MD📜 18

14.8K 658 112
                                    

Follow Sebelum Baca!

ꁞꁞꁞ

ꁞꁞꁞ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Arine melangkahkan kakinya memasuki gedung perusahaan milik V, dengan keadaan dan kondisi menangis. Membuat beberapa karyawan yang melihatnya langsung menatap dengan bingung, dan bertanya-tanya apa yang kini tengah terjadi dengan calon istri bos mereka itu.

Melihat bagaimana pasang mata yang terus tertuju padanya, membuat Arine langsung menghapus air matanya dengan kasar dan berusaha untuk tidak menangis. Tapi bagaimana lagi, air matanya justru malah seakan tidak mau berhenti, membuatnya malah semakin terisak karena merasakan sedih yang kini bercampur dengan rasa malu.

Dengan pelan Arine malangkah masuk di sepanjang jalan lobby sambil menundukkan kepalanya, lalu saat matanya tidak sengaja melihat Jimin yang tengah berbicara dengan seseorang membuat Arine langsung memanggilnya.

"Jimin!"

Jimin yang merasa namanya di panggil, sontak saja langsung menoleh. Lalu setelah itu, Jimin mengerutkan keningnya dengan bingung saat melihat ke arah Arine yang kini tengah menangis sambil menatapnya. Membuat Jimin dengan buru-buru berpamitan pada lawan bicaranya lalu setelah itu menghampiri Arine.

"Arine, kenapa kau menangis?"

"Hiks...V." isakan pun langsung menggema di lobby tersebut. Membuat 2 anggota Brava yang berjaga di luar bahkan sampai langsung masuk, dan tatapan karyawan juga langsung tertuju ke arah mereka.

Membuat Jimin bingung dan juga panik.

"Apa yang terjadi?" tanya Jimin pada dua anggota Brava sambil mengode dengan mata dan menunjuk Arine dengan alisnya.

"Kami tidak tau tuan, nona Arine sudah menangis saat tadi keluar dari cafe Balevery." ucap mereka, yang membuat Jimin memijat keningnya sambil mengangguk paham.

"Ayo kita temui, V." ajak Jimin pada Arine dan dengan cepat Arine mengangguk sambil mengusap kasar air matanya.

Keduanya pun berjalan bersama menuju lift. Dan saat masuk ke dalam lift, Jimin langsung menekan tombol 60 dimana ruangan V berada, dan lift pun mulai bergerak naik.

Di dalam lift, Arine masih terus terisak. Membuat Jimin yang melihatnya hanya terkekeh tanpa suara, karena melihat betapa aneh dan lucunya tingkah dan keadaan Arine sekarang.

"Sudah, jangan menangis."

"Dia jahat padaku, jim."

Jimin mengangguk-anggukkan kepalanya. "Dia memang jahat, bahkan sangat jahat. Jadi kau harus berhati-hati."

"Kalau begitu, aku tidak mau lagi bertemu dengannya setelah ini...hiks..."

"Kau yakin?" tanya Jimin yang membuat Arine langsung menoleh sambil menganggukkan kepalanya dengan semangat.

•Mafia Damaresh [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang