Victim (SMA)

107 18 3
                                    

Keenan yang hendak masuk ke dalam kamar mandi itu terkejut melihat Alyn teman satu kelasnya yang nampak sedang mengintip ke dalam kamar mandi yang terletak paling ujung lorong. Terlihat gadis itu juga sedang merekam sesuatu dengan ponselnya dari dalam sana.

"Lyn--Hmph!!"

Alyn terkejut, ia membekap mulut Keen dan mengajaknya bersembunyi di balik dinding tersembunyi. Nampaknya kegiatan Alyn akan ketahuan.

"Siapa di sana?!"

Alyn membekap mulutnya dan mulut Keenan, tubuh Alyn gemetar hebat, ia takut tertangkap basah sedang merekam kegiatan di dalam sana. Sedangkan Keen yang menengok ke luar sudah memastikan keadaan aman, "Lyn, ayo keluar!" Ajak Keen, kemudian Alyn langsung masuk ke dalam kamar mandi yang ia intip tadi, dengan Keenan yang membuntuti.

"ARTHIT!"

***

"Oon! Lo...kenapa gak bilang ke gue?! Lo gila! Masa gue harus tau dari rekaman Alyn?! Gue kakak lo! Apa lo gak percaya sama gue?!"

Natcha sama terkejutnya dengan Singto dan sang nenek ketika melihat video Arthit yang hampir dilecehkan oleh gurunya sendiri. Namun beruntung Keen datang mengacaukan segalanya. Kejadian itu sudah lama, sejak Arthit dan sang kakak naik ke kelas dua belas dan bertemu guru olahraga tersebut. Arthit menyembunyikan hal ini, hanya Keenan dan Alyn saja yang tahu. Arthit di ancam jika melapor maka ia tak akan selamat, guru itu akan menghamilinya.

"Nat, kamu bilang pak Sar cuma ngincer cewek? Tapi kenapa adek kamu juga?" Tanya Singto heran. Sementara itu neneknya sedang memeluk Arthit yang sesenggukan, ia takut terjadi hal buruk karena ayah dan kakak serta neneknya sudah mengetahui hal ini.

Arthit menarik napas dalam, "Dia bilang ke Oon kalo dia gak percaya kalo Oon cowok, soalnya kata dia...Oon cantik, dia paksa Oon buat ngelakuin itu sama dia..." Arthit tersedu, ia tak kuasa melanjutkan kalimatnya, namun sang nenek berusaha meyakinkan jika Arthit membuka suaranya, maka Arthit akan aman. "A-ayah... dia beneran hampir ngelakuin itu ke Oon, hiks!" Tidak bisa, Arthit tak mempunyai tenaga lagi selain untuk menangis dan meraung, sang nenek masih setia memeluk cucu kesayangannya.

Natcha mengepalkan tangannya, ia beranjak keluar ruangan membawa tasnya, namun Singto menahan gadis itu, "Nat, kalo kamu meledak sekarang, kita gak bakalan dapet apa-apa, guru itu bisa bebas!" Tahan Singto berapi. Natcha juga tersulut, adiknya selama ini tersiksa karena guru brengsek tersebut, "Tapi, yah! Aku gak terima Oon di gituin! Aku harus lapor polisi sekarang juga!"

Ceklek!

"Natcha! Bener! Kalo kita gak lapor sekarang, bajingan itu bisa makin-makin!"

"Bundaaa!" Arthit memeluk sang bunda yang datang dengan emosi yang menggebu, Krist sepertinya tahu masalah ini dari obrolan grup para wali siswa. Meskipun sudah menengah atas, orang tua para siswa masih cukup paham untuk memperhatikan kegiatan putra putrinya di sekolah, termasuk jika ada kasus seperti ini.

Putra tengah Ruangroj itu memeluk sang ibu, raungannya makin menjadi, Krist juga makin erat memeluk Arthit, "Maafin bunda, nak... Bunda telat,"

"Mas, aku udah kumpulin laporan-laporan dari orang tua sama siswanya sekalian, abis ini aku serahin sisanya sama kalian sebagai pihak sekolah" Tutur Krist tegas, "Kalo besok pagi kita nggak dapet jalan keluar, kita orang tua bakal tuntut kalian" kecam Krist. Di sini ia bertindak sebagai seorang ibu yang putranya menjadi korban pelecehan, bukan sebagai Krist si menantu Ruangroj dari Singto.

Ibu Singto mengangguk, ia juga tak terima jika cucunya mendapat perlakuan tidak menyenangkan di sekolahnya, bahkan terdapat korban lain juga.

"Prae, telpon komite sekolah, polisi, sama Earth, minta mereka ke sini, saya tunggu sekarang juga!"

***

Krist masih mendiami Singto, tak mau berbicara pada suaminya meskipun ia memasak untuk Singto. Krist masih dongkol perihal cara kerja suaminya yang lambat, bahkan Mix juga ikut mendiami Earth suaminya karena menurut Mix kerja suami dan sahabat suaminya itu terasa lambat. Mix tidak terima, Arthit adalah kesayangannya, jika terjadi sesuatu seperti ini, Mix akan berada di barisan terdepan untuk melindungi Arthit.

Pukul sepuluh malam, Singto belum kembali sejak makan malam di rumah dan juga belum memberikan kabar baik untuk Krist maupun orang tua lainnya. Karena kini ia bersama Earth serta timnya tengah menginterogasi tersangka utama di balik keresahan para siswi di sekolah Arthit.

Brak!

Singto sudah hilang kesabaran, semua pertanyaan tak di jawab sesuai fakta dan bukti yang ada, Sar si tersangka terus saja mengelak dengan tenang dan sembrono. Tubuh gemuknya yang bergelambir itu ikut bergelombang mengikuti tawanya yang menggema.

"Kamu tau? Badan anak kamu tuh... beuh! Mantap!" Singto bertanya alasan apa yang membuat Sar tega melakukan hal tidak beradab di area sekolah, kepada siswa dan siswi di sekolah tersebut. Namun yang Singto dapatkan adalah justru jawaban keparat dari bilah gelap lawannya.

Dan jawaban ini juga yang membuat Singto hampir melayangkan tinju kepada Sar, jika Earth tidak menahannya. Mau tak mau, Earth yang sedari tadi bersikap biasa saja, kini mengeluarkan emosinya, "Kalo bapak nggak mau bantu dan malah mempersulit kita, hukuman kita serahin ke wali siswa!" Kecam Earth setelah ikut menggebrak meja.

Sementara itu ibu Singto sudah mengirimkan surat pemecatan untuk pak Sar, sementara jam mengajar pak Sar akan digantikan oleh Krist. Hanya mengajar kelas dua belas dan sampai jam makan siang, setelah itu Krist bisa kembali ke rumah. Kabar itu yang bisa Krist dan Mix beserta orag tua siswa dapatkan, itu artinya mulai besok hari pak Sar sudah tidak bisa berkeliaran bebas di sekolah Natcha dan Arthit.

Krist menyambut Singto dengan penuh harap, namun Singto menggeleng, pertemuannya dengan Sar tak berhasil apapun kecuali menghabiskan tenaganya. Yang bisa Singto katakan hanyalah Sar yang sudah tidak diizinkan mengajar lagi. Krist sudah mengetahui hal ini karena ibu mertuanya memintanya menggantikan tugas Sar.

Keesokan harinya, ibu Singto mengadakan pertemuan wali siswa kelas dua belas, yang mana para kelas dua belas ini adalah siswa yang diajar oleh pak Sar. Rencananya ibu Singto akan memberitahu hal yang terjadi tadi malam, Singto yang menginterogasi Sar dan tidak berhasil apapun selain pencabutan izin mengajar.











Bersambung

Keluarga Macamana (Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang