikin dulu" potong Krist jengah, sungguh ia jengah dengan kelakuan tak tahu malu dari wanita yang berdiri di hadapannya. Dan benar saja, Eris langsung mencibir, "Paling duit mas Singto juga belagu"

"Ya justru karena duit mas Singto, emang lo siapa minjam minjem seenaknya?"

"Gue sepupunya!"

"Baru sepupu" cibir Krist sebal, "Gue bininya, mau apa lo?"

Adu mulut tak terhindarkan, demi menyelamatkan Singto dari sepupu tak tahu diri itu Krist mengeluarkan seluruh tenaga dan ilmu 'julid' dari Rome dan Kao serta Cooheart, uke terbohay di komplek sotus.

"Dih?! Bangga lo jadi gay?" Eris melipat tangannya angkuh, "Gara-gara lo, bokap gue gagal dapet duit perjodohan, gara-gara lo, bokap gue bangkrut! Lo harus tanggung jawab!"

Sabar, Krist... Eris hanya memanas-manasi saja, faktanya adalah niat keluarga Eris yang tidak baik terhadap suaminya, "Iya! Gue bangga jadi Gay! Daripada lo?!" Krist menelisik Eris dari atas ke bawah bolak-balik, "Udah janda, cerainya karena diselingkuhin, mana selingkuhannya cowok! Hahaha! Lobang lo udah melar dimasukin sana sini?"

"Kurang ajar!"

Hap!

Krist menangkap tangan Eris yang hampir memukulnya, "Di ujung sana ada kamera, kalo lo mukul gue, Singto gak bakal mau nolongin lo lagi" kecam Krist tegas. Sesekali ia memang harus kejam terhadap orang-orang yang tak tahu malu terhadap suaminya, karena jika tidak, Singto akan terkena masalah di kemudian hari.

"Lo punya badan, pake dong buat cari duit! Bukannya minta-minta gak jelas ke suami gue, bokap nyokap lo aja udah jahat ke gue sama Singto, gue juga gak akan kasihan sama lo, ngerti?"

***

"Terus-terus! Si Eris gimana?

Coheart benar-benar serius mendengarka cerita hangat dari Natcha di gerobak sayur pagi ini. Di karenakan, ekhem...sang bunda yang tidak bisa berjalan dengan benar, astaga! Jadi Natcha bertugas menggantikan sang bunda menggosip (eh bukan!) sambil berbelanja di tukang sayur.

Natcha menceritakan kejadian dua hari yang lalu ketika ia tak sengaja menguping dan mengintip saat Eris datang ke rumahnya untuk meminjam uang, Natcha melihat semuanya, dari sang bunda yang datar, sampai ekspresi bundanya mengecam Eris dengan tatapan mematikan. Gadis sulung itu bercerita dengan penuh ekspresi, menarik atensi sekumpulan uke-uke yang berada di sana.

"Terus tante Eris kesel, dia pergi deh!" Papar Natcha menjelaskan akhir cerita pagi hari itu di tukang sayur komplek Sotus.

Sementara itu Krist tengah kebingungan menunggu putrinya yang tak kunjung kembali sejak dua jam yang lalu ia menyuruhnya berbelanja "Ini alesan gue kenapa gak pernah ngizinin Nat belanja di gerobak, gosip lagi pasti nih bocah!"









Hutang, selesai!

Ngomong-ngomong, idenya sama, asalnya dari base twitter heheheh

Keluarga Macamana (Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang