Arthit

261 26 2
                                    

"BUNDAAAAA TOLONG OON!!"

Krist langsung saja mematikan kompornya dan berlari begitu mendengar teriakan berat Arthit.

"kenapa bang?!" Natcha dan Force juga mengekor dibelakang Krist mengintip di depan kamar Arthit. Di dalam kamar Arthit sudah ada Singto sedang menenangkan si pemilik kamar yang menangis sesenggukan terduduk di pinggir ranjang putihnya.

"kenapa Oon?" Krist mendekati putra tengahnya tersebut.

Arthit langsung memeluk lelaki yang melahirkannya itu lalu tangisnya makin pecah, membuat seluruh keluarganya khawatir.

"bun.." panggil Singto panik melihat sprei putranya memiliki bercak darah. Krist terhenyak, hatinya mencelos melihat keadaan putranya.

"ayah keluar terus tutup pintunya, minta Natcha ambil kotak biru bunda" titah Krist sambil terus mengusap surai Arthit.

"Oon takut bunda.. Oon takut..." adunya pada Krist setelah Singto keluar.

Krist mengambil duduk berhadapan dengan Arthit yang mulai tenang "apa yang Oon takutin?" tanya Krist lembut.

"Na..nanon, dia juga sama kaya bunda, terus ketauan temen-temen hiks... terus... terus.. Nanon di bully hiks.."

"Nanon-nya paman New?" Arthit mengangguk bersamaan dengan Natcha yang mengetuk pintu kamar adiknya.

"ini bunda..." Natcha menyerahkan permintaan Krist.

"makasih kak, sebentar" Krist tersenyum kemudian beralih pada Arthit "bawa ini masuk ke kamar mandi, kamu mandi terus pake ini, ikutin cara pakenya ya! Bunda tunggu di sini kalo nggak bisa panggil bunda" titah Krist lembut "perut kamu sakit nggak?" Arthit mengangguk "nanti bunda suruh ayah beliin obat"

Arthit pun bangkit menuju kamar mandi, sang kakak terkejut melihat kondisi Arthit, pakaian dan spreinya.

"bantuin bunda ganti bedcover Oon" pinta Krist yang langsung dikerjakan oleh si gadis.

🔥🔥🔥

Kini Arthit sudah bergelung nyaman setelah membersihkan dirinya dan mendapat sedikit perawatan dari Krist. Bunda si kembar itu keluar kamar setelah putranya kembali terlelap tenang dengan kompres di perutnya.

"bunda... Oon?" Natcha sudah menangis di depan kamar adiknya, Krist hanya bisa memeluk putrinya itu.

"Oon sendiri yang dulu bilang mau kaya bunda, Oon yang bilang gak mau di operasi, mungkin dia lupa dan masih shock sama kejadian ini. Gapapa kak, bunda dulu juga gak masuk sekolah sepuluh hari hahaha" Krist berusaha menenangkan putrinya.

"beneran bun? Nanti kalo..."

"nanti kalo kejadian kayak gini di sekolah, kamu yang tolong pegang gantinya ya?" Krist mengajak Natcha pergi ke kamarnya.

Natcha mendudukan dirinya di kasur sang bunda yang mengambil beberapa barang dari lemarinya.

"ini yang bunda bawa waktu sekolah dulu, kayanya hampir sama kaya punya kamu" Natcha mengangguk kecil "cuma bunda gak bisa pake pembalut, bunda pake tampon atau nggak pake menstrual cup..." Krist memberi arahan pada putrinya agar bisa membantu sang adik.

"oke bunda..Nat ngerti" ucap Natcha semangat. Krist mengusap rambut putrinya sayang "dah, simpen sana di tas kamu buat besok senin" Natcha keluar kamar Krist setelah menerima titah sang bunda bersamaan dengan Singto yang memasuki kamarnya.

"Oon kenapa?" Singto mengambil duduk berhadapan dengan Krist yang murung.

"Sing..." tangis Krist pecah di pelukkan Singto, lelaki Ruangroj itu hanya bisa mengusap-usap punggung istrinya.

Keluarga Macamana (Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang