Hari ini adalah hari ke dua mereka di Phuket dan besok pagi mereka akan pulang karena ada jadwal yang sudah menunggu. Hari kedua ini diisi dengan beberapa kegiatan mulai dari berenang di kolam, karaoke di vila dan belanja di sekitar pantai hanya untuk oleh-oleh.
Hingga sore mulai datang anak dmd lainnya menyiapkan makan malam di luar pinggir kolam.
Berbeda dengan anak dmd lainnya, Zee dan new yang telah menyelesaikan pekerjaan mereka memilih kembali bermain di sekitar pantai. Entah itu mencari kerang, bermain air atau mengambil foto."Kau cocok dengan kemeja itu new ."
"Benarkah ? Apa karena hia yang belikan ?" Tanya new yang sibuk mengambil gambar dengan ponselnya.
"Hmm bisa jadi... kau terlihat lebih manis "
Jawaban yang di berikan Zee membuat new berhenti memainkan ponselnya dan menoleh pada Zee.
Muka memerah dengan senyum malu itulah yang biasa new lakukan ketika salah tingkah atau malu.Mereka terus mengambil foto selfie atau pun memfoto satu sama lain.
"Ayo kembali new, sudah waktunya akan makan malam."
"Benarkah? Baiklah kalau begitu."
New masih mengotak - ngatik ponselnya untuk memetikannya sebelum di simpan dan kembali ke vila."Tapi new aku penasaran satu hal"
"Penasaran apa ?"
New dengan polos menoleh pada Zee dengan tatapan bertanya.
Zee dengan cepat mencium pipi kirinya yang membuat new kaget bukan main. New hanya terdiam seperti patung dan masih memproses apa yang barusan terjadi.
"Aku penasaran dengan pipi gembil ini." Ucap Zee dengan wajah yang masih berada tepat di samping pipi yang tadi dia cium.
"Jika kau sudah bisa bernafas ayo kembali ke vila new." Zee terkekeh kemudian berlalu dengan mengusap kepala new dan senyum yang sangat lebar.Untuk new, jangan tanya lagi dia benar-benar sangat terkejut dengan apa yang Zee lakukan barusan. Jantungnya seperti akan keluar dari tubuhnya. New menyentuh pipinya yang tadi di cium oleh Zee.
"Apa dia barusan menciumku?" Tanya new entah pada siapa. Mukanya benar-benar sangat merah.
"New ayo Kembali !!" Teriak Zee yang sudah berada pada tangga dekat vila.
New melangkah kembali ke vila dengan tangan yang memegang kedua pipinya yang teras sangat panas.
Zee yang melihat itu hanya tersenyum gemas dengan tingkah imut yang dilakukan juniornya itu. Zee sendiri tidak tau bagaimana bisa dia mencium pipi bocah itu, dia hanya mengikuti perasaannya yang begitu ingin mencium pipi gembil dari pemuda itu.~~~
Makan malam berlangsung sangat hangat dan ramai akan candaan semua orang.
New dan Zee bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa tapi siapa yang tau isi pikiran dan hati seseorang.
"Kau baik-baik saja new ?" Tanya James di sebelahnya yang melihat muka new yang merah sejak tadi.
"Iya wajahmu dari tadi merah new ?" Max bertanya juga pada new yang duduk di hadapannya.
"Aku tidak apa-apa" jawab new dengan memegang kedua pipinya.
"Kau yakin baik-baik saja ?" New menoleh pada orang yang bertanya di sebelahnya.
New mengangguk dan tersenyum paksa untuk menjawabnya. ' Padahal kau yang telah membuat wajahku seperti ini, dan dengan gampangnya kau bertanya seperti itu hia' batin new.Zee yang melihat itu hanya bisa menahan tawanya, dia tau apa penyebab memerahnya wajah anak ini, dan menggoda new adalah kesenangan tersendiri untuk Zee.
"Biar aku periksa new " tanya Zee dengan tangan yang sudah terangkat memegang kedua pipi new dengan alasan memeriksakan suhu tubuh new.
"Kenapa pipimu panas sekali ? Kau sakit ?" Tanya Zee dengan mengusapkan jempolnya pada pipi itu.
New sedikit melirik pada meja makan yang mana semua orang melihat padanya.
"A__ aku baik-baik saja hia, hanya sedikit lelah saja." Jawab Zee dengan sedikit manyun karena pipinya yang terperangkap oleh kedua telapak tangan besar zee.
Zee benar-benar gemas bukan main. mata new yang polos membuatnya tertawa kecil.
"Kalau begitu kau harus segera beristirahat." New mengedipkan matanya beberapa kali dan mengangguk sebagai jawaban atas saran dari Zee .
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life Destiny (On Going)
Подростковая литератураAku tak pernah merasakan diperhatikan seperti ini sebelumnya. semua orang menganggap kita adalah kakak yang manjaga adiknya. tapi perasaan dan jantungku tak pernah mengatakan jika kita adalah saudara. aku tak pernah bisa mengalihkan pandanganku pada...